Hidden Attention

45 6 0
                                    

MPLS telah berakhir, dan suasana sekolah kembali ke rutinitas harian. Siswa-siswa baru mulai menjalani hari-hari mereka di kelas masing-masing, sementara Leony kembali ke perannya sebagai ketua OSIS yang sibuk dengan berbagai kegiatan sekolah.

Erlin, yang kini resmi menjadi siswa kelas X, mulai beradaptasi dengan kehidupan sekolah yang lebih normal. Dia duduk di kelas bersama teman-teman barunya, seperti Rina dan beberapa siswa lainnya. Meski begitu, pikirannya sering melayang ke Leony, sosok senior yang membuatnya merasa terkesan selama MPLS.

Hari-hari berlalu, dan Leony terus mengawasi kegiatan sekolah dari belakang layar. Meskipun dia tetap sibuk dengan tanggung jawabnya, dia sering kali meluangkan waktu untuk memperhatikan Erlin dari kejauhan. Leony memperhatikan bagaimana Erlin berinteraksi dengan teman-temannya dan bagaimana dia menangani tugas-tugas sekolahnya dengan penuh semangat.

Suatu pagi, Leony kebetulan melewati kelas X saat jam istirahat. Dia melihat Erlin sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya di koridor. “Nggak nyangka kalau dia semangat banget, ya. Selalu ceria dan aktif,” pikir Leony sambil tersenyum melihat ke arah Erlin.

Ketika Leony melanjutkan perjalanannya, dia melihat Erlin kesulitan membawa tumpukan buku-buku. Tanpa berpikir panjang, Leony menghampiri Erlin dan menawarkan bantuan. “Erlin, butuh bantuan? Kayaknya buku-bukunya banyak banget.”

Erlin menoleh dan terlihat kaget melihat Leony. “Oh, Kak Leony! Iya nih, buku-bukunya berat banget. Makasih ya, Kak.”

Leony membantu Erlin membawa buku-bukunya ke ruang kelas. Selama perjalanan, mereka mengobrol ringan. “Gimana sekolahnya sejauh ini? Ada yang susah atau bingung?”

Erlin tersenyum. “Semuanya oke sih, Kak. Masih adaptasi aja. Tapi, semua temen-temen di sini ramah-ramah banget.”

Leony mengangguk. “Bagus deh kalo gitu. Kalo ada yang perlu dibantu atau ada pertanyaan, jangan ragu buat nanya-nanya. Gue di sini bakal bantu.”

Setelah membantu Erlin, Leony kembali ke aktivitasnya sebagai ketua OSIS. Namun, dia terus memperhatikan Erlin dari jauh. Leony merasa ada sesuatu yang istimewa tentang Erlin, sesuatu yang membuatnya ingin lebih dekat dan memberikan perhatian lebih.

Di hari-hari berikutnya, Leony sering kali melakukan hal-hal kecil untuk menunjukkan perhatian tanpa mengungkapkan perasaannya secara langsung. Misalnya, dia akan sengaja melewati kelas Erlin dan menyapa atau membantunya jika Erlin terlihat membutuhkan bantuan.

Erlin, di sisi lain, mulai merasakan kehadiran Leony lebih sering dan merasa senang dengan perhatian kecil tersebut. “Kayaknya Kak Leony memang perhatian banget deh. Aku suka banget sama sikapnya,” pikir Erlin sambil tersenyum ketika Leony melintas di depannya.

Ketika Leony dan Erlin berbincang di koridor sekolah, Erlin merasa semakin nyaman dan senang bisa berbicara dengan Leony. “Makasih banget ya, Kak Leony. Semua bantuan dan perhatian Kakak bikin aku merasa lebih nyaman di sini.”

Leony tersenyum lembut. “Sama-sama. Senang bisa bantu. Gue juga senang bisa kenal lo lebih dekat.”

Kedekatan mereka semakin terasa, meskipun Leony tetap menjaga perasaannya tetap tersembunyi. Leony merasa bahwa perhatian kecil yang dia berikan sudah cukup untuk saat ini, sementara Erlin merasa semakin terhubung dan merasa semakin nyaman dengan kehadiran Leony di hidupnya.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang