Pagi itu, Leony, Erlin, dan Rian memutuskan untuk mengunjungi air terjun yang terkenal di kampung halaman mendiang ayah Leony dan Rian. Mereka berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang berkelok di antara pepohonan rindang. Suara gemericik air yang jatuh dari ketinggian terdengar semakin jelas ketika mereka mendekati air terjun. Udara segar dan percikan air yang menerpa wajah mereka memberikan rasa tenang dan kedamaian.
Setibanya di sana, Rian dengan cepat melepas sandalnya dan berlari ke arah kolam kecil di bawah air terjun. “Gue mau main air dulu!” serunya dengan gembira.
Leony dan Erlin duduk di sebuah batu besar di pinggir kolam, mengawasi Rian yang sedang bermain air. Mereka tersenyum melihat betapa riangnya Rian menikmati momen itu. Setelah beberapa saat menikmati keindahan alam, Leony memandang Erlin dengan tatapan serius.
“Dek, aku ingin bicara tentang masa depan kita,” kata Leony, membuka pembicaraan. Suaranya lembut namun penuh kesungguhan.
Erlin menoleh ke arah Leony, tersenyum kecil. “Aku juga ingin tahu apa yang Kakak pikirin tentang masa depan kita,” balasnya, sambil menggenggam tangan Leony.
Leony menghela napas, mengatur kata-kata yang ingin ia sampaikan. “Aku selalu punya impian untuk menjadi seorang dokter. Ayah dulu juga bercita-cita agar aku bisa membantu banyak orang. Tapi kadang aku khawatir apakah aku bisa mencapai itu dengan segala tantangan yang ada.”
Erlin mendengarkan dengan seksama, merasakan ketulusan dalam suara Leony. “Aku yakin kamu bisa, Kak. Kamu selalu berusaha keras dalam segala hal yang kamu lakukan. Aku percaya, dengan dukungan yang tepat, kamu bisa mencapai cita-cita itu.”
Leony tersenyum mendengar dukungan Erlin. “Terima kasih, Dek. Kamu selalu membuatku merasa lebih percaya diri. Bagaimana dengan kamu? Apa cita-citamu?”
Erlin terdiam sejenak, merenungkan jawabannya. “Aku ingin menjadi seorang guru. Aku suka belajar dan aku ingin berbagi pengetahuan dengan orang lain. Aku juga ingin menginspirasi murid-muridku untuk mengejar impian mereka, seperti yang kita lakukan sekarang.”
Leony mengangguk setuju. “Itu cita-cita yang luar biasa, Dek. Aku bisa melihatmu menjadi guru yang hebat, penuh semangat, dan inspiratif.”
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati suara gemuruh air terjun dan percikan air yang menerpa wajah mereka. Matahari mulai naik, sinarnya menyinari permukaan air, menciptakan pelangi kecil yang berkilauan di udara.
“Aku tahu, perjalanan untuk mencapai impian kita tidak akan mudah,” kata Leony akhirnya. “Tapi aku berjanji, aku akan selalu ada untuk mendukungmu, apa pun yang terjadi.”
Erlin mengangguk, matanya berbinar-binar dengan keteguhan. “Aku juga, Kak. Kita akan saling mendukung dan menjaga satu sama lain. Aku yakin kita bisa melewati semua tantangan ini bersama.”
Tiba-tiba, Rian yang sudah basah kuyup karena bermain air mendekati mereka dan mengajak mereka bergabung. “Kak, Erlin, ayo main air bareng! Seru banget, loh!”
Leony dan Erlin saling bertukar pandang sejenak, lalu tersenyum lebar. “Why not?” kata Leony sambil melepas sandalnya dan berdiri. “Ayo, kita ikut main air!”
Erlin juga melepaskan sandalnya dan mengikuti Leony menuju air. Mereka bergabung dengan Rian, tertawa riang saat air dingin menyentuh kulit mereka. Mereka saling mencipratkan air dan bermain seperti anak kecil, melupakan sejenak segala kekhawatiran tentang masa depan.
Di tengah-tengah tawa dan percikan air, Leony dan Erlin merasa lebih dekat dari sebelumnya. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi mereka siap untuk menghadapi segala tantangan bersama-sama. Dengan dukungan satu sama lain dan tekad untuk mencapai impian mereka, mereka merasa bahwa tidak ada yang tidak mungkin.
Di bawah sinar matahari dan gemuruh air terjun, mereka merasakan kebahagiaan murni yang hanya bisa dirasakan saat bersama orang-orang yang mereka cintai. Mereka yakin bahwa selama mereka bersama, mereka dapat menghadapi apa pun yang datang dalam hidup mereka.
Bersambung
Bagi yg penasaran dgn visual characternya Rian (adeknya Leony), gue kasih tunjuk oke hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...