Pagi hari berikutnya di kampung, udara terasa sejuk dengan embun yang masih menempel di dedaunan. Leony, Erlin, dan Rian memutuskan untuk mengunjungi makam mendiang ayah Leony dan Rian, yang terletak di pemakaman keluarga di ujung desa. Mereka berjalan perlahan di antara pohon-pohon besar dan tanaman rimbun yang mengelilingi jalan setapak menuju pemakaman.
Saat mereka tiba di pemakaman, suasana berubah menjadi hening. Matahari pagi menyinari nisan-nisan yang tertata rapi, membuat bayangan panjang di atas tanah. Di antara banyaknya nisan, Leony segera mengenali nisan ayahnya yang bertuliskan:
Suryadi Budiarto
1970 - 2018
Ayah yang Tercinta dan Selalu DirindukanLeony mendekat, meletakkan bunga mawar putih di atas nisan dan menatap dengan penuh haru. Rian mengikuti di belakangnya, ikut meletakkan bunga sambil berdoa dalam hati. Erlin berdiri di sebelah mereka, memberikan ruang kepada Leony dan Rian untuk merenung sejenak.
Setelah beberapa menit hening, Leony menghela napas dalam dan memulai berbicara, “Yah, kami di sini untuk mengunjungi Ayah lagi. Rian dan aku rindu banget sama Ayah. Kami ingin memberitahu Ayah bahwa Ibu dan kami baik-baik aja, dan kami sedang mencoba untuk merencanakan masa depan kami.”
Rian menambahkan, “Iya, Yah. Rian harap Ayah bisa melihat kami dari sana dan tahu bahwa kami selalu mencoba menjadi anak-anak yang Ayah banggakan.”
Erlin, merasa terdorong untuk memberikan dukungannya, ikut berbicara. “Pak, saya tahu saya tidak pernah bertemu langsung dengan Bapak, tapi saya ingin mengatakan bahwa Leony dan Rian adalah orang-orang hebat yang Bapak tinggalkan. Saya berjanji akan selalu ada untuk mereka dan mendukung mereka dalam setiap langkah yang mereka ambil.”
Leony menoleh ke Erlin, tersenyum tipis dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. “Makasih ya, Dek. Itu berarti banyak buat kami.”
Erlin meraih tangan Leony dan menggenggamnya erat. “Kak, aku tahu kita memiliki jalan hidup yang mungkin berbeda, tapi aku ingin kita selalu mendukung satu sama lain. Aku ingin kita punya tujuan bersama yang bisa kita capai berdua.”
Leony mengangguk, merasa nyaman dengan kehadiran Erlin di sisinya. “Aku juga, Dek. Aku ingin kita tetap bersama, apa pun yang terjadi. Aku ingin kita saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup kita, apa pun itu.”
Rian, yang mendengarkan pembicaraan mereka, menambahkan dengan semangat, “Dan gue bakal selalu ada buat kalian berdua. Kalian seperti kakak dan sahabat yang terbaik buat gue. Apapun keputusan yang kalian ambil, gue akan selalu mendukung.”
Mereka bertiga tersenyum, merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka. Di hadapan makam mendiang Pak Suryadi, mereka merasa lebih dekat satu sama lain dan lebih yakin tentang tujuan mereka untuk masa depan.
“Aku ingin kita semua tetap saling mendukung dan bersama,” lanjut Leony, suaranya penuh keyakinan. “Aku ingin kita bisa mencapai mimpi-mimpi kita bersama dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Dan yang terpenting, aku ingin kita tetap saling mencintai, apa pun yang terjadi.”
Erlin tersenyum dan mengangguk setuju. “Itulah yang aku inginkan juga, Kak. Kita akan terus bersama dan saling mendukung, sampai kapan pun.”
Dengan semangat baru yang telah muncul, mereka bertiga meninggalkan makam mendiang ayah Leony dan Rian, membawa harapan dan impian untuk masa depan mereka. Mereka tahu bahwa dengan dukungan satu sama lain, mereka bisa menghadapi apa pun yang ada di depan mereka dan mencapai tujuan bersama yang mereka impikan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanficDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...