Minor Issue

22 3 0
                                    

Hari-hari berlalu dan Leony serta Erlin semakin akrab. Meski hubungan mereka tampak harmonis, ada saat-saat di mana kedekatan mereka menghadapi tantangan kecil. Salah satunya adalah ketika Leony dan Erlin mengalami perbedaan pendapat yang membuat mereka merasa sedikit canggung.

Suatu sore, setelah pulang sekolah, Leony dan Erlin duduk di kafe favorit mereka, tempat yang sudah jadi "tempat mereka". Leony terlihat serius, sementara Erlin yang ceria mulai merasakan ada yang tidak beres.

Erlin mencoba memulai percakapan dengan nada ceria, “Kak, hari ini aku dapet nilai bagus di ujian matematika. Seneng banget!”

Leony tersenyum, tapi ekspresinya terlihat tegang. “Wah, selamat, Dek. Itu keren banget.”

Erlin melihat ekspresi Leony dan merasa ada yang aneh. “Kak, ada apa? Kok Kakak kelihatan agak serius?”

Leony menghela napas. “Gue cuma lagi mikir tentang beberapa hal. Kayaknya ada yang kurang di antara kita, tapi gue belum tahu apa.”

Erlin terkejut. “Maksudnya kurang gimana? Kita sering banget barengan, kok rasanya ada yang kurang?”

Leony berusaha menjelaskan dengan hati-hati. “Gue merasa kita kurang komunikasi akhir-akhir ini. Kayaknya kita jadi jarang ngobrol tentang hal-hal penting. Gue takut kalau kita jadi saling jauh.”

Erlin tampak bingung dan sedikit kecewa. “Aku nggak tahu kalau Kakak ngerasa gitu. Aku merasa kita oke-oke aja.”

Leony menunduk, merasa bersalah. “Gue tahu, dan gue nggak mau bikin lo merasa nggak nyaman. Mungkin gue yang terlalu sensitif.”

Erlin meraih tangan Leony dengan lembut. “Gak apa-apa, Kak. Kalau ada yang Kakak rasain, lebih baik kita bahas bareng. Aku juga merasa kita bisa lebih terbuka satu sama lain.”

Leony mengangguk, merasa lega. “Oke, Dek. Maaf kalau gue bikin lo merasa nggak nyaman. Gue cuma pengen kita tetap dekat dan saling memahami.”

Erlin tersenyum dan menggenggam tangan Leony. “Gak usah minta maaf, Kak. Kita bakal saling ngerti satu sama lain, dan semua masalah bisa kita selesaikan bareng.”

Mereka melanjutkan obrolan mereka dengan lebih santai dan terbuka. Leony dan Erlin membahas perasaan mereka dengan jujur dan menyepakati bahwa komunikasi adalah kunci dalam hubungan mereka.

Setelah berbicara, mereka merasa lebih dekat dan saling memahami. Masalah kecil yang sempat timbul itu justru memperkuat hubungan mereka dan membuat mereka lebih menyadari pentingnya keterbukaan dan komunikasi dalam hubungan.

Saat malam tiba, Leony dan Erlin berjalan pulang dengan rasa lega dan bahagia. Mereka merasa semakin yakin bahwa mereka bisa mengatasi segala tantangan yang datang, asalkan mereka saling mendukung dan terbuka satu sama lain.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang