Ujian kenaikan kelas Erlin akhirnya hampir selesai, dan tekanan yang selama ini ia rasakan mulai terasa berkurang. Setiap hari ujian yang dilaluinya semakin membawanya menuju garis akhir. Hari ini, dua ujian terakhir teori menunggunya, dan besok adalah penutupan dengan ujian praktik olahraga—sebuah tantangan terakhir yang harus ia taklukkan.
Ujian hari kelima dimulai dengan Akuntansi, mata pelajaran yang tidak sepenuhnya menjadi favorit Erlin, tapi ia berusaha mempersiapkannya sebaik mungkin. Dia duduk di ruang ujian, merapikan kertas-kertas di depannya, dan memulai dengan perlahan. Ada beberapa soal perhitungan yang membuatnya berpikir keras, namun dengan tenang, Erlin mencoba mengerjakan satu per satu sesuai yang telah dipelajari.
Seperti yang sudah-sudah, Erlin merasa dukungan Leony di setiap sudut pikirannya. Sebelum masuk ujian, Leony sempat mengiriminya pesan singkat: "Pelan-pelan, Dek. Kamu udah belajar dengan baik. Semua ini akan terbayar."
Pesan itu memberinya dorongan dan ketenangan, membuatnya lebih yakin dalam menghadapi soal-soal di depannya.
Selesai ujian Akuntansi, Erlin keluar dengan rasa campur aduk. "Cukup menantang," gumamnya. Namun, dia tidak punya banyak waktu untuk merenungi ujian tadi karena ujian Bahasa Jerman segera menyusul.
Erlin memasuki ruang ujian dengan lebih percaya diri. Ini adalah mata pelajaran yang ia sukai, dan dia merasa lebih nyaman dalam menghadapi materi-materi yang disajikan. Soal-soalnya sebagian besar terasa familiar, dan Erlin mampu menjawabnya dengan cukup lancar. Beberapa soal dialog dan tata bahasa memang agak menantang, tapi dia tetap bisa menjawab dengan baik.
Setelah ujian selesai, Erlin keluar dengan perasaan sedikit lebih lega. Di luar, seperti biasa, Leony sudah menunggunya dengan senyum yang menenangkan.
"Hari ini berat banget, Kak. Tapi rasanya lebih baik dari yang aku kira," kata Erlin sambil menyesap minuman yang diberikan Leony.
"Aku tahu kamu bisa, Dek. Kamu hebat! Besok tinggal ujian terakhir, kan? Habis itu kita bisa rayain pencapaian kamu!" Leony berkata sambil tersenyum, memberinya semangat untuk menghadapi hari terakhir esok.
***
Hari terakhir ujian adalah ujian praktik olahraga. Mata pelajaran yang sejak awal membuat Erlin cukup percaya diri. Sebagai seseorang yang gemar bermain basket, ujian ini seharusnya menjadi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan fisiknya. Ujian olahraga dimulai dengan lari dan beberapa latihan dasar seperti sit-up dan push-up. Erlin melakukannya dengan lancar, tanpa masalah berarti. Ini adalah bidang yang ia kuasai, jadi meskipun lelah, dia tetap mampu menyelesaikannya dengan baik.
Ujian selanjutnya adalah permainan tim. Erlin ditugaskan dalam permainan bola voli, di mana ia menunjukkan kekompakan dan semangat. Bersama teman-teman sekelasnya, mereka saling bekerja sama untuk menyelesaikan sesi ujian dengan penuh semangat. Erlin merasa gembira saat sesi ini selesai, karena inilah bidang yang membuatnya merasa hidup dan bersemangat.
Setelah semua ujian praktek selesai, Erlin berjalan keluar dengan wajah lega. Leony, yang menunggu di luar lapangan, melambai dengan senyum lebar.
"Akhirnya selesai juga! Gimana tadi?" tanya Leony penuh semangat.
"Lancar banget, Kak. Aku rasa ini ujian yang paling menyenangkan!" jawab Erlin dengan senyum puas. Rasa lelah yang selama ini menumpuk seolah hilang begitu saja.
"Aku bangga sama kamu, Dek. Ayo kita makan malam bareng orangtuamu. Kita harus ngerayain semua usahamu!"
***
Malamnya, Leony dan Erlin merayakan selesainya ujian kenaikan kelas dengan makan malam sederhana di rumah Erlin. Orang tua Erlin, Bu Ratna dan Pak Hadi, menyambut Leony dengan hangat. Di meja makan, suasana terasa nyaman dan penuh kebersamaan.
"Terima kasih sudah selalu menemani Erlin, Leony. Kami tahu, dukunganmu sangat berarti buat dia," ujar Bu Ratna sambil tersenyum.
"Iya, Ma. Leony bener-bener banyak bantu aku selama persiapan ujian. Aku gak tahu deh kalau gak ada dia, mungkin aku bakal stres," tambah Erlin sambil tersenyum pada Leony.
Leony hanya menggeleng dan tersenyum hangat. "Saya cuma ngelakuin yang bisa saya lakukan buat bantu Erlin. Dia udah sangat hebat kok."
Setelah makan malam, mereka mengobrol santai tentang banyak hal, termasuk harapan mereka untuk masa depan. Erlin merasa sangat bersyukur memiliki dukungan tak hanya dari orang tuanya, tapi juga dari Leony yang selalu ada di sisinya. Sore itu diakhiri dengan rasa syukur dan kebahagiaan yang sederhana, namun sangat berarti.
Dengan semua ujian yang telah selesai, baik Leony maupun Erlin tahu bahwa apa yang mereka capai bukan hanya hasil dari kerja keras sendiri, tapi juga dukungan dan cinta yang mereka berikan satu sama lain sepanjang jalan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
Fiksi PenggemarDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...