Pengumuman Kelulusan dan Kenaikan Kelas

6 2 1
                                    

Pagi itu, Leony duduk di meja dapur sambil memandangi layar ponselnya. Jantungnya berdegup kencang. Hari ini adalah hari pengumuman hasil ujian nasional. Hasil yang akan menentukan masa depannya, apakah dia akan bisa melanjutkan pendidikan ke fakultas kedokteran seperti yang diimpikannya. Dia sudah bekerja keras, tapi tetap saja, rasa cemas tak bisa ditepis.

Di ruang tamu, Rian tampak mondar-mandir. Leony yang tengah gelisah mencoba untuk fokus pada ponselnya, tetapi tingkah Rian membuat pikirannya bercabang.

“Kak,” suara Rian tiba-tiba memecah kesunyian. “Gue ... mau ngomong sesuatu.”

Leony menoleh dan menatap adiknya. “Apaan?”

Rian menggigit bibirnya, terlihat ragu. "Gue udah kerja selama seminggu ini. Jadi tukang antar galon."

Leony terdiam, alisnya berkerut. “Kerja? Sejak kapan? Dan kenapa lo nggak bilang apa-apa?”

“Gue nggak mau bikin lo tambah pusing,” jawab Rian dengan suara pelan. “ Gue cuma mau bantu Ibu. Gue tahu lo pengen kuliah di kedokteran, tapi kan biayanya mahal banget. Gue cuma pengen nambahin uang supaya lo bisa kuliah.”

Leony merasakan gelombang emosi yang bercampur aduk dalam dirinya. Rasa terkejut, marah, dan sedih saling bertumpuk. “Dek... lo itu masih kecil! Lo nggak seharusnya mikirin hal kayak ginian. Itu tugas Ibu sama gue.”

“Tapi gue juga mau bantu, Kak. Gue nggak mau liat lo berhenti kejar impian cuma karena uang. Gue... gue pengen lo jadi orang berhasil.”

Leony menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. “Dek... Maaf ya, gue marah tadi. Gue cuma nggak nyangka lo udah mikirin hal sebesar itu. Lo masih kecil, seharusnya lo cukup nikmatin masa sekolah aja.”

Rian tersenyum tipis, sedikit canggung. “Gue tahu, Kak. Tapi gue juga nggak mau tinggal diam.”

Leony mendekat dan memeluk adiknya erat. “Gue terharu... Makasih, Dek. Lo bener-bener adik yang baik. Tapi mulai sekarang, lo harus kasih tahu gue apa pun yang lo lakuin, ya?”

Rian mengangguk dalam pelukan Leony. “Iya, Kak. Gue janji.”

***

Keesokan harinya, Leony menceritakan kejadian ini kepada Erlin saat mereka bertemu di sekolah. “Rian benar-benar bikin aku terharu, Dek. Dia mau kerja bantu Ibu supaya aku bisa kuliah. Aku nggak nyangka dia bisa sepeduli itu.”

Erlin tersenyum hangat sambil meremas tangan Leony lembut. “Kamu beruntung punya adik yang sebaik dia. Tapi ingat, kamu juga harus cari cara buat nggak terlalu membebani dia. Aku yakin kamu bakal dapet beasiswa, kok. Dan kalau ada apa-apa, aku selalu ada di samping kamu.”

Leony mengangguk, merasa lebih tenang. Hari ini dia di sekolah untuk mengurus berkas beasiswa. Erlin ada di sana untuk menemani, seperti biasa.

***

Sebulan kemudian, tibalah hari pengumuman kelulusan Erlin. Suasana sekolah tampak tegang, namun juga penuh dengan harapan dan canda tawa. Setelah seminggu terakhir penuh dengan kegiatan class meeting, suasana ujian dan kecemasan kini berubah menjadi antisipasi.

Sementara itu, Leony menunggu Erlin di luar aula. Dia sudah merasakan euforia kelulusannya beberapa minggu sebelumnya, ketika hasil ujian nasionalnya diumumkan. Dengan nilai yang cukup tinggi, dia berhasil memastikan tempatnya di fakultas kedokteran impiannya. Hari itu menjadi salah satu hari terbaik dalam hidupnya, dan dia ingin momen seperti itu juga dialami Erlin hari ini.

Erlin keluar dari aula dengan wajah lega, senyum lebar menghiasi wajahnya. “Aku naik kelas!” serunya saat melihat Leony. Leony segera berlari dan memeluknya erat.

“Selamat, Dek! Aku tahu kamu pasti bisa!” Leony berseru penuh kebahagiaan.

Setelah merayakan momen berharga itu di sekolah, mereka berdua pulang ke rumah Erlin untuk merayakannya bersama keluarga. Ibu dan Ayah Erlin menyambut dengan bangga, dan mereka semua menikmati makan malam sederhana bersama. Suasana penuh kehangatan dan kebersamaan.

Sambil duduk di teras setelah makan malam, Leony dan Erlin berbicara tentang masa depan. Leony merenung tentang semua yang telah mereka lewati bersama, mulai dari tantangan ujian, dukungan yang terus-menerus diberikan, hingga momen-momen kebahagiaan dan cinta yang mereka bagi.

“Aku masih nggak percaya semua ini akhirnya terlewati,” ujar Leony sambil menatap langit malam.

Erlin tersenyum, menggenggam tangan Leony erat. “Perjalanan kita masih panjang, Kak. Tapi selama kita saling dukung, aku yakin kita bisa hadapi apa pun yang datang.”

Leony tersenyum dan menatap mata Erlin, merasakan cinta dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Masa depan mereka memang belum sepenuhnya jelas, tapi satu hal yang pasti: mereka akan terus bersama, menghadapi apa pun yang datang dengan kekuatan cinta mereka.

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, mereka merayakan bukan hanya kelulusan dan kenaikan kelas, tetapi juga awal dari babak baru dalam perjalanan hidup mereka. Sebuah perjalanan yang mereka yakini akan diisi dengan cinta, dukungan, dan impian bersama.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang