Beberapa minggu berlalu sejak hari yang menyenangkan di taman hiburan. Leony dan Erlin semakin sering menghabiskan waktu bersama, baik di sekolah maupun di luar. Setiap hari terasa semakin berwarna bagi Leony karena kehadiran Erlin. Meski begitu, Leony masih berusaha keras untuk menutupi perasaannya yang semakin dalam terhadap Erlin.
Hari itu, Leony dan Erlin duduk di bangku taman sekolah setelah jam pelajaran selesai. Erlin tampak sibuk dengan buku catatannya, sementara Leony memperhatikan Erlin dari samping dengan penuh kekaguman.
"Eh, Dek, lo udah ada rencana buat liburan sekolah nanti?" tanya Leony sambil mencoba terdengar santai.
Erlin mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Belum sih, Kak. Aku pengen ngumpulin ide-ide dulu. Kakak sendiri?"
Leony tersenyum. "Gue sih, pengen ngabisin waktu di luar kota. Pikir-pikir, ke pantai atau mungkin ke gunung. Tapi kayaknya gue bakal rencanain bareng lo juga, kalau lo mau."
Erlin matanya berbinar. "Wah, beneran, Kak? Itu pasti seru! Aku seneng banget kalau bisa liburan bareng Kakak."
Leony berusaha menahan senyum. "Iya, kita bisa atur rencananya nanti. Lagian, gue juga seneng bisa spending time bareng lo."
Saat mereka berbincang, Leony merasa hatinya bergetar setiap kali Erlin tersenyum atau tertawa. Perasaan itu semakin kuat setiap hari, dan Leony mulai merasa sulit untuk menahan diri. Namun, ia tetap berusaha menjaga jarak emosional dan tidak menunjukkan ketertarikan yang sebenarnya.
Di saat yang sama, Leony terus menjalani rutinitas sebagai ketua OSIS dengan penuh tanggung jawab. Dia selalu berusaha tampil profesional dan tegas di depan anggota OSIS lainnya, meskipun di dalam hatinya, dia merasa bingung dan terjepit oleh perasaannya sendiri terhadap Erlin.
Saat di ruang OSIS, Leony sedang merencanakan acara besar berikutnya bersama teman-temannya. Erlin datang untuk membantu, dan Leony merasa seolah seluruh fokusnya tertuju pada Erlin.
"Aku udah nyiapin beberapa ide buat acara nanti," kata Erlin, sambil menunjukkan beberapa catatan.
Leony mengangguk, berusaha menunjukkan perhatian yang tulus. "Bagus, Dek. Gue suka ide-ide lo. Bantu gue buat ngerapin rencana, ya."
Erlin tersenyum dan mulai bekerja. Leony merasa hatinya berdebar setiap kali Erlin berada di dekatnya. Meski dia berusaha untuk tetap profesional, terkadang dia merasa seperti kehilangan kendali atas emosinya.
Saat mereka menyelesaikan pekerjaan, Erlin berkata, "Thanks ya, Kak. Aku seneng bisa bantu. Lagian, kita jadi bisa sering ketemu, kan?"
Leony tersenyum tipis. "Iya, Dek. Gue juga seneng bisa sering ketemu lo."
Setelah hari yang panjang, Leony dan Erlin berjalan keluar dari ruang OSIS. Leony merasakan perasaan campur aduk ketika harus berpisah dengan Erlin. Ketika mereka sampai di pintu keluar sekolah, Erlin berbalik dan berkata, "Kak, hari ini seru banget. Aku seneng banget bisa bareng Kakak."
Leony mengangguk, mencoba untuk menutupi perasaannya yang mendalam. "Gue juga seneng. Sampai ketemu besok, ya."
Erlin melambaikan tangan dan pergi, sementara Leony berdiri di tempatnya, merasakan jantungnya berdebar hebat. Dia tahu bahwa perasaannya untuk Erlin semakin dalam, dan dia merasa terjebak dalam kebingungannya sendiri, berusaha untuk menutupi dan menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Leony pulang ke rumah, berdoa agar dia bisa mengendalikan perasaannya dan menjaga semuanya tetap seperti biasa.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
Hayran KurguDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...