Pagi itu, suasana di rumah Leony terasa lebih sunyi dari biasanya. Meja belajarnya penuh dengan buku-buku tebal dan tumpukan catatan pelajaran. Leony tampak serius, wajahnya menunjukkan kelelahan namun tekad yang kuat. Ujian nasional sudah di depan mata, dan dia tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan untuk masa depannya.
Erlin, yang sudah selesai dengan kegiatan ekstrakurikulernya lebih awal, datang ke rumah Leony untuk menemani. Dia tahu betul betapa tegangnya Leony saat ini. Sesampainya di sana, Erlin langsung masuk ke kamar Leony tanpa mengetuk pintu, sudah menjadi kebiasaan karena kedekatan mereka. Dia melihat Leony sedang menulis dengan tekun.
"Aku bawa makanan kesukaan kamu," kata Erlin sambil menunjukkan kotak makan yang dia bawa. Leony menoleh dan tersenyum tipis, merasa bersyukur dengan kehadiran Erlin yang selalu membuatnya merasa lebih tenang.
"Makasih, Dek," jawab Leony lembut. "Tapi maaf ya, aku masih harus belajar. Ujian ini benar-benar menguras pikiranku."
Erlin mendekati meja belajar Leony dan duduk di sampingnya. "Aku paham kok. Jangan khawatir, aku di sini buat bantu kamu. Kita bisa belajar bareng kalau kamu mau."
Leony menghela napas panjang. "Aku takut gak bisa melakukan yang terbaik. Semua ini terasa begitu berat."
Erlin mengangguk, mencoba memahami perasaan Leony. "Kamu pasti bisa, Kak. Aku yakin sama kamu. Yang penting sekarang kamu fokus aja. Kalau ada yang perlu dibahas atau ditanya, aku ada di sini."
Selama beberapa jam, mereka belajar bersama. Erlin, meskipun juga harus mempersiapkan ujian kenaikan kelasnya, tetap menyempatkan waktu untuk membantu Leony. Mereka berdiskusi, berbagi trik mengingat materi, dan saling memberi semangat. Di sela-sela belajar, Erlin sesekali membuat lelucon kecil untuk mencairkan suasana yang tegang.
Ketika malam tiba, Leony merasa sedikit lebih ringan. Meskipun masih cemas dengan ujian yang akan datang, dukungan Erlin memberikan energi baru baginya. "Aku gak tahu bagaimana caranya aku bisa melewati semua ini tanpa kamu," kata Leony dengan suara rendah. "Kamu selalu ada buat aku, dan itu berarti banyak."
Erlin tersenyum hangat. "Aku di sini karena aku sayang kamu, Kak. Kita bakal lewatin semua ini bareng-bareng."
Setelah menghabiskan beberapa jam lagi untuk belajar, mereka akhirnya memutuskan untuk istirahat. Leony menutup bukunya dan meregangkan tubuhnya. Erlin menatapnya penuh kekhawatiran tapi juga kagum dengan dedikasi Leony.
"Sekarang istirahat dulu ya, Kak. Besok kita lanjut lagi," kata Erlin sambil mengantarkan Leony ke tempat tidur.
Leony mengangguk, merasa lelah tapi juga lega. "Terima kasih, Lin. Kamu benar-benar sahabat dan pacar yang luar biasa."
Mereka pun mengakhiri hari itu dengan penuh rasa syukur dan keyakinan bahwa mereka akan melewati tantangan ini bersama-sama, apapun yang terjadi.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...