Hari itu, Leony berkunjung ke rumah Erlin setelah pulang sekolah. Seperti biasa, mereka berdua duduk di ruang tamu, menikmati waktu bersama sambil mengobrol. Suasana ruang tamu rumah Erlin yang hangat membuat percakapan mereka selalu terasa nyaman.
“Dek, aku ada ide nih buat liburan semester nanti,” kata Leony, sambil memutar gelas minumannya dengan pelan di atas meja.
Erlin menoleh dengan penasaran. “Oh ya? Ide apa tuh, Kak?”
Leony tersenyum. “Gimana kalau kita liburan ke kampung halaman mendiang ayahku? Aku udah lama banget nggak ke sana. Sekalian nanti kita bisa mengunjungi makamnya, terus jalan-jalan ke tempat wisata yang ada di sana. Gimana?”
Erlin terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan semangat. “Wah, itu kedengarannya seru banget! Aku belum pernah ke kampung halaman ayah kamu. Pasti bakal jadi pengalaman baru buat aku.”
Leony merasa lega mendengar antusiasme Erlin. “Aku juga pengen kamu bisa lihat kampung halaman ayahku. Di sana banyak tempat-tempat keren. Ada pegunungan, sungai yang jernih, sama desa yang masih asli banget. Aku yakin kamu bakal suka.”
Erlin tersenyum, matanya berbinar membayangkan suasana desa yang asri. “Ya ampun, Kak, aku udah nggak sabar pengen cepet-cepet ke sana. Terus nanti kita ngapain aja di sana?”
Leony mulai merinci rencananya. “Pertama, kita bisa ke makam ayahku. Aku pengen ngajak kamu buat ngedoain beliau. Terus, kita bisa mampir ke rumah nenek. Aku yakin nenek bakal seneng banget ketemu kamu. Dan pasti dia bakal masakin kita makanan-makanan enak!”
Erlin tertawa kecil. “Wah, aku suka banget makanan rumahan. Apalagi kalau yang masak nenek, pasti mantap banget. Terus, kita bisa jalan-jalan kemana aja?”
“Kita bisa pergi ke air terjun yang ada di sana. Tempatnya keren banget, airnya jernih, terus suasananya adem. Nanti kita bisa piknik di sana. Dan kalau kamu mau, kita bisa naik gunung yang ada di belakang desa. Pemandangannya luar biasa, bisa liat desa dari atas,” jelas Leony dengan antusias.
Erlin semakin bersemangat mendengar rencana Leony. “Kedengarannya seru banget! Terus kegiatan apa lagi yang bisa kita lakukan di sana?”
Leony tersenyum, menyadari bahwa Erlin tertarik dengan semua rencananya. “Kita juga bisa belajar menanam di sawah, atau kalau kamu tertarik, kita bisa belajar membuat kerajinan tangan dari bambu. Banyak orang di sana yang masih mengerjakan kerajinan tradisional. Aku pikir itu bakal jadi pengalaman seru.”
Erlin mengangguk. “Bener banget. Aku pengen banget bisa belajar banyak hal baru. Dan rasanya liburan kali ini bakal jadi liburan yang paling berkesan.”
Leony merasa hangat di dalam hatinya. Bekerja sama dengan Erlin untuk merencanakan sesuatu membuatnya merasa lebih dekat dan semakin menghargai hubungan mereka. “Aku juga nggak sabar, Dek. Aku yakin liburan ini bakal jadi momen yang nggak bakal kita lupakan.”
Erlin tersenyum lembut. “Terima kasih udah ngajak aku, Kak. Aku seneng banget bisa jadi bagian dari hidup kamu dan mengenal keluargamu lebih dalam.”
Leony menggenggam tangan Erlin dengan lembut. “Aku juga, Dek. Kamu adalah bagian penting dalam hidupku sekarang, dan aku pengen kamu tau itu.”
Mereka berdua saling bertukar senyum, merasakan kehangatan dari kebersamaan mereka. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, mereka tahu bahwa dengan kerja sama dan dukungan satu sama lain, mereka bisa melewati semuanya.
***
Setelah merencanakan liburan bersama di ruang tamu, Leony dan Erlin mendengar suara pintu depan terbuka. Itu adalah orang tua Erlin, Ibu Ratna dan Bapak Hadi, yang baru saja pulang dari kerja.
"Eh, sudah pulang, Ma, Pa," sapa Erlin, tersenyum menyambut kedatangan mereka.
Leony berdiri dan sedikit menunduk, memberikan salam sopan. "Selamat sore, Pak, Bu."
Bu Ratna tersenyum ramah sambil melepaskan sepatu kerjanya. "Oh, Leony, selamat sore. Kamu di sini rupanya. Gimana kabarnya?"
"Baik, Bu, terima kasih," jawab Leony.
Setelah beberapa saat, mereka semua berkumpul di meja makan. Erlin duduk di sebelah Leony, sementara Ibu Ratna dan Bapak Hadi duduk di seberang mereka. Makanan sudah tersaji di meja, dan suasana makan malam pun dimulai dengan suasana hangat.
Selama makan malam, Erlin sesekali melirik Leony, terlihat sedikit gugup. Akhirnya, setelah beberapa saat, Erlin memberanikan diri untuk berbicara.
"Ma, Pa, ada yang pengen Erlin omongin sama kalian," katanya, membuka percakapan dengan nada serius.
Pak Hadi mengangkat alisnya sedikit, lalu meletakkan sendoknya. "Apa itu, Nak?"
Erlin menghela napas sebelum melanjutkan. "Aku pengen izin liburan sama Leony ke kampung halaman mendiang ayahnya. Kami udah ngerencanain buat pergi waktu libur semester nanti."
Bu Ratna tampak berpikir sejenak, sementara Pak Hadi memandang Leony sejenak sebelum kembali melihat ke arah putrinya. "Ke kampung halaman mendiang ayahnya Leony? Kapan kamu rencananya pergi?" tanya Bapak Hadi.
Erlin menjawab dengan tenang, meski sedikit tegang. "Iya, Pa. Rencananya waktu libur semester nanti. Kami pengen mengunjungi makam mendiang ayah Leony juga, terus jalan-jalan sedikit di sana."
Ibu Ratna melihat ke arah Leony dengan pandangan penuh perhatian. "Jadi, kamu yang ngajak Erlin, Leony?"
Leony mengangguk dengan sopan. "Iya, Pak, Bu. Saya pikir akan menyenangkan kalau Erlin bisa ikut. Di sana juga ada banyak tempat yang bagus untuk dikunjungi, dan saya ingin memperkenalkan Erlin ke kampung halaman ayah saya."
Pak Hadi terdiam sebentar, lalu tersenyum. "Kalau begitu, kalian harus menjaga diri baik-baik di sana. Pastikan kalian tetap berkomunikasi dengan kami selama di sana."
Erlin tersenyum lega mendengar respons positif dari ayahnya. "Iya, Pa, Ma. Erlin janji bakal hati-hati dan sering ngabarin."
Ibu Ratna akhirnya tersenyum juga, terlihat sedikit lebih rileks. "Baiklah, kalau begitu kami izinkan. Tapi ingat, jaga sikap dan saling menjaga satu sama lain, ya."
Leony tersenyum dengan lega, merasa senang karena mendapat izin dari kedua orang tua Erlin. "Terima kasih, Pak, Bu. Saya janji akan menjaga Erlin dengan baik."
Makan malam pun dilanjutkan dengan suasana yang lebih ringan dan hangat. Leony dan Erlin saling bertukar pandang dengan senyum, merasa lega bahwa rencana liburan mereka telah mendapat restu dari orang tua Erlin. Momen ini semakin memperkuat hubungan mereka dan menambah kepercayaan diri untuk menjalani rencana-rencana mereka ke depannya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...