Problem of Relationship

16 2 0
                                    

Hubungan Leony dan Erlin, yang awalnya penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan, mulai terguncang setelah beberapa konflik muncul dari berbagai arah. Perbedaan pendapat dengan teman-teman mereka dan tekanan dari luar perlahan-lahan mulai mempengaruhi hubungan mereka.

Suatu sore sepulang sekolah, Leony dan Erlin memutuskan untuk bertemu di taman dekat sekolah. Keduanya duduk di bangku taman, di bawah pohon rindang yang biasa menjadi tempat mereka berbincang. Namun, kali ini, suasana di antara mereka terasa berbeda—lebih berat dan tegang.

Erlin memulai pembicaraan, suaranya pelan dan penuh keraguan, "Kak... kita baik-baik aja kan?"

Leony terdiam sejenak sebelum menghela napas panjang. "Aku nggak tau, Dek. Rasanya semua ini jadi makin berat. Temen-temen kita khawatir, dan aku juga nggak mau hubungan ini bikin kita berdua jadi nggak fokus sama hal-hal lain."

Erlin menunduk, merasa ada yang tidak beres. "Kakak masih sayang sama aku, kan?"

Leony menatap Erlin dengan mata yang penuh dilema. "Tentu aku sayang sama kamu, Dek. Tapi... Aku juga nggak bisa bohong kalau semua tekanan ini mulai ngganggu hubungan kita. Aku nggak mau kita jadi nggak bahagia gara-gara semua ini."

Erlin merasakan hatinya mencelos. Dia selalu tahu bahwa hubungan mereka tidak akan mudah, tapi dia tidak menyangka akan seberat ini. "Kakak... Kakak mau nyerah?"

Leony menggeleng pelan. "Bukan gitu, Dek. Aku cuma... aku nggak tau harus gimana sekarang. Aku takut kita malah saling menyakiti kalo terus kayak gini."

Erlin merasa ada air mata yang mulai menggenang di sudut matanya. "Aku nggak mau kita berakhir kayak gini, Kak. Aku sayang sama Kakak, dan aku nggak mau kehilangan Kakak."

Leony terdiam, hatinya terasa berat mendengar kata-kata Erlin. Dia juga tidak ingin kehilangan Erlin, tapi di sisi lain, dia merasa terjebak dalam situasi yang rumit dan penuh tekanan.

Setelah beberapa saat hening, Leony akhirnya berkata, "Mungkin... mungkin kita butuh waktu, Dek. Buat mikirin semuanya dengan tenang. Aku nggak mau kita bikin keputusan yang salah cuma karena lagi kebawa emosi."

Erlin menatap Leony dengan tatapan sedih. "Jadi, Kakak mau kita pisah dulu?"

Leony menunduk, merasa berat untuk mengatakan kata-kata itu. "Bukan pisah, cuma... kasih waktu buat diri kita masing-masing. Buat mastiin apa yang kita rasain ini bener-bener kuat buat ngelawan semua rintangan yang ada."

Erlin menggigit bibirnya, mencoba menahan air matanya agar tidak tumpah. "Kalau itu yang Kakak mau, aku akan coba terima. Tapi tolong jangan pergi jauh dari aku ya, Kak."

Leony mengangguk pelan. "Aku nggak akan pergi, Dek. Kita cuma butuh waktu untuk berpikir."

Setelah percakapan itu, keduanya duduk dalam keheningan. Angin sore yang lembut menerpa mereka, namun tidak ada yang merasakan kehangatan seperti biasanya. Hati mereka penuh dengan ketidakpastian, dan meskipun tidak ada yang diucapkan, keduanya tahu bahwa hubungan mereka sedang berada di titik krisis.

Mereka sepakat untuk memberi ruang satu sama lain, berharap waktu akan memberi mereka jawaban yang mereka butuhkan. Meskipun keputusan ini sulit, mereka tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk menyelamatkan hubungan mereka dari kehancuran.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang