Leony baru saja keluar dari kelas, bergegas menuju area kampus yang ramai. Handphone-nya bergetar, dan dia melihat nama ibunya, Bu Tuti, tertera di layar. Dengan senyum, Leony menjawab teleponnya.
"Hallo, Bu," sapa Leony lembut.
"Hallo, Nak. Bagaimana kuliahmu hari ini?" tanya Bu Tuti penuh perhatian.
"Lancar, Bu. Tapi ya capek banget," jawab Leony, sambil berusaha menjaga nada suaranya agar tidak terdengar terlalu lelah.
"Gimana kabar Erlin?" tanya Bu Tuti lagi, penasaran.
"Dia baik-baik aja, Bu. Sekarang dia sibuk dengan pelajaran serta ekskul basketnya," kata Leony sambil menyeberang jalan menuju kosannya.
"Ibu senang dengarnya, Nak. Semoga semuanya berjalan lancar untuk kalian berdua. Oh iya, ngomong-ngomong gimana hubungan kalian?" Bu Tuti bertanya dengan nada yang penuh perhatian.
Leony tersenyum, "Kami baik-baik aja, Bu. Meski jadwal kami padat, kami saling mendukung satu sama lain."
***
Sementara itu, Erlin baru saja keluar dari kelas, masih dalam suasana sibuk setelah mengikuti pelajaran tambahan. Ia memeriksa handphone-nya dan melihat ada panggilan dari ibunya, Bu Ratna. Dengan cepat, ia menjawabnya.
"Hallo, Ma," sapa Erlin, sedikit kelelahan tetapi tetap ceria.
"Erlin, gimana sekolahmu hari ini?" tanya Bu Ratna dengan nada penuh perhatian.
"Semuanya baik, Ma. Tadi ada pelajaran tambahan yang cukup melelahkan, tapi aku bisa mengikutinya," jawab Erlin sambil melangkah ke kantin sekolah.
"Gimana dengan Leony? Apa dia baik-baik saja?" tanya Bu Ratna.
Erlin tersenyum, "Leony baik-baik saja kok, Ma. Dia tadi pagi kuliah kok, jadi dia agak sibuk, tapi kami tetap menjaga komunikasi."
Setelah percakapan singkat itu, Erlin bergabung dengan teman-teman ekskul basketnya di kantin sekolah. Mereka tengah nongkrong, berbincang-bincang dan bercanda.
"Jadi, Erlin, bagaimana rasanya tinggal bersama Leony?" tanya Aira, teman sekelasnya dengan penasaran.
Erlin tertawa kecil, "Ya, jadi kami harus lebih mengatur waktu kami. Kadang-kadang sibuk, tapi kami saling mendukung."
"Wow, keren sih. Jadi, semuanya sudah oke dengan keluarga kalian?" tanya Rina, yang duduk di samping Aira.
"Iya, semua setuju. Kedua keluarga kami akhirnya sama-sama ngasih dukungan. Mereka melihat betapa kami saling mendukung dan berusaha keras, jadi mereka memberikan restu," jawab Erlin, merasa lega dan bahagia.
Dengan adanya dukungan dari keluarga dan teman-teman, Leony dan Erlin merasa lebih percaya diri dan bersemangat menjalani hari-hari mereka. Mereka tahu bahwa persetujuan sosial adalah langkah penting dalam perjalanan mereka, dan mereka siap menghadapi tantangan baru yang akan datang.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...