Problem With Friends

11 2 0
                                    

Setelah beberapa hari berlalu, Leony dan Erlin merasa semakin dekat satu sama lain. Namun, hubungan mereka mulai mempengaruhi dinamika pertemanan mereka, dan masalah baru mulai muncul.

Suatu siang, Leony, Maya, dan Dito sedang duduk bersama di kantin seperti biasa. Namun, ada yang berbeda hari itu—atmosfer di antara mereka terasa tegang.

"Leony, gue pengen ngomong sama lo," ucap Maya tiba-tiba, dengan nada serius yang jarang dia gunakan.

Leony, yang sedang menikmati makan siangnya, mendongak dan menatap Maya dengan alis terangkat. "Ada apa, May?"

Dito yang duduk di sebelah Maya ikut menimpali, "Gue juga. Ini tentang hubungan lo sama Erlin."

Leony merasakan ada sesuatu yang kurang baik akan dibicarakan. Dia meletakkan sendoknya dan bersandar ke kursi, mencoba tetap tenang. "Oke, ngomong aja. Ada apa?"

Maya menghela napas panjang sebelum akhirnya bicara, "Lo tau kan kita dukung lo dan Erlin dari awal, tapi belakangan ini, gue merasa lo jadi agak jauh dari kita."

Dito menambahkan, "Iya, Nyet. Gue ngerti kalau lo lagi jatuh cinta, tapi gue khawatir aja kalau hubungan lo sama Erlin malah bikin lo nggak fokus ke hal-hal lain. Lo tahu, kan, lo punya banyak tanggung jawab di OSIS."

Leony terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka katakan. "Jadi, kalian khawatir gue nggak bisa ngimbangin semuanya gara-gara Erlin?"

Maya mengangguk. "Iya, bukan cuma itu. Gue juga khawatir kalau hubungan lo sama dia terlalu cepat dan terlalu dalam. Gue nggak mau lo terluka."

Leony menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Gue ngerti kekhawatiran kalian. Tapi, gue udah mikirin ini matang-matang. Gue sayang sama Erlin, dan gue nggak akan biarin hubungan ini bikin gue nggak fokus."

Maya dan Dito saling pandang sebelum akhirnya mengangguk. "Kita cuma pengen yang terbaik buat lo, Nyet," kata Maya lembut.

***

Sementara itu, di sisi lain sekolah, Erlin sedang berkumpul dengan Aira dan Rina di taman. Mereka juga ingin berbicara serius dengan Erlin.

"Erlin, kita perlu ngomong," ucap Aira dengan nada sedikit cemas.

Erlin menatap kedua temannya dengan penuh perhatian. "Ada apa? Kalian kayaknya serius banget."

Rina menghela napas, "Erlin, kita khawatir sama lo. Lo tau nggak, akhir-akhir ini lo jadi sering menutup diri dari kita. Gue ngerti lo lagi sibuk sama Kak Leony, tapi jangan sampe lo ninggalin kita juga."

Erlin tersenyum kecut, merasa bersalah. "Maaf ya kalo aku bikin kalian merasa kayak gitu. Aku nggak bermaksud ngejauhin kalian. Aku... Aku juga lagi sibuk dengan hubungan kami berdua."

Aira mengangguk pelan. "Kita ngerti kok, tapi inget, kita di sini juga buat lo. Kalau ada apa-apa, kita selalu siap buat dengerin."

Erlin mengangguk, merasa lega. "Aku nggak mau kita jadi jauh cuma gara-gara ini. Kalian teman-temanku, dan itu nggak akan berubah."

Setelah percakapan itu, Leony dan Erlin menyadari bahwa mereka harus lebih berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara hubungan mereka dan persahabatan dengan teman-teman mereka. Meskipun teman-teman mereka mengkhawatirkan keadaan ini, Leony dan Erlin bertekad untuk tidak mengecewakan orang-orang yang peduli pada mereka.

Meskipun ada kekhawatiran dan ketidaksetujuan dari teman-teman mereka, Leony dan Erlin berjanji untuk saling mendukung dan menjaga hubungan mereka tetap sehat tanpa mengorbankan pertemanan mereka. Mereka tahu bahwa tantangan ini adalah bagian dari perjalanan mereka dan bahwa mereka harus menghadapi semuanya bersama-sama.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang