Penerimaan Diri

26 4 0
                                    

Hari Sabtu sore, Leony dan Erlin duduk di taman sekolah, menikmati suasana tenang yang kontras dengan kesibukan hari-hari mereka. Matahari mulai terbenam, menciptakan cahaya lembut yang menyelimuti mereka. Mereka duduk bersebelahan di bangku taman, tangan mereka saling berdekatan.

Erlin memandang Leony dengan penuh rasa ingin tahu. "Kamu kelihatan lebih tenang hari ini, aku bisa merasakannya. Ada yang mau kamu ceritain?"

Leony tersenyum lembut. "Iya, aku cuma butuh waktu buat merenung. Aku udah banyak mikir tentang hubungan kita dan apa yang aku rasakan."

Erlin menatap Leony dengan penuh perhatian, menunggu jawaban lebih lanjut. "Jadi, gimana? Apa yang kamu dapetin dari semua pemikiran itu?"

Leony menarik napas dalam-dalam. "Aku sadar kalau selama ini aku lebih fokus sama ketidakpastian dan ketakutan daripada fokus pada perasaan kita yang sebenarnya. Aku terus-terusan berpikir tentang apa yang orang lain pikirkan dan tentang bagaimana perasaan aku, sampai aku lupa tentang bagaimana seharusnya kita menjalani hubungan ini."

Erlin memegang tangan Leony dengan lembut. "Aku ngerti kok. Aku juga ngerasa bingung dan khawatir. Tapi aku selalu merasa kalau kita bisa lewatinnya bareng-bareng."

Leony menatap Erlin dengan penuh rasa sayang. "Iya, kamu benar. Aku harus lebih jujur dengan diri sendiri dan dengan kamu. Aku sadar kalau aku sebenarnya mencintai kamu dan pengen banget hubungan kita ini berlanjut dengan baik."

Erlin tersenyum bahagia, merasakan kepastian yang sama. "Aku juga merasakannya. Aku udah lama nunggu momen ini, dan aku senang akhirnya kita bisa bener-bener mengakui perasaan kita."

Leony meraih wajah Erlin dengan lembut, kedua tangan mereka saling bertautan. "Kamu tahu, aku cuma pengen bikin kamu bahagia. Dan aku nggak mau lagi nahan-nahan perasaan aku."

Erlin memandang Leony dengan tatapan penuh cinta. "Aku juga. Aku pengen kita jadi lebih dari sekadar pacar. Aku pengen kita jadi partner dalam segala hal."

Leony tersenyum lebar. "Kalau begitu, ayo kita mulai dari sini. Kita hadapi semua ini bareng-bareng."

Mereka saling menatap dengan penuh kehangatan sebelum Leony dengan lembut menarik wajah Erlin mendekat. Perlahan, mereka saling berciuman untuk pertama kalinya. Ciuman itu terasa lembut dan penuh perasaan, seolah-olah mengungkapkan semua cinta dan kepastian yang selama ini mereka simpan.

Saat mereka melepaskan ciuman, Leony memeluk Erlin dengan penuh kasih sayang. "Aku sayang kamu, Dek. Dan aku siap untuk menghadapi masa depan bersama kamu."

Erlin memeluk balik Leony dengan erat. "Aku juga sayang kamu, Kak. Dan aku nggak sabar untuk menjalani hari-hari berikutnya bareng kamu."

Mereka duduk berdua dalam keheningan yang nyaman, merasakan kedekatan dan kebahagiaan yang mendalam. Dengan penerimaan diri dan perasaan yang sudah diungkapkan, mereka siap untuk melanjutkan perjalanan cinta mereka dengan penuh keyakinan dan kebahagiaan.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang