Kekuatan Dukungan

13 2 1
                                    

Hari ketiga ujian nasional akhirnya tiba. Setelah dua hari berturut-turut menghadapi soal-soal ujian yang cukup menegangkan, Leony mulai merasakan lelah yang menggerogoti tubuh dan pikirannya. Namun, ia tahu bahwa ini bukan saatnya menyerah. Masih ada beberapa hari lagi yang harus ia hadapi, dan ia ingin memberikan yang terbaik.

Pagi itu, Leony duduk di ruang makan rumahnya, menatap ponselnya sambil menyesap teh hangat. Seperti biasa, ada pesan dari Erlin.

"Good luck, Kak! Hari ini pasti lebih mudah! Aku udah siapin sesuatu yang spesial buat nanti siang. Semangat ya, sayang!"

Senyuman Leony kembali muncul di wajahnya. Erlin selalu tahu cara membuatnya merasa lebih baik, bahkan ketika dunia terasa sangat berat. Leony membalas dengan cepat.

"Terima kasih, Dek. Aku akan lakukan yang terbaik! Jangan lupa belajar juga ya buat ujian kamu nanti."

Leony menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum berangkat ke sekolah.

***

Sesampainya di sekolah, Leony langsung bergabung dengan teman-temannya yang juga sedang menunggu di luar ruang ujian. Banyak dari mereka masih terlihat tegang, namun beberapa sudah mulai terbiasa dengan tekanan yang dihadapi setiap hari.

Ujian hari ketiga ini adalah Bahasa Inggris, salah satu mata pelajaran yang cukup disukai oleh Leony. Meski begitu, ia tetap tidak ingin meremehkannya. Setiap soal harus dikerjakan dengan cermat agar hasilnya bisa maksimal.

Ketika waktu ujian dimulai, Leony membuka lembar soal dengan hati-hati. Ternyata, soal-soal Bahasa Inggris tidak sesulit yang ia bayangkan. Membaca teks dalam bahasa Inggris dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya terasa lebih nyaman dibandingkan ujian matematika dan bahasa Indonesia sebelumnya.

Namun, meskipun ia merasa lebih tenang, Leony tetap berusaha untuk fokus sepenuhnya hingga ujian selesai. Beberapa kali ia berhenti sejenak, mengingat pesan-pesan dukungan dari Erlin yang terus mengalir setiap harinya. Pikiran tentang Erlin memberinya kekuatan untuk terus maju.

Setelah ujian selesai, Leony keluar dari ruang ujian dengan perasaan lebih baik. Hari ini terasa lebih ringan, dan ia merasa puas dengan usaha yang sudah ia lakukan.

Begitu sampai di rumah, seperti yang dijanjikan, Erlin sudah menunggunya di depan pintu dengan membawa sebungkus makanan kesukaan Leony—sate ayam dari warung favorit mereka.

"Aku tahu kamu pasti lapar abis ujian, Kak. Nih, makan dulu biar semangat lagi buat besok," kata Erlin sambil tersenyum hangat.

Leony tersenyum lebar, merasa terharu dengan perhatian pacarnya. Mereka duduk di ruang tamu dan berbagi cerita tentang ujian yang sudah dijalani. Erlin bercerita tentang persiapannya untuk ujian kenaikan kelas, sementara Leony menceritakan soal-soal yang ia hadapi hari itu.

***

Hari keempat adalah ujian fisika, salah satu mata pelajaran yang membuat Leony merasa sedikit tertekan. Meskipun ia memahami konsep-konsep dasar fisika, soal-soalnya sering kali menuntut perhitungan yang rumit dan presisi yang tinggi. Pagi itu, rasa gugup semakin terasa, tetapi dukungan dari Erlin membantu Leony untuk tetap tenang.

Seperti biasa, sebelum berangkat ke sekolah, Leony menerima pesan dari Erlin.

"Kamu pasti bisa, Kak! Aku yakin kamu udah belajar banyak buat Fisika. Semangat ya, nanti kita ketemu lagi di rumah kayak kemarin."

Leony tersenyum membaca pesan itu. Dia merasa lebih tenang setiap kali mengingat bahwa ada orang yang mendukungnya sepenuhnya, bahkan di saat-saat yang paling sulit. Setelah merapikan seragamnya, Leony segera berangkat ke sekolah dengan tekad yang kuat untuk menghadapi ujian hari itu.

Saat ujian dimulai, Leony membuka lembar soal fisika dengan hati-hati. Seperti yang sudah ia duga, soalnya memang menantang. Ada beberapa soal tentang hukum Newton, listrik, dan optik yang membuatnya berhenti sejenak untuk berpikir lebih dalam.

Namun, meskipun beberapa soal terasa sulit, Leony berusaha untuk tetap fokus dan mengerjakannya dengan tenang. Ia mengingat kembali semua persiapan yang telah ia lakukan sebelumnya, serta dukungan dari Erlin yang selalu ada di belakangnya.

Waktu ujian berjalan dengan cepat, dan Leony berusaha menyelesaikan setiap soal dengan sebaik mungkin. Ketika bel tanda ujian selesai berbunyi, Leony merasa lega meskipun sedikit lelah. Ia tahu bahwa ia telah memberikan yang terbaik dalam ujian hari itu.

Begitu ujian selesai, Leony langsung pulang ke rumah, dan seperti biasa, Erlin sudah menunggunya di depan pintu dengan membawa makanan kesukaannya—kali ini pizza dari restoran favorit mereka.

"Gimana ujiannya tadi? Susah nggak?" tanya Erlin sambil memberikan sekotak pizza ke Leony.

Leony mengangguk sambil tersenyum lemah. "Susah sih, tapi aku coba kerjain semuanya. Kayaknya cukup oke."

Mereka berdua duduk bersama di ruang tamu, berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing selama ujian berlangsung. Erlin berbicara tentang persiapannya menghadapi ujian kenaikan kelas, sementara Leony menceritakan bagaimana ia menghadapi soal-soal fisika yang rumit.

Meskipun sibuk dengan ujian masing-masing, kehadiran Erlin di setiap akhir hari selalu menjadi momen yang dinanti-nanti oleh Leony. Dukungan yang diberikan oleh pacarnya, baik melalui pesan-pesan maupun kehadirannya secara langsung, membuat Leony merasa bahwa ia tidak menghadapi semua ini sendirian.

Selama hari-hari ujian berikutnya, rutinitas mereka tetap sama. Leony terus menghadapi sisa-sisa ujian nasionalnya dengan penuh semangat, sementara Erlin tetap berada di sisinya, memberikan dukungan yang tak tergoyahkan. Meski jarang bertemu karena kesibukan ujian, mereka selalu menjaga komunikasi, berbagi cerita, dan memberikan semangat satu sama lain.

Bagi Leony, kehadiran Erlin selama masa-masa ujian ini adalah hal yang sangat berarti. Setiap pesan, setiap kunjungan, dan setiap kata penyemangat dari pacarnya menjadi pengingat bahwa ia tidak berjuang sendirian. Bersama-sama, mereka menghadapi tantangan ini dengan dukungan dan cinta yang tak tergoyahkan.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang