Hari itu, sekolah sedang sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler yang berlangsung. Leony, sebagai ketua OSIS, juga turun tangan memantau berbagai kegiatan di sekolah, termasuk ekskul basket yang merupakan salah satu favorit Erlin.
Di lapangan basket, Erlin tengah berlatih dengan penuh semangat. Meskipun baru bergabung, dia sudah menunjukkan bakat dan antusiasme yang luar biasa. Leony memperhatikan dari pinggir lapangan, menyaksikan bagaimana Erlin berlatih dengan keras.
Tiba-tiba, suasana di lapangan berubah drastis. Erlin, yang sebelumnya tampak sangat fokus, tiba-tiba berhenti dan terlihat seperti tidak sadar. Dia mulai bergerak dengan cara yang tidak biasa, seolah tidak lagi dalam kendali dirinya sendiri. Teman-teman sekelompoknya segera menyadari ada yang tidak beres dan mulai panik.
Leony segera berlari ke arah Erlin. “Dek! Lo kenapa?” tanyanya, mencoba mengerti situasi yang terjadi.
Erlin, dalam keadaan aneh itu, hanya menatap kosong dan bergerak dengan cara yang tidak bisa dijelaskan. Para pelatih dan siswa lainnya berusaha menenangkan Erlin, tapi tampaknya usaha mereka sia-sia. Leony merasa cemas dan bingung, tidak tahu harus melakukan apa.
Melihat kondisi tersebut, Leony memutuskan untuk segera menghubungi pihak sekolah dan meminta bantuan. Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, seorang guru dan beberapa petugas medis datang dan mencoba membantu Erlin.
Leony berdiri di samping Erlin, tidak bisa menjauhkan tatapannya dari teman barunya yang sedang mengalami hal aneh itu. Dia merasa sangat khawatir dan ingin melakukan apa saja untuk membantu. Akhirnya, setelah beberapa waktu, Erlin mulai sadar kembali dan menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mulai kembali ke keadaan normal.
“Dek, lo udah mendingan?” tanya Leony dengan suara lembut, berusaha untuk tidak menunjukkan betapa cemasnya dia.
Erlin mengangguk, meskipun masih tampak lelah dan bingung. “Kak, maaf banget. Aku nggak ngerti apa yang barusan terjadi.”
Leony menarik napas lega dan tersenyum. “Gak apa-apa. Yang penting lo udah oke. Kita bawa lo ke ruang UKS dulu, ya?”
Erlin mengangguk dan dibantu oleh Leony menuju ruang UKS. Sepanjang perjalanan, Leony terus menemani Erlin dan memberinya dukungan. Erlin tampaknya merasa sangat bersyukur karena Leony ada di sana untuk menolongnya.
Di ruang UKS, Erlin beristirahat sementara Leony duduk di sampingnya. “Lo nggak usah khawatir, Dek. Semua bakal baik-baik aja. Lo cuma perlu istirahat dan minum obat.”
Erlin menghela napas dan tersenyum lemah. “Makasih banget, Kak. Aku bener-bener nggak tau apa yang terjadi tadi.”
Leony menggenggam tangan Erlin dengan lembut. “Yang penting sekarang lo udah mendingan. Kalau ada apa-apa, gue bakal selalu ada buat lo.”
Selama beberapa jam berikutnya, Leony menemani Erlin hingga dia benar-benar merasa lebih baik. Kejadian tak terduga ini membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Leony merasa terikat dengan Erlin lebih dari sebelumnya, dan Erlin juga merasakan kedekatan yang mendalam terhadap Leony.
Setelah kejadian tersebut, hubungan mereka semakin kuat. Mereka mulai berbagi lebih banyak momen dan cerita, dan Leony merasa semakin sulit untuk menyembunyikan perasaannya. Keduanya merasa lebih memahami dan menghargai satu sama lain, dan Leony mulai merasakan betapa pentingnya Erlin dalam hidupnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...