Support System

26 2 0
                                    

Hari itu, setelah pulang sekolah, Erlin tampak lebih ceria dari biasanya. Dia meminta Leony untuk ikut dengannya ke rumah, di mana dia berencana memperkenalkan Leony kepada kedua orangtuanya. Leony, yang masih merasa sedikit cemas tentang pertemuan itu, mengikuti Erlin dengan penuh semangat.

Di sepanjang perjalanan, Erlin terus berbicara tentang keluarganya, menjelaskan betapa pentingnya mereka baginya dan betapa dia berharap agar Leony bisa mendapatkan sambutan yang hangat dari mereka.

Setibanya di rumah Erlin, suasana terasa nyaman dan hangat. Erlin membuka pintu dan memanggil, “Mama, Papa, aku pulang!”

Suara langkah kaki terdengar dari dalam rumah, dan tak lama kemudian, Mamanya Erlin, Bu Ratna, muncul di depan pintu dengan senyum ramah. “Oh, sayang, kamu sudah pulang! Dan ini… siapa?”

Erlin mengangguk ke arah Leony. “Mama, Papa, ini Leony, teman sekolahku.”

Bu Ratna tersenyum dan menjabat tangan Leony. “Senang bertemu denganmu, Leony. Silakan masuk.”

Leony merasa sedikit canggung saat memasuki rumah, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang. Dia duduk di ruang tamu sambil menunggu Erlin dan orangtuanya duduk di sekelilingnya.

Sementara itu, Papanya Erlin, Pak Hadi, masuk ke ruang tamu dengan wajah penuh rasa ingin tahu. “Jadi, Leony, kamu teman sekolah Erlin ya? Apa yang kalian lakukan di sekolah?”

Leony tersenyum, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa gugupnya. “Iya, Pak. Kami satu kelas, dan kami juga aktif di beberapa kegiatan sekolah.”

Pak Hadi mengangguk. “Oh, baguslah. Erlin sering cerita tentang sekolahnya, tapi baru kali ini dia memperkenalkan teman sekolahnya kepada kami.”

Obrolan berlanjut dengan santai, dan Leony merasa sedikit lebih nyaman seiring berjalannya waktu. Mereka berbicara tentang kegiatan sehari-hari dan hal-hal kecil yang membuat mereka tertarik.

Setelah beberapa saat, Bu Ratna menawarkan minuman dan camilan. “Kalian pasti lelah setelah sekolah. Ayo, nikmati camilan ini. Aku senang sekali Erlin punya teman seperti Leony.”

Erlin tampak sangat senang melihat bagaimana ibunya berusaha membuat Leony merasa diterima. Leony merasa lebih lega, meskipun dia belum mengatakan secara langsung bahwa mereka berpacaran.

Saat obrolan berlanjut, Leony dan Erlin terlibat dalam diskusi tentang rencana mereka untuk ke depan, dan Pak Hadi serta Bu Ratna mendengarkan dengan penuh perhatian. Namun, saat diskusi mulai membahas tentang masa depan mereka, Leony mulai merasakan ketegangan di udara.

Setelah beberapa saat, Bapak Hadi akhirnya berbicara dengan nada serius. “Erlin, aku senang kamu punya teman-teman baik di sekolah. Tapi, ingatlah untuk tetap fokus pada pendidikanmu dan jangan sampai hubungan ini mengganggu tujuanmu.”

Erlin mengangguk dengan penuh pengertian. “Iya, Pa. Aku paham.”

Leony memandang Erlin dan kemudian berkata dengan lembut, “Aku juga mendukung Erlin sepenuhnya. Kita akan selalu berusaha menjaga keseimbangan antara pendidikan dan hubungan.”

Bu Ratna tersenyum dan berkata, “Itu yang kami harapkan. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Erlin.”

Meskipun ada sedikit ketegangan, Leony merasa lebih percaya diri setelah pertemuan ini. Dia tahu bahwa mendapatkan dukungan dari keluarga Erlin akan menjadi langkah penting dalam hubungan mereka ke depan. Saat waktu berlalu, Leony dan Erlin merasa lebih dekat dan lebih yakin bahwa mereka bisa menghadapi tantangan apapun bersama.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang