Setelah minggu yang berat dipenuhi dengan ujian, kini giliran masa penantian yang harus dihadapi Leony dan Erlin. Meskipun ujian sudah selesai, kecemasan justru belum sepenuhnya hilang. Bagaimanapun, hasil ujian akan menjadi penentu langkah mereka selanjutnya.
Leony mencoba mengalihkan pikirannya dengan bekerja paruh waktu di kafe yang selalu ia dan Erlin kunjungi. Selama seminggu terakhir, ia bekerja sebagai barista di sana. Setiap kali Leony meracik minuman, pikirannya sering kali melayang ke masa depan, memikirkan hasil ujian, dan yang terpenting, bagaimana semua ini akan memengaruhi kehidupannya dan Erlin.
Di sisi lain, Erlin juga tidak mau larut dalam kecemasan. Selama menunggu pengumuman kenaikan kelas, dia mengikuti kegiatan class meeting yang diselenggarakan oleh OSIS di sekolah. Sebagai salah satu anggota basket, Erlin banyak terlibat dalam pertandingan persahabatan antar kelas. Itu memberinya sedikit ruang untuk melepas penat, meski di balik semua keceriaan acara, pikirannya tetap terikat pada hasil ujian yang akan segera diumumkan.
***
Sore itu, Leony baru saja selesai bekerja. Dia melepas apron dan keluar dari kafe dengan langkah ringan. Di pintu keluar, ia melihat sosok yang sudah familiar—Erlin, dengan seragam sekolahnya, menunggu sambil tersenyum lebar.
"Hai, Kak! Capek nggak kerja hari ini?" tanya Erlin riang sambil melambaikan tangan.
Leony tersenyum, merasa lega melihat wajah cerah Erlin setelah seharian bekerja.
"Lumayan, tapi nggak seberat ujian kemarin," jawab Leony sambil mendekat. Mereka berjalan beriringan di sepanjang trotoar.
"Gimana class meeting-nya?" tanya Leony.
"Seru banget, Kak! Aku sama tim basket menang lagi tadi. Cuma, ya tetap deg-degan soal hasil ujian. Kamu gimana? Udah nggak sabar nunggu kelulusan?" Erlin menoleh, memandang Leony dengan tatapan penuh tanya.
Leony mengangguk pelan, meskipun di balik senyumnya ada sedikit kecemasan. "Iya, tinggal nunggu pengumuman aja sekarang. Sebenarnya sih masih khawatir, tapi mau gimana lagi, kan? Kita udah berusaha sebaik mungkin."
Erlin meraih tangan Leony, menggenggamnya erat. "Iya, Kak. Apa pun hasilnya nanti, kita hadapi bareng-bareng. Kamu udah kerja keras, aku juga, jadi nggak usah terlalu cemas. Kita pasti bisa."
Mereka melanjutkan perjalanan, berbincang tentang rencana setelah pengumuman nanti. Erlin bercerita tentang keinginannya untuk lebih serius di bidang olahraga dan bercita-cita menjadi guru olahraga, sementara Leony masih bertekad untuk masuk ke perguruan tinggi dan melanjutkan impiannya menjadi dokter. Meskipun jalan di depan mereka mungkin tidak selalu mulus, keduanya merasa yakin bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang akan datang, selama mereka bersama.
Sore itu ditutup dengan makan malam ringan di sebuah tempat sederhana yang biasa mereka kunjungi. Di tengah percakapan dan canda tawa, kecemasan perlahan-lahan memudar, digantikan oleh harapan dan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi nanti, mereka siap menghadapinya bersama.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...