Pagi yang cerah menyambut kesibukan di rumah Leony. Dia sedang memeriksa satu per satu barang yang akan dibawanya saat liburan ke kampung halaman mendiang ayahnya. Di ruang tamu, berbagai perlengkapan sudah tersusun rapi. Mulai dari pakaian, alat mandi, sampai beberapa barang lain yang mungkin diperlukan selama di sana. Bu Tuti, turut membantu dengan penuh perhatian.
“Jangan lupa bawa jaket tebal ya, Nak,” kata Ibu Tuti sambil melipat jaket besar dan memasukkannya ke dalam tas. “Di kampung nanti malamnya dingin, kamu pasti butuh ini.”
Leony tersenyum. “Iya, Bu. Makasih ya udah bantuin.”
Bu Tuti mengangguk, memberikan senyuman hangat. “Iya, Sayang. Liburan itu harus persiapan matang biar nggak ada yang kelupaan. Apalagi kamu sama Erlin kan mau ke sana berdua.”
Di kamar Erlin, suasana tak jauh berbeda. Erlin juga sibuk mempersiapkan barang-barangnya dengan dibantu oleh Bu Ratna. Mereka mengecek ulang barang yang sudah dipersiapkan, memastikan tidak ada yang tertinggal.
“Kamu yakin udah bawa semuanya, Erlin?” tanya Bu Ratna sambil memegang daftar barang-barang yang dibawa Erlin.
“Iya, Ma. Semua udah ada di tas ini,” jawab Erlin sambil menutup tasnya. “Leony juga udah ngingetin buat nggak lupa bawa alat mandi sama keperluan yang lain.”
Bu Ratna tersenyum dan mengangguk. “Bagus. Mama percaya kamu bisa jaga diri selama di sana. Tapi tetap hati-hati ya.”
Sementara itu, Rian, adik Leony, berlari kecil ke arah Leony yang sedang menyiapkan tas terakhirnya. Dengan mata berbinar, dia berkata, “Kak, gue mau ikut juga dong. Gue kangen banget sama Ayah. Soalnya udah lama gak ziarah.”
Leony terdiam sejenak, menatap adiknya. Wajah Rian menunjukkan rasa rindu yang dalam. Leony mengangguk lembut. “Yaudah, kalo lo mau ikut, siapin semua keperluan yang mau dibawa besok. Kita bisa bareng-bareng ke sana, sambil mengingat masa kecil waktu beliau masih ada.”
Rian tersenyum lebar, bahagia mendengar jawaban kakaknya. “Makasih, Kak!”
***
Keesokan harinya, sekolah tampak sibuk dengan kegiatan pembagian raport. Leony dan Erlin berjalan berdampingan menuju kelas mereka masing-masing. Mereka tahu bahwa hasil raport ini penting untuk melihat sejauh mana mereka berusaha selama semester pertama.
Di ruang kelas, para siswa berkumpul untuk menerima raport dari wali kelas masing-masing. Wajah mereka campur aduk antara gugup dan penasaran. Leony duduk di barisan depan, menunggu giliran dipanggil oleh Bu Rani, wali kelasnya.
"Erlin Nadia Salsabila," panggil Bu Rani. Erlin berdiri dan berjalan menuju meja Bu Rani. Dengan senyuman ramah, Bu Rani memberikan raport kepada Erlin. “Selamat, Erlin. Nilaimu bagus, terus pertahankan ya.”
Erlin tersenyum, sedikit lega, dan mengangguk. “Terima kasih, Bu.”
Setelah beberapa nama lagi, giliran Leony dipanggil. “Leony Amanda Putri,” suara Pak Anton, wali kelas Leony, terdengar tegas. Leony maju ke depan. Pak Anton menyerahkan raportnya dengan wajah tersenyum. “Kamu menunjukkan peningkatan yang bagus, Leony. Teruskan kerja kerasmu.”
Leony mengangguk sambil menerima raportnya. “Terima kasih, Pak. Saya akan terus berusaha.”
Setelah semua selesai, Leony dan Erlin bertemu di luar kelas. Mereka saling menunjukkan raport masing-masing dan tersenyum bangga.
“Lihat ini, Dek,” kata Leony, menunjukkan raportnya. “Kita berhasil! Usaha kita nggak sia-sia.”
Erlin melihat raport Leony dan tersenyum lebar. “Iya, Kak. Aku bangga sama kita. Kita bisa melalui ini semua bersama-sama.”
Leony mengangguk setuju. “Dan ini baru permulaan, Lin. Kita masih punya banyak hal yang harus dicapai. Liburan ini bakal jadi awal yang baik buat kita berdua, dan Rian juga.”
Dengan semangat yang baru dan hati yang penuh kebahagiaan, mereka melangkah keluar dari sekolah. Meski tantangan masih menanti di depan, Leony dan Erlin tahu bahwa mereka bisa menghadapinya bersama-sama, karena cinta dan persahabatan mereka telah membawa mereka sejauh ini. Mereka berdua siap untuk masa depan yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...