Leony duduk di sebelah Erlin di sebuah taman kota yang sepi. Angin sepoi-sepoi meniup rambut mereka, membuat suasana semakin tenang dan intim. Setelah resmi pacaran beberapa hari yang lalu, hubungan mereka semakin nyaman. Mereka sering menghabiskan waktu bersama tanpa perlu banyak kata, cukup menikmati kebersamaan yang terasa sangat alami.
Leony memandangi wajah Erlin, yang sedang asyik melihat langit senja. Ada perasaan hangat di dadanya yang tak bisa dijelaskan. Hubungan mereka mungkin baru dimulai, tapi Leony merasa ini adalah hubungan yang sangat berarti. Di balik keheningan itu, Leony merasa sudah saatnya mereka berbicara tentang hal yang lebih serius—tentang masa depan mereka.
"Dek," panggil Leony lembut, sambil menatap gadis yang sekarang resmi menjadi pacarnya.
Erlin menoleh dan tersenyum manis. "Iya, Kak?"
Leony tersenyum kecil. "Sekarang kan kita udah pacaran... apa kamu pernah mikirin masa depan kita?"
Erlin mengernyitkan dahi, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Masa depan kita? Maksudnya gimana?"
Leony menghela napas sejenak, mencoba merangkai kata-kata. "Maksudku... kamu pernah nggak, ngebayangin gimana nanti kalau kita udah lulus sekolah? Aku udah mau lulus SMA, terus kuliah, dan kamu juga masih di awal perjalanan SMA. Apa kamu pernah mikirin hal itu?"
Erlin terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan Leony. "Jujur, aku belum terlalu mikirin itu, Kak. Tapi aku yakin kita bisa ngejalaninnya bareng-bareng. Aku nggak takut sama apa yang ada di depan kita, selama kita tetap bareng."
Leony tersenyum mendengar jawaban Erlin. Ada rasa lega di dalam hatinya. "Aku seneng denger itu. Tapi kamu tahu kan, LDR atau mungkin kesibukan kuliah dan sekolah bisa jadi tantangan buat kita?"
Erlin mengangguk pelan. "Iya, aku ngerti. Tapi aku percaya sama kita, Kak. Aku percaya kita bisa hadapin itu semua."
Leony tersenyum lebih lebar. Dia tahu Erlin masih muda, tapi gadis itu punya keberanian dan kepercayaan yang luar biasa. Itu salah satu hal yang membuat Leony semakin yakin akan hubungan mereka.
"Tapi aku nggak mau kita cuma asal ngejalanin. Aku mau kita punya rencana," kata Leony. "Aku pengen kita bicarain masa depan kita, biar kita punya arah. Gimana menurut kamu?"
Erlin menatap Leony serius, lalu tersenyum. "Aku setuju, Kak. Aku pengen kita juga punya tujuan yang jelas. Tapi yang paling penting, aku pengen kita tetap bisa jadi diri sendiri dan saling dukung."
Leony merasa hatinya hangat mendengar itu. "Kamu selalu tau cara bikin aku tenang, ya."
Erlin tertawa kecil. "Ya iyalah. Kamu kan..." Erlin terdiam sejenak, seolah mencari kata yang tepat, "...si Pangeran Mendungku."
Leony terdiam sesaat, lalu tertawa mendengar panggilan itu. "Pangeran Mendung? Kenapa mendung?"
Erlin tersenyum iseng. "Soalnya kamu sering keliatan serius, kayak awan mendung. Tapi aku tau, di balik semua itu, kamu selalu ada buat aku."
Leony tertawa lagi. "Oke deh, kalau aku Pangeran Mendung. Kalau kamu... apa ya, aku panggil apa?"
Erlin tersenyum menunggu jawabannya, tapi Leony masih berpikir keras. Akhirnya, Leony tersenyum kecil. "Kamu jadi Peri Hujanku deh. Soalnya setiap kali aku ngerasa berat atau ada masalah, kamu selalu datang dan bikin aku lega, kayak hujan yang nyegerin."
Erlin tersipu mendengar panggilan itu. "Peri Hujan, ya? Lucu juga."
Leony mengangguk mantap. "Mulai sekarang, kita punya panggilan sayang: Pangeran Mendung dan Peri Hujan."
Erlin tertawa senang. "Setuju!"
Setelah tertawa bersama, suasana kembali tenang. Leony merasa lebih lega setelah membicarakan rencana masa depan mereka. Meski masih jauh, mereka sudah punya dasar yang kuat, dan itu membuat Leony yakin bahwa hubungan mereka akan bertahan.
"Kalau nanti kamu lulus dan kuliah, kamu mau kuliah di mana, Kak?" tanya Erlin tiba-tiba.
Leony berpikir sejenak. "Aku pengen di kota ini aja sih, biar aku tetap bisa deket sama kamu. Lagipula, banyak kampus bagus di sini."
Erlin mengangguk. "Aku seneng dengernya. Aku juga pengen nanti kalau aku udah lulus, kita bisa sering ketemu tanpa harus jauh-jauhan."
Leony meraih tangan Erlin dengan lembut. "Aku juga. Tapi apapun yang terjadi, aku yakin kita bisa ngejalanin semua ini. Kamu tau kan, aku sayang banget sama kamu."
Erlin tersenyum lembut. "Aku juga sayang banget sama kamu, Kak."
Mereka berdua terdiam sesaat, menikmati momen itu. Rencana masa depan mungkin masih samar, tapi satu hal yang pasti, mereka akan menghadapi semuanya bersama. Dengan panggilan sayang mereka yang unik, "Pangeran Mendung" dan "Peri Hujan" merasa siap menghadapi apapun yang ada di depan mereka, selama mereka tetap saling mendukung.
Leony menatap Erlin sekali lagi, dan tanpa ragu, dia berkata dengan penuh keyakinan, "Kita bakal baik-baik aja, Peri Hujan."
Erlin tersenyum manis. "Iya, Pangeran Mendung. Kita pasti bisa."
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPESONA (GXG)
FanfictionDi tengah hiruk-pikuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang penuh dengan kegembiraan dan kebisingan, Leony, ketua OSIS kelas XII yang terkenal pintar tapi sangat cuek, merasakan sesuatu yang berbeda ketika bertemu dengan Erlin, siswa baru k...