Pengakuan Teman

10 3 1
                                    

Hubungan antara Leony dan Erlin semakin dekat. Meskipun Leony masih berusaha menyembunyikan perasaannya, teman-teman mereka mulai menyadari adanya perubahan. Kebersamaan mereka yang hampir selalu terlihat di sekolah mulai memicu spekulasi di antara teman-teman.

Di kantin sekolah, Leony duduk bersama Maya dan Dito seperti biasa. Maya memandang Leony dengan tatapan yang sedikit curiga.

"Nyet," Maya membuka percakapan sambil tersenyum tipis, "Gue pengen nanya, lo sama Erlin... kayaknya makin dekat, ya?"

Leony terkejut dengan pertanyaan Maya tapi berusaha tetap tenang. "Maksud lo apa? Kita emang sering bareng-bareng, kan?"

Dito tertawa kecil, ikut menimpali. "Iya, sering banget malah. Gue sama Maya aja sampe mikir, jangan-jangan lo sama Erlin ada apa-apa nih."

Leony menggelengkan kepala dengan cepat, meski ia tahu ada sedikit rasa gugup di hatinya. "Halah, kalian lebay. Kita cuma temenan, kok."

Namun, Maya dan Dito tidak mudah percaya. Mereka saling bertukar pandang sebelum Maya berkata, "Lo yakin nggak ada yang lebih dari temenan? Gue liat cara lo liat Erlin tuh beda, Nyet. Dan gue juga liat cara Erlin ngeliat lo, dia kayak beneran nyaman sama lo."

Leony terdiam sejenak, merasa kata-kata Maya begitu menembus dirinya. Ia berusaha tersenyum untuk menutupi apa yang ia rasakan.

"Yah, gue nggak tahu, mungkin lo bener. Tapi untuk sekarang, kita bener-bener cuma temenan," jawab Leony akhirnya, meski dalam hati ia tahu ada perasaan yang lebih dalam yang sedang ia sembunyikan.

***

Di tempat lain, di perpustakaan sekolah, Erlin sedang duduk bersama Aira dan Rina. Mereka tengah mengerjakan tugas, tapi seperti biasa, Aira tidak bisa menahan diri untuk tidak membahas hal-hal di luar pelajaran.

"Erlin, gue liat lo makin sering bareng Kak Leony ya?" kata Aira dengan nada penasaran.

Rina, yang duduk di sebelah Aira, menambahkan, "Iya, gue juga liat. Kalian sering banget jalan berdua. Ada apa nih?"

Erlin tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Ah, nggak ada apa-apa. Kak Leony emang suka bantu aku di sekolah, itu aja."

Namun, Aira tidak begitu saja percaya. "Masa sih? Dari cara lo cerita tentang Kak Leony ke kita aja udah beda weh. Gue rasa kalian lebih dari sekadar teman, deh."

Rina setuju. "Iya, iya. Lo juga keliatan lebih ceria kalau lagi sama dia. Kalian nggak pacaran, kan?"

Erlin tersipu malu, meskipun ia tetap berusaha membantah. "Enggak, beneran deh. Aku sama Kak Leony cuma temen."

Meskipun Erlin berusaha menyangkal, teman-temannya terus saja menggoda. "Ya udah, kalau belum pacaran, mungkin sebentar lagi ya," celetuk Aira sambil tertawa.

Erlin hanya bisa tersenyum canggung. Ia tahu bahwa hubungannya dengan Leony memang spesial, tapi ia sendiri belum yakin tentang apa yang sebenarnya mereka rasakan satu sama lain.

***

Kembali ke hari berikutnya, ketika Leony dan Erlin bertemu di taman sekolah setelah jam pelajaran berakhir. Mereka berdua duduk bersebelahan, membicarakan kejadian-kejadian di hari itu.

"Kak," Erlin membuka percakapan dengan nada serius. "Temen-temenku nanya soal kita, loh."

Leony terkejut, tapi tidak menunjukkan rasa gugupnya. "Oh ya? Mereka bilang apa?"

Erlin tersenyum kecil. "Mereka mikir kita ada sesuatu. Aku bilang ke mereka kalo kita cuma temen."

Leony mengangguk, merespons dengan tenang. "Aku juga bilang hal yang sama ke Maya sama Dito. Mereka juga nanya soal kita."

Mereka berdua saling berpandangan, seakan memahami bahwa apa yang orang lain lihat mungkin memang mencerminkan kenyataan yang sedang mereka rasakan, meski mereka belum sepenuhnya mengakuinya.

Leony tersenyum lembut, mencoba mencairkan suasana. "Ya udah, biarin aja. Mereka kan cuma suka nanya-nanya. Kita yang tahu kebenarannya."

Erlin tertawa kecil dan mengangguk. "Iya, Kak. Yang penting kita nyaman aja."

Namun, di balik percakapan ringan itu, baik Leony maupun Erlin tahu bahwa hubungan mereka sedang tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan. Meski mereka masih menyembunyikannya dari orang lain, teman-teman di sekitar mereka sudah mulai menyadari bahwa ada perasaan yang lebih dalam di antara mereka.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang