Problem Solving

20 3 0
                                    

Setelah beberapa hari penuh ketegangan, Leony dan Erlin akhirnya menemukan waktu untuk duduk bersama dan membahas perasaan mereka. Mereka memilih tempat di taman yang tenang untuk berbicara, jauh dari keramaian sekolah dan rutinitas sehari-hari.

Leony dan Erlin duduk di bangku taman, di bawah naungan pohon rindang yang menenangkan. Erlin tampak gelisah, sementara Leony mencoba menenangkan dirinya sebelum memulai pembicaraan.

Erlin mulai, “Kak, aku tahu kemarin kita sempat ribut dan aku agak emosian. Aku cuma pengen kita bisa punya waktu lebih banyak barengan.”

Leony mengangguk, “Gue juga ngerasa kalau kita agak jarang ketemu. Tapi, gue juga ngerasa terbebani dengan semua tugas dan kegiatan. Mungkin gue kurang bisa bagi waktu dengan baik.”

Erlin memandang Leony dengan lembut, “Aku ngerti kok, Kak. Aku nggak mau nambahin beban Kakak. Aku cuma pengen Kakak ngerti kalau ak butuh waktu bareng sama Kakak juga. Kadang qku ngerasa kayak Kakak lebih fokus sama tugas daripada sama kita.”

Leony menarik napas dalam-dalam, “Gue minta maaf kalau gue bikin lo merasa kayak gitu. Gue memang sering fokus sama tugas, tapi itu bukan berarti gue nggak peduli sama lo. Kadang gue cuma bingung gimana caranya bagi waktu yang pas.”

Erlin mengangguk, “Aku tahu kok, Kak. Aku cuma pengen kita bisa komunikasi lebih baik. Misalnya, kita bisa bikin jadwal atau cari waktu khusus buat kita berdua.”

Leony tersenyum, “Gue setuju. Mungkin kita bisa bikin jadwal mingguan supaya kita punya waktu buat hangout, tapi juga bisa ngurus tugas-tugas. Gimana?”

Erlin tersenyum balik, “Itu ide yang bagus. Kita bisa coba atur waktu sabtu sore atau minggu pagi buat hangout. Jadi kita bisa ngerjain tugas dan tetap punya waktu buat kita berdua.”

Leony merasa lega. “Deal. Gue juga bakal coba lebih perhatian sama apa yang lo butuhin. Dan kalau ada apa-apa, jangan ragu buat bilang, ya.”

Erlin menggenggam tangan Leony, “Makasih, Kak. Aku juga bakal lebih sabar dan ngerti dengan kesibukan Kakak.”

Leony membalas genggaman tangan Erlin dengan lembut, “Gue juga makasih karena lo udah mau ngertiin gue. Gue yakin kita bisa lewati ini semua dengan baik.”

Mereka berbicara lebih banyak tentang rencana akhir pekan dan bagaimana mereka bisa menyeimbangkan waktu antara sekolah dan hubungan. Leony dan Erlin sepakat untuk membuat komunikasi yang lebih terbuka dan selalu menyempatkan waktu untuk bersama meskipun dalam situasi yang sibuk.

Sambil menikmati suasana taman yang tenang, mereka juga berbicara tentang hal-hal yang mereka suka dan impian mereka di masa depan. Leony menceritakan tentang ambisinya untuk melanjutkan pendidikan dan Erlin berbagi tentang cita-citanya di bidang seni.

Seiring matahari mulai terbenam, Leony dan Erlin merasa lebih dekat satu sama lain. Mereka berdiri dan bersiap untuk pulang, namun sebelum mereka pergi, Erlin mengingatkan Leony, “Jangan lupa, Kak. Sabtu sore nanti kita harus ke taman hiburan, ya?”

Leony tertawa ringan, “Iya, gue ingat. Kita bakal punya waktu yang menyenangkan di sana. Gue udah nggak sabar!”

Dengan perasaan yang lebih ringan dan penuh semangat, Leony dan Erlin berjalan pulang, siap untuk menghadapi hari-hari mendatang dengan lebih baik, dan terus membangun hubungan mereka dengan penuh pengertian dan kasih sayang.

Bersambung

TERPESONA (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang