Reng Tua Malem menghantamkan tinjunya ke udara kosong, membuat semacam serangan astral berbentuk pukulan berenergi ungu yang melesat ke arah para Indagis dengan kecepatan tinggi.
Para Indagis pun segera mengelak ke samping. Kemudian Praja dengan cepat, melesat ke arah Reng Tua Malem untuk menyerangnya.
Namun Reng Tua Malem menahan serangan pemuda itu dengan salah satu lengannya. Kemudian ia kembali menghantamkan tinjunya pada pemuda itu.
Beruntung Praja dengan sigap menahan serangan itu menggunakan kedua tangannya yang ia silangkan, sehingga mampu sedikit meredam dampak serangan itu.
Namun serangan itu begitu kuat, hingga Praja sampai terpental beberapa meter ke belakang.
Saat itulah, Praja merasakan rasa sakit yang amat sangat dari pukulan sosok itu. Ini bukanlah rasa sakit akibat pukulan biasa, melainkan serangan rasa sakit akibat serangan kutukan yang sangat kuat.
Pemuda itu pun menjerit kesakitan, hingga membuat Angga dan Bima terkejut melihatnya.
"Hahahaha, begitulah akibatnya jika menerima seranganku mentah-mentah. Aku adalah Reng Tua Malem, mahluk yang terbentuk dari ilmu hitam yang telah dibuang oleh pemiliknya. Aku hanya patuh pada dia yang kuanggap layak untuk menjadi tuanku. Tubuhku adalah ilmu hitam itu sendiri, jadi sudah sewajarnya setiap seranganku mengandung energi kutukan yang sangat kuat!" jelas sosok itu.
Hal itu membuat para Indagis mendecak kesal, mereka terkejut dengan penjelasan dari Reng Tua Malem, hanya saja sekarang bukan waktunya untuk merenungkan hal itu.
***
Sementara itu, Maya dan yang lainnya kini telah berhadapan dengan Calon Arang. Sosok itu menatap tajam pada mereka bertiga, terlihat mulutnya menyeringai sembari memperhatikan mereka satu persatu.
"Akhirnya, kutemukan kalian, para Indriya! Kalian akan kutangkap hari ini juga dan kupersembahkan pada Tuan Rangda!" ucap mahluk itu.
"Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi, Calon Arang!" balas Wulan dengan tegas.
"Ah, Ratna. Kenapa kamu masih saja membela kebajikan? Kapan kau akan kembali pada ibumu ini?" tanya Calon Arang, membuat Maya dan Nayla kebingungan dengan ucapannya itu.
"Ratna? Ibu? Apa maksudnya itu?" batin Maya sembari menatap Wulan.
"Itu tidak akan terjadi, Calon Arang! Aku sudah bersumpah akan membunuhmu, jiwaku tak akan tenang sebelum kau mati!" balas Wulan dengan tegas.
"Maya, Nayla, tolong pinjamkan aku kekuatan kalian! Kita harus membunuh mahluk ini secepatnya!" pinta Wulan, dibalas anggukan duo Indriya.
Ketiga gadis itu pun berdiri saling bersandingan. Maya berdiri di tengah-tengah, siap untuk bertarung dengan tangan kosong.
Sementara Nayla dan Wulan berdiri di sampingnya. Nayla telah siap dengan busur panahnya, sedangkan Wulan telah siap dengan kedua keris di tangannya.
Calon Arang pun terkesiap melihat tiga orang gadis yang akan menjadi lawannya sekarang.
"Melihat kombinasi kalian sekarang, entah kenapa sedikit mengingatkanku dengan kombinasi tiga Indagis semalam!" ujar Calon Arang.
Ketiga gadis itu pun segera berlari maju menghadapi Calon Arang dengan penuh keberanian.
Nayla segera melesatkan anak panahnya, namun Calon Arang dengan mudah menangkisnya dengan satu tangan.
Maya segera mengarahkan cakarannya ke wajah Calon Arang, namun mahluk itu berhasil mengelak ke samping.
Tak memberinya kesempatan, Wulan mencoba menyabetkan kerisnya ke pinggang mahluk itu, namun lagi-lagi Calon Arang berhasil menghindar.
Maya dan Wulan pun mencoba menyerang Calon Arang secara bersamaan. Namun mahluk itu berhasil menangkis kedua serangan gadis itu.
Tak tinggal diam, Nayla kembali menembakkan anak panahnya dari arah belakang. Tapi refleks Calon Arang begitu cepat, mahluk itu kembali berhasil menangkis serangan Nayla.
Secara tiba-tiba, Calon Arang melakukan serangan berputar. Ia menciptakan semacam lingkaran sihir kecil di telapak tangannya, kemudian sebuah serangan dari lingkaran sihir itu ia lepaskan ke arah Wulan.
Wulan yang tak sempat mengelak hanya terdiam sembari memejamkan mata. Beruntung serangan itu berhasil digagalkan oleh Nayla yang berhasil melesatkan anak panahnya tepat ke arah serangan Calon Arang.
Merasa bahwa pertahanan Nayla adalah yang terlemah, Calon Arang dengan geram langsung menembakkan serangan sihir ke arah gadis itu.
Nayla terkejut melihat serangan itu, ia tak sempat untuk mengelak. Beruntung Maya dengan cepat langsung menciptakan barrier untuk melindungi adiknya dari kejauhan.
Melihat Maya yang sedang fokus melindungi adiknya. Calon Arang langsung memanfaatkan hal itu untuk menyerang gadis itu.
Namun sayangnya, lagi-lagi serangannya berhasil digagalkan oleh Wulan yang segera menangkis serangan itu untuk melindungi Maya.
Melihat kombinasi tiga lawannya yang berhasil saling melindungi membuat Calon Arang semakin geram.
"Kurang ajar, akan kubawa kalian secara paksa!" bentaknya dengan penuh amarah.
Dari mulutnya, mahluk itu langsung menyemburkan api ke arah para gadis itu.
Maya dan Wulan segera mengelak dan berlari ke arah Nayla. Kemudian, dengan cepat Maya langsung menciptakan barrier pelindung untuk melindunginya dan teman-temannya.
Calon Arang terus menyemburkan apinya, hingga membuat Maya cukup kewalahan. Bahkan meskipun mereka saat ini berada di dalam barrier pelindung, tapi hawa panasnya masih terasa.
"Ini gawat, serangan mahluk ini terlalu kuat!" lirih Maya.
Nayla menyadari bahwa telapak tangan kakaknya kini mulai mengalami luka bakar.
"Kak Maya, tangan kakak..." Nayla mulai menampakkan raut wajah khawatir terhadap keadaan kakaknya.
"Ini gawat, apa yang harus kami lakukan?" batin Wulan dengan penuh kebingungan.
***
Sementara itu, Raja Jerangkong dan pasukannya telah tiba di desa tempat Praja dan yang lainnya berada.
"Cepat, habisi para Leak itu dan lindungi para penduduk!" perintah Raja Jerangkong.
Para prajuritnya pun segera menyebar untuk bertempur. Pasukan Leak terkejut dengan serangan mereka yang tiba-tiba, sementara pasukan Anti-Leak merasa terkejut sekaligus bersyukur dengan bala bantuan yang datang.
Pasukan Jerangkong yang abadi dan tak bisa mati merupakan sebuah keuntungan bagi pihak mereka. Mungkin secara kekuatan pasukan Leak lebih unggul, tapi jika mereka dikeroyok oleh mahluk yang tak bisa mati, maka mereka akan kewalahan juga.
Saat Raja Jerangkong sedang sibuk membasmi para Leak yang mencoba mendekatinya. Secara tiba-tiba sesosok wanita bergaun hijau datang menghampirinya.
Raja Jerangkong terkejut dengan kehadiran wanita itu di sana. "Kamu, kalo tidak salah adalah Dewi Anjani? Mau ngapain kamu ada di sini?" tanya Raja Jerangkong dengan ketus.
Dewi Anjani hanya menatap sosok di hadapannya dengan tatapan kosong, sebelum akhirnya menjawab.
"Ada sesuatu yang harus kulindungi, jadi aku terpaksa melakukan ini. Jadi mohon maafkan aku!" ucapnya sembari melancarkan serangan pada Raja Jerangkong.
Serangan Dewi Anjani berbentuk pukulan yang diselimuti petir. Satu pukulannya itu mampu menumbangkan Raja Jerangkong, membuatnya tak berkutik sedikitpun.
Raja Jerangkong pun tumbang dalam satu pukulan, bersamaan dengan itu, pasukan Jerangkong pun juga hancur menjadi seonggok tulang belulang biasa, karena tak ada lagi yang memberikan mereka sihir.
Melihat hal itu, Dewi Anjani pun segera berjalan pergi menuju ke suatu tempat, meninggalkan tempat itu dengan tubuh Raja Jerangkong yang masih terkapar di tanah.
***
Hantupedia:
Dewi Anjani merupakan mahluk gaib asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ia merupakan ratu gaib yang mendiami Gunung Rinjani.
Ada juga legenda yang menjelaskan bahwa Dewi Anjani merupakan mahluk yang menjelma menjadi bentuk fisik Gunung Rinjani demi menjaga keseimbangan alam sekitar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...