81. Raja Jerangkong (5)

121 9 0
                                    

Bima mengatakan pada Raja Jerangkong, bahwa ia punya senjata rahasia. Hal itu tentu saja membuat bingung Praja dan Angga, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berkomunikasi lewat telepati.

"Hey Bima, aku tidak tahu apapun soal senjata rahasia!" ucap Praja.

"Itu benar, kalian juga tidak menceritakan apapun soal itu padaku kan?" sahut Angga.

"Tenang saja, senjata rahasia yang ku maksud adalah Praja. Aku yakin kekuatannya yang tersegel itu bisa membantu saat kita terdesak nantinya," balas Bima.

"Tapi masalahnya, kekuatanku masih tersegel, aku tidak tahu cara melepas segelnya. Lagipula berdasarkan penjelasan Kakekku, kekuatanku yang tersegel itu tak terkendali, aku khawatir jika segelnya terlepas, aku tak bisa mengendalikannya dan malah membahayakan kalian!" Praja mencoba menyanggah ucapan dari Bima.

"Aku tidak bilang bahwa Praja harus melepaskan segel itu sekarang. Kekuatan itu hanya akan digunakan jika kita benar-benar terdesak, dan sebisa mungkin, jangan sampai kita perlu memakai kekuatanmu itu!" jelas Bima.

"Hey, kenapa kalian tiba-tiba diam? Apa yang kalian sembunyikan dariku?" Tanya Raja Jerangkong secara tiba-tiba.

"Eh, kami tidak menyembunyikan apa-apa kok, yang jelas, maukah kamu membantu kami? Ini kesempatan langka untuk membalaskan dendammu loh!" ucap Bima, mencoba membujuk Raja Jerangkong.

Raja Jerangkong tampak terdiam sejenak, sebelum pandangannya mulai teralih pada Angga.

"Kau, bocah gondrong, kenapa auramu mirip dengan Rangda?" tanya mahluk itu.

Angga pun terbelalak mendengarnya, ia segera menjawab.

"Aku adalah Indagis Barong, musuh terbesar Rangda selama ribuan tahun di tanah Bali!" jawab Angga.

"Kau yakin alasannya hanya itu? Apa kau bukan mata-mata dia?" tanya Raja Jerangkong dengan pandangan waspada.

Mendengar hal itu, Angga mulai naik pitam.

"Beraninya kau menuduhku sebagai mata-mata mahluk itu! Aku tak Sudi disamakan dengannya, orang yang telah menghancurkan hidupku. Mahluk terkutuk itu tak pantas dibiarkan hidup lebih lama lagi, dia harus mati ditanganku!" bentak Angga dengan suara lantang.

Melihat reaksi Angga yang begitu emosional, membuat semua orang di sana terdiam.

Dengan sekuat tenaga, Raja Jerangkong pun bangkit berdiri. Ia segera mendekati Angga dan menepuk bahu pemuda itu.

"Bagus nak, aku suka tekadmu!" pujinya dengan nada senang.

"Baiklah, karena aku yakin bocah ini tak dipihak Rangda. Maka aku akan membantu kalian, katakan saja apa rencana kalian, dan aku akan melakukan tugasku dengan baik!" tegas Raja Jerangkong, membuat Praja dan Bima tersenyum senang.

***

Sementara itu, di tempat Wewe Gombel.

Maya, Nayla, dan Wewe Gombel kini masih asik mengobrol, membahas hal random soal kehidupan mereka. Juga momen saat dua kakak beradik itu berlatih bersama dengan Praja dan Bima.

Sesekali, Wewe Gombel juga memberikan saran soal metode latihan yang cocok untuk dua gadis muda itu.

Mahluk itu juga bercerita banyak soal pertemuannya dengan Mita, ibu dari Maya dan Nayla. Kenapa mereka berdua bisa berteman, dan semacamnya.

Hingga tak terasa, waktu sudah berjalan cukup lama. Para Indagis kini berada tepat di depan salah satu portal milik Wewe Gombel.

Tentu saja mahluk itu langsung membukakan portal untuk mereka bertiga.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang