97. Pulau Bali (3)

115 13 0
                                    

Calon Arang menatap tajam ke arah para Indagis yang kini sudah berdiri saling bersandingan.

"Kurang ajar, dari dulu Indagis yang kami lawan hanya ada satu, sekarang Indagisnya bertambah jadi tiga?" keluh sosok itu.

"Tapi tak masalah, kekuatan Barong sekarang jauh melemah. Dan kekuatan kalian juga sepertinya tidak begitu hebat, jadi akan kupastikan kalian akan mati malam ini!" lanjutnya lagi sembari menyeringai.

"Nih mahluk dari tadi ngeremehin kita terus, biasanya yang begini suka mati konyol nih!" ucap Bima.

"Benar, dia akan mati konyol ditangan orang-orang yang dia remehkan!" sahut Praja.

"Kalian ini meskipun lemah tapi memang sangat luar biasa kalo soal ngelawak. Jadi mari kita buat badut utamanya jatuh berlutut di hadapan kita!" balas Angga.

Sesaat sebelum para Indagis menyerang, secara tiba-tiba Kinanti menyerang Calon Arang duluan dari arah atas. Namun sosok itu dengan sigap segera menciptakan semacam perisai berbentuk lingkaran sihir untuk menahan serangan kuntilanak itu.

"Jangan lupakan soal aku, para Indagis! Mahluk ini harus kita habisi secepatnya sebelum berhadapan langsung dengan Rangda!" ujar Kinanti sembari berdiri di sebelah Praja.

"Dia siapa? Kinanti yang waktu itu kita omongin?" tanya Angga dengan bingung.

"Ya, soal itu biar kami jelaskan nanti!" balas Praja.

Calon Arang pun menggeram kesal melihat para Indagis dan Kuntilanak Hitam di hadapannya.

"Kalian ini memang banyak omong ya, tapi yasudah lah, toh kalian akan segera mati saat ini juga!" ucapnya sembari terbang ke langit.

Secara tiba-tiba, di belakang mahluk itu muncullah beberapa lingkaran sihir berwarna merah darah yang berukuran cukup besar.

Praja dan yang lainnya terbelalak melihat lingkaran sihir itu. Hingga dengan refleks, Bima dan Kinanti langsung menembakkan serangan ke arah Calon Arang secara bersamaan.

Namun sayangnya, serangan itu hancur sebelum mengenai sang Leak, seolah-olah ada semacam energi pelindung tak terlihat yang melindunginya dari segala macam serangan.

"Sekarang matilah, Indagis!" ucap Calon Arang dengan lantang.

Namun sesaat sebelum Calon Arang mengeluarkan serangannya, secara tiba-tiba Rangda menghubungi mahluk itu melalui telepati.

"Calon Arang, hentikan seranganmu!" perintah Rangda.

"Apa? Tapi kenapa? Hamba bisa membunuh mereka semua di sini sekaligus!" balas Calon Arang dengan heran.

"Diam dan mundurlah, turuti saja perintahku!" perintah dari Rangda membuat Calon Arang merasa bingung, namun ia tetap menuruti perintah tuannya itu.

Secara perlahan, lingkaran sihir di belakang Calon Arang pun menghilang. Membuat Praja dan yang lainnya merasa bingung soal apa yang terjadi pada mahluk itu.

"Para Indagis, kalian beruntung kali ini. Tapi urusan kita masih belum selesai!" ancamnya, disertai dengan kepulan asap hitam yang menyelimuti tubuhnya, sebelum akhirnya ia menghilang dari pandangan.

Begitu juga dengan para pasukan Leak yang tadi mengikutinya. Mereka semua menghilang setelah diselimuti oleh asap hitam itu.

"Aneh, kenapa mereka semua pergi?" heran Praja.

"Jawabannya sudah jelas, mereka pasti takut sama kita!" balas Bima dengan sedikit membanggakan diri.

"Salah, yang benar mereka itu takut padaku, makanya setelah aku datang mereka mundur!" sanggah Angga.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang