89. Kinanti (1)

110 11 0
                                    

Semua ini bermula semenjak hari itu, hari di mana aku melakukan kesalahan yang sangat fatal, yang seharusnya tak pernah kulakukan.

Aku menikah dengan seorang pria yang dari luar tampak baik, tapi dalamnya busuk. Aku menyesali pilihanku waktu itu.

Awal-awal kami menikah, ia masih tampak seperti seorang pria baik-baik yang tidak suka melukai istrinya. Tapi pelan-pelan, ia mulai menunjukkan sisi buruknya padaku.

Ia mulai malas bekerja, sering mabuk-mabukan dan bermain wanita. Dan yang terburuk dari itu semua, ia mulai sering melakukan kekerasan padaku.

Awalnya tentu saja aku syok melihat perubahan sikapnya, semakin lama sikapnya semakin buruk, hingga pada satu waktu aku ingin bercerai dengannya. Namun ia terus melarangku untuk melakukan hal itu.

Saat masa-masa terburuk dalam hidupku itu, aku pun hamil dari hasil hubungan dengan pria itu. Pria yang merupakan suamiku, namun memiliki perangai yang sangat buruk. Aku tidak tahu ini merupakan sebuah anugerah atau kutukan, tapi aku tidak ingin calon buah hatiku itu kenapa-napa.

***

Beberapa bulan pun berlalu, buah hatiku terlahir dengan sehat. Ia berjenis kelamin perempuan, lalu aku pun memberinya nama Kinar, dengan harapan agar ia bisa tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan sehat.

Kemudian waktu demi waktu pun berlalu, tak terasa sudah setahun semenjak Kinar lahir. Keberadaannya benar-benar terasa seperti anugerah bagiku, hanya dialah satu-satunya alasanku untuk tetap melanjutkan hidup.

Namun, kebahagiaanku tak berlangsung lama. Suamiku tiba-tiba datang dan membawa Kinar pergi. Aku tentu bertanya-tanya kenapa dia tiba-tiba membawa Kinar pergi bersamanya.

Ia hanya menjelaskan, bahwa Kinar sudah ia jual pada sekelompok kriminal yang beraksi di sekitar daerah situ demi melunasi hutang-hutangnya.

Tentu aku sangat syok mendengarnya, aku mencoba merebut Kinar dari tangannya. Namun tenaganya terlalu kuat, ia berhasil membawa Kinar pergi dariku.

***

Sudah berhari-hari aku mengamuk padanya, ia sampai mengurungku di dalam gudang tanpa mempedulikan teriakan dan rintihanku. Yang kuinginkan saat itu hanyalah kembalinya Kinar ke dalam pelukanku.

Aku pun hanya bisa terduduk lemas di balik pintu gudang. Berharap ada keajaiban yang bisa membawa Kinar kembali padaku.

Hingga tiba-tiba, seorang wanita yang tampak anggun datang ke dalam gudang itu.

Aku terkejut dengan kehadirannya, ia datang dengan menembus dinding gudang, bahkan tubuhnya pun terlihat tembus pandang.

"Siapa kamu?" tanyaku dengan suara lemas.

"Aku adalah Wewe Gombel, aku datang ke sini untuk membantumu mendapatkan Kinar kembali!" jawabnya.

Saat itu, aku merasa sangat bersyukur, karena sepertinya, doa dan harapanku benar-benar terkabul dengan kedatangan Wewe Gombel ke tempatku.

***

Wewe Gombel pun membawaku pergi ke suatu rumah yang cukup besar menggunakan portalnya. Ia mengatakan bahwa Kinar ada di dalam sana.

Rumah itu tampak besar dengan halaman yang luas, di sekitarnya tampak orang-orang yang sedang berpatroli mengelilingi rumah itu. Sementara aku bersembunyi di balik sebuah pohon.

"Ini merupakan rumah bagi seorang pemimpin kelompok kriminal, sudah pasti penjagaan tempat ini cukup ketat!" jelasnya.

"Lalu, bagaimana cara kita masuk?" tanyaku dengan bingung.

"Itu mudah saja," ucapnya sembari menjentikkan jarinya.

Dalam sekejap, sebuah portal pun muncul di bawah kaki orang-orang itu. Membuat mereka semua langsung terjatuh ke dalamnya tanpa sempat bereaksi.

"Luar biasa, ke mana kau membawa mereka pergi?" tanyaku dengan perasaan kagum.

Kemudian, Wewe Gombel mengarahkan telapak tangannya ke depan. Menciptakan semacam hologram yang memperlihatkan orang-orang itu yang kini terjebak di sebuah lorong dimensi yang tampak aneh.

"Itu adalah lorong dimensi tanpa batas buatanku, siapapun yang masuk ke dalamnya tidak akan bisa keluar tanpa seizinku!" terangnya.

"Jadi, kau bisa menciptakan sebuah dunia tanpa batas?" tanyaku dengan terkejut.

"Disebut dunia tanpa batas sebenarnya kurang tepat sih, sebenarnya lorong itu membuat siapapun yang terjebak di dalamnya akan mengalami lompatan ruang, tidak peduli kemanapun ia bergerak, ia akan selalu kembali ke titik awal ia berada!" jelasnya dengan lebih detail.

Kami pun segera bergerak memasuki rumah itu untuk mencari Kinar. Aku berlari mengecek ke setiap ruangan untuk menemukannya, hingga samar-samar ku dengar suara tangisan bayi dari kejauhan.

"Suara itu, pasti itu suara Kinar!" ucapku sembari berlari ke arah sumber suara tersebut.

Aku pun memasuki sebuah ruangan tempat asal suara bayi itu. Hatiku pun terenyuh melihat sosok buah hatiku yang kini menangis sendirian tanpa ada siapapun yang menemaninya.

Aku segera menghampiri dan memeluknya, air mataku mengalir membasahi pipiku. Perlahan tangisan Kinar pun mulai berhenti, ia tersenyum melihat kehadiranku.

"Ayo cepat, kita harus pergi dari sini!" pinta Wewe Gombel, sembari menyiapkan portal untuk pergi.

***

Aku dan Kinar kini berada di dalam suatu ruang dimensi milik Wewe Gombel. Ia melayani kami seperti tamunya, dengan menyajikan sebuah teh yang dapat ku minum.

Ia pun kini segera duduk di kursi yang berhadapan denganku. Aku sangat berterima kasih padanya karena telah menyatukanku dan Kinar.

"Aku tidak menyangka, hantu kayak kamu mau menolong kami!" ucapku.

"Tentu, itu bukanlah masalah besar," jawabnya sembari tersenyum.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu membantu kami? Padahal sebelumnya kan kita tidak saling kenal?" tanyaku dengan penasaran.

"Itu karena titik portal milikku berada di dekat rumah kalian dan rumah besar yang tadi. Aku tahu apa yang terjadi pada keluarga kalian, suamimu yang brengs*k itu telah menjual Kinar pada para kriminal itu kan? Itu membuatku benar-benar sangat geram padanya!" jawabnya, terdengar dari nada bicaranya bahwa ia sangat marah pada perilaku suamiku.

"Awalnya aku tidak ingin ikut campur lebih lanjut, tapi secara kebetulan Kinar berada dekat dengan salah satu titik portal yang kutandai, jadi aku masih bisa mengawasinya!" lanjutnya.

"Istri dari sang mafia sangat menginginkan seorang putri, karena itulah suaminya meminta Kinar sebagai ganti untuk membayar hutang-hutang suamimu. Awalnya kupikir sang istri akan mengurus Kinar dengan baik, tapi ternyata ia bahkan tidak mengerti cara mengurus bayi!" Wewe Gombel terus menceritakan padaku soal apapun yang ia ketahui selama Kinar berada di dalam rumah itu.

Ternyata sang ibu angkat Kinar tidak begitu pandai mengurus bayi, ia bahkan seringkali menyerahkannya pada Baby Sitter. Namun karena itu sarang kriminal, banyak Baby Sitter yang tak betah bekerja di sana, akhirnya Kinar jadi sering terlantar tanpa ada yang mengurusnya.

"Begitu ya ceritanya, aku jadi paham kenapa tadi Kinar ditinggal sendirian di sebuah ruangan. Pantas saja dia tidak punya anak. Ternyata dia saja belum layak untuk menjadi seorang ibu!" balasku, dengan amarah yang menggebu-gebu dalam hatiku.

"Tapi yang sudah berlalu biarlah berlalu, yang penting sekarang Kinar telah berada di sisiku. Ngomong-ngomong siapa nama aslimu? Aku ingin tahu nama asli dari orang yang telah membantuku!" tanyaku.

Wewe Gombel pun tersenyum mendengar pertanyaanku, "namaku Susma, salam kenal!" jawabnya.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang