91. Kinanti (3)

102 10 0
                                    

Berkat energi pemberian Satya, aku pun sekarang mampu bergerak dengan bebas kemanapun yang ku mau.

Tentu aku tidak memanfaatkan hal itu untuk bersenang-senang. Aku memanfaatkan hal itu untuk berkelana ke berbagai tempat untuk melacak keberadaan Kinar.

Tapi meskipun kekuatan ini bisa memberikan kebebasan padaku untuk bergerak, tetap saja kekuatan ini memiliki batasan. Aku masih tak mampu untuk menyebrangi lautan luas.

Akhirnya selama bertahun-tahun, aku pun hanya berkeliling ke seluruh pelosok Sulawesi. Namun aku sama sekali tak menemukan petunjuk apapun soal Kinar.

Satu hal yang kutakuti, baik aku maupun Kinar yang saat ini mungkin sudah berusia remaja saling tidak mengenali satu sama lain.

Tapi, aku berusaha menepis semua rasa takut dan keraguan dalam hatiku. Akan kutemukan Kinar meskipun kemungkinannya dibawah 1%.

***

Setelah sekian lama mencari, aku pun kembali lagi ke tempat awalku. Tempat di mana aku menghabiskan waktu bertahun-tahun, terkekang tanpa bisa bergerak kemanapun.

Aku pun duduk di sebuah bangku, tepat di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Aku sekarang merasa bingung, harus kemana lagi aku mencarinya.

Di tengah kekalutan pikiranku, tiba-tiba saja sebuah suara yang terasa tak asing memanggilku.

"Loh Kinanti, kau sudah kembali ke sini?" tanya suara itu.

Aku pun mendongak, dan kulihat Satya yang kini tampak sudah lebih dewasa ketimbang terakhir kali kami bertemu.

Satya pun duduk di sebelahku dan menanyakan kabarku, juga soal apakah aku sudah berhasil menemukan Kinar atau belum.

Aku pun menceritakan soal perjalananku selama bertahun-tahun yang tanpa hasil ini. Sementara Satya hanya diam mendengarkan keluh kesahku.

Setelah aku selesai bercerita, barulah ia mulai merespon ceritaku.

"Begitu ya, rasanya memang sulit untuk mencari seorang putri yang telah terpisah selama bertahun-tahun. Terlebih lagi kamu sekarang tidak tahu penampilannya seperti apa. Tapi aku yakin, suatu saat nanti takdir akan mempertemukan kalian berdua!" ucapnya sembari tersenyum.

Aku pun terenyuh mendengar kata-kata dari Satya, rasanya ia benar-benar mengembalikan semangat dan tekadku untuk menemukan Kinar.

"Untuk sementara, bagaimana kalo kau beristirahat sebentar di sini. Kebetulan aku punya beberapa teman yang mungkin bisa membantumu!" sarannya.

"Eh teman?" Aku merasa bingung, teman seperti apa yang ia maksudkan.

***

Satya mengajakku ke suatu hutan yang cukup lebat. Terasa angin sepoi-sepoi meniup rambut panjangku. Kulihat ke sekeliling aku tak menemukan keberadaan seorang pun, hingga sebuah suara tawa cekikikan yang sangat aneh terdengar dari balik pepohonan.

"Keluarlah semuanya, ada yang ingin kuperkenalkan!" ucap pria itu.

Kemudian, sekumpulan kuntilanak bergaun putih pun berterbangan mendekati kami. Wajah mereka semua tampak menyeramkan, dengan wajah yang dipenuhi luka sobekan yang menganga membuatku sempat merasa takut pada mereka.

Aku pun bersembunyi di balik punggung Satya karena takut melihat wajah mereka secara langsung.

Hingga secara tiba-tiba, salah satu dari mereka menepuk pundak ku, hal itu membuatku menjerit kaget, karena kuntilanak yang menepuk pundak ku merupakan kuntilanak merah.

"Hey kenapa kaget begitu?" tanya Kuntilanak itu.

"Jangan-jangan dia takut sama kita?" sahut Kuntilanak yang lain.

"Astaga, padahal mukanya pun juga nyeremin, bisa-bisanya dia takut sama kita!" ujar kuntilanak yang lainnya lagi.

"Sudah-sudah tenanglah, perkenalkan dia ini Kinanti. Dia ku ajak ke sini karena mungkin dia bisa berteman dengan kalian semua!" jelas Satya.

"Tunggu dulu, mana mungkin aku bisa berteman dengan Kuntilanak?" bisikku pada Satya.

"Tenang saja, percayalah padaku!" balas Satya dengan ikut berbisik.

"Hmm, sepertinya Kinanti masih takut sama kita. Tak apa, pelan-pelan dia pasti bisa berbaur dengan kita!" ucap sang Kuntilanak merah.

"Ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diri. Kenalin, namaku Kencana, aku merupakan pemimpin dari Kuntilanak di daerah ini!" ucapnya memperkenalkan diri, sembari mengajakku untuk berjabat tangan.

***

Selama beberapa hari itu, aku tinggal bersama dengan beberapa kaum kuntilanak di daerah itu. Aku jadi lebih mengenal soal kebiasaan mereka, dan aturan yang ditetapkan untuk mereka.

Satya juga sesekali datang ke tempat itu, dengar-dengar sih hubungannya dengan para Kuntilanak itu sangat baik. Makanya mereka jadi teman dekat.

Aku juga mendengar bahwa Satya terkenal sebagai orang yang sangat baik, suka menjaga hubungan dengan para mahluk gaib di daerah ini. Makanya dia jadi sangat populer dan dihormati dikalangan mahluk gaib.

Selama beberapa waktu itu, aku juga semakin dekat dengan Satya. Dia adalah pria yang sangat baik, jauh berbeda dengan mantan suamiku dulu. Hal itu membuatku sangat nyaman ketika berada di dekatnya.

Hingga suatu hari, aku dan Kencana pun duduk mengobrol berdua di bawah sebuah pohon rindang.

"Kencana, apa menurutmu Satya itu sudah punya pacar dari kalangan manusia?" tanyaku.

Kencana tampak terkejut dengan pertanyaan yang kuajukan, "hah? Kenapa kau malah menanyakan hal itu? Apa kau suka padanya?" tanyanya balik dengan pandangan menyelidik.

"Eh, nggak kok! Aku hanya kasian aja tiap hari mainnya cuma sama hantu. Kayak gak punya pergaulan dikalangan manusia aja," jawabku.

"Hmm, orang-orang kayak Satya itu sering dianggap aneh dikalangan manusia. Jadi gak heran kalo pergaulannya gak begitu luas!" balas Kencana.

"Memangnya, kamu berteman dengan Satya sudah berapa lama?" tanyaku lagi.

"Yah, semenjak ia dan ayahnya pindah ke sekitar sini sih! Dia itu aneh, baru ketemuan langsung ngajak kami ngobrol, tapi lama kelamaan kami semua malah akrab sama dia!" jelas Kencana.

"Begitu ya, kalo diingat-ingat, saat Satya bertemu denganku juga dia langsung ngajak ngobrol, sepertinya itu emang sifat alaminya!" ucapku sembari tersenyum.

Hari itu pun kami habiskan dengan ngobrolin soal Satya yang ternyata memiliki banyak pengalaman konyol dengan para mahluk gaib di tempat itu.

***

Suatu hari, Satya kembali datang ke tempat kami sembari membawa seorang wanita yang tampak cantik dengan rambut panjangnya. Wajah wanita itu menampakkan raut wajah lesu begitu melihat kami semua.

"Semuanya, perkenalkan, dia adalah Sekar. Sebentar lagi, aku dengannya akan menikah!" ucap Satya, membuat semua kuntilanak di sana tampak terkejut, sebelum akhirnya mereka mulai heboh dan mendekati Sekar untuk berkenalan dengannya.

Tapi, berbeda denganku. Entah kenapa hatiku rasanya sangat tak nyaman, mendengar berita yang baru saja diumumkan oleh Satya.

Hal itu sepertinya disadari oleh Kencana, ia pun mengelus-elus pundakku seperti berusaha untuk menenangkanku.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang