Ah, hhhhh!"
"Ah, hhhhh!"
Klimaksnya panjang dan intens. Kishiar dan dirinya belum lama berhubungan, namun sensasi yang ia rasakan sama menyegarkannya seperti pembebasan yang telah lama ditunggu.
Menyandarkan tubuhnya yang gemetar ke Kishiar karena guncangan kenikmatan, Yuder melanjutkan napasnya yang terhenti. Meskipun telah melepaskan apa yang perlu dilepaskan, pikirannya masih terasa panas dan berkabut.
Apakah karena akhir itu datang begitu tiba-tiba dan terlalu cepat? Alih-alih kejernihan yang seharusnya dirasakan setelah klimaks, kehangatan yang tersisa berputar di sekitar kulitnya seperti kabut. Yuder menunduk menatap dirinya sendiri, napasnya belum sepenuhnya pulih, lalu mengalihkan pandangannya ke kehangatan Kishiar yang masih dipegangnya.
Mulutnya terasa kering dan aroma tubuhnya yang basah oleh keringat semakin kuat. Kishiar, tidak diragukan lagi, pasti merasakan reaksi Yuder dengan tajam. Aroma yang kuat, hampir seperti respons terhadap aroma Yuder sendiri, menyelimutinya dengan lembut, merangsang tubuhnya seolah mengatakan semuanya baik-baik saja.
Kishiar, yang telah mencium pelipis dan rambut Yuder, berbicara lembut dengan mata memerah karena gairah.
"Apakah kamu sudah tenang? Bagaimana kalau kita berhenti?"
"Jangan bicara omong kosong. jangan lakukan itu."
Yuder tahu lebih dari siapa pun bahwa api dalam dirinya belum padam. Ia menentang maksud yang terpancar dari aroma yang tercium. Bahkan jika tidak ada cukup waktu tersisa untuk memuaskannya, itu bukan alasan untuk berhenti sekarang.
Minum seteguk air pun lebih baik daripada menahan api yang belum padam. Setidaknya itulah yang terjadi pada Kishiar. Ketika Yuder menanggapi dengan meringis dan melepaskan sarung tangan serta pakaian atasnya yang basah oleh cairan tubuh, Kishiar terkekeh pelan.
Yuder mencium bibir Kishiar dengan kuat untuk memperjelas bahwa dia tidak berniat bangun sebelum semua sisa panas di antara mereka sirna.
"Baiklah... Aku mengerti."
Seolah mengetahui niat Yuder tanpa kata-kata lebih lanjut, Kishiar menjawab lembut melalui lidah mereka yang terjalin.
"Kau seharusnya tahu betapa aku menginginkanmu. Sungguh pertanyaan bodoh untuk ditanyakan."
Jari-jari panjang meluncur di bawah pinggang Yuder dan ke dalam pakaiannya, mencengkeram bokongnya erat-erat. Sentuhan kecil itu saja sudah membuat tubuhnya yang setengah tegak itu terasa segar kembali.
Kapan dia menjadi perwujudan hasrat seperti itu? Meskipun dia merasa agak konyol, itu masih lebih baik daripada memuaskan dirinya sendiri dan memadamkan api sebelum waktunya.
Yuder mengeluarkan erangan samar sambil menatap hidung Kishiar yang lurus sempurna, menempel erat di dadanya yang basah dan kekar. Dadanya, yang awalnya terasa hampir mati rasa, kini tampak berubah menjadi organ yang sama sekali berbeda hanya dengan sentuhan napas Kishiar. Putingnya yang terus-menerus dirangsang oleh Kishiar, telah sepenuhnya kehilangan warna pucat awalnya.
Kishiar berulang kali meremukkan dan menjilatinya dengan lidahnya. Berfokus pada gerakan-gerakan yang menggairahkan itu, Yuder tanpa sengaja mengembuskan napas. Tepat saat itu, sebuah jari menyelinap ke celah di antara pantatnya. Yuder menahan erangan pendek, menggigit bibirnya dan segera mengendurkan alisnya yang berkerut.