Perdamaian

189 39 43
                                    

Pemuda bertopeng itu akhirnya membuka topengnya. Lalu, terpapanglah wajah Galang yang sama sekali tidak berubah. Semua terbelalak tak percaya. Thea pun semakin brutal. Ia terus memukul-mukuli dada Galang tanpa henti. Gadis itu semakin mengeraskan tangisannya. Bisa-bisanya laki-laki ini membuatnya menderita selama 3 tahun? Tidak mengertikah jika Thea sudah sangat merindukan Galang setengah mati?

Merasa Thea semakin brutal saja, Galang lekas menarik Thea kedalam pelukannya. Thea membalasnya. Gadis itu kini menumpahkan segala tangisannya pada bahu laki-laki yang sangat ia rindukan ini.

"Kenapa lo lakuin ini? Kenapa lo biarin gue menahan kerinduan ini selama 3 tahun! Lo masih hidup! Tapi kenapa lo gak pernah kembali?" Tangis Thea dalam pelukan Galang.

"Aku minta maaf." Hanya itu yang mampu Galang ucapkan.

Selama ini, Galang juga tidak tau dimana keberadaan Thea. Lestat bilang, Thea memang diselamatkan oleh David. Tapi Galang tak pernah tau David membawa Thea kemana? Selama ini, ia hanya mengawasi keluarga Agra untuk mencari tau perkembangan dari rencana-rencana mereka. Dan pertemuan Galang dengan Thea di Kampus kemarin itu, bisa dibilang adalah pertemuan pertamanya setelah 3 tahun ini tidak ada kabar.

"Jangan pergi. Jangan pergi lagi." Pinta Thea lirih.

Galang mengangguk pelan, "Kamu juga. Jangan pernah pergi lagi."

Setelah keduanya puas menyalurkan perasaan rindu mereka, keduanya melepaskan pelukan itu. Galang lekas menghapus sisa-sisa airmata yang ada di pipi gadis itu.

"Galang." Panggil Hara yang masih tak percaya.

Mata Galang berkaca-kaca menatap Hara. Ia langsung memeluk Hara karna merindukan ayahnya itu. Hara pun membalasnya. Dalam hati Hara bahagia, karna putranya ini ternyata masih hidup. Sesuai dengan dugaannya selama ini.

Setelah pelukan itu terlepas, Hara memegang kedua bahu Galang. Ia tersenyum bangga pada anaknya ini, "Ayah sudah menduga kalau kamu masih hidup. Dan ayah bahagia ternyata dugaan ayah benar."

"Bener, Lang!" Sahut David, "Ayah ngasih tau gue, soal kejanggalan yang dirasakannya. Karna itu, kita yakin kalo lo itu masih hidup." Jelas David.

"Kalo lo merasa begitu, kenapa lo gak kasih tau gue, Vid?" Protes Thea.

"Ayah nyuruh gue untuk simpan rahasia ini. Karna kita gak mau ngasih lo harapan palsu." Jelas David.

Thea terdiam. Gadis itu kembali menggenggam tangan Galang erat, karna ia takut Galang pergi lagi.

Galang sedikit tersenyum melihat perlakuan Thea. Setelah itu, ia menghela napas melirik para petopeng lainnya. Galang memberi kode agar mereka semua segera membuka topengnya.

Melihat kode-kodean itu, semua menatap penasaran pada orang-orang bertopeng itu. Hingga akhirnya, mereka membuka topengnya satu persatu.

"Ken?" Sumringah Liora. Gadis itu langsung berlari menghambur pada pelukan Ken. Ken yang mendapatkan pelukan mendadak dari Liora sedikit terjengit kaget. Namun, ia lekas membalasnya.

"Aurel?" Sumringah Yasha. Ia lekas menghampiri gadis yang di cintainya itu. Hingga akhirnya mereka saling bertatap-tatapan.

Aurel tersenyum menatap Yasha, "Hai." Sapanya kikuk.

Seketika Aurel terkejut. Yasha langsung memeluknya erat. Dengan senang hati Aurel membalas pelukan itu.

"Kirana?" Tino juga menatap Kirana tak percaya. Ia juga menghampiri gadis yang dicintainya itu.

"Tino. Lama tidak bertemu." Sapa Kirana dengan senyuman manisnya.

Berbeda dengan yang lainnya, Tino yang mengetahui fakta jika Kirana masih hidup langsung berjingkrakkan riang. Kirana yang melihat itu sampai tertawa. Setelah puas, Tino kembali menatap Kirana.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang