Chanyeol tertidur setelah kesialan yang dia alami belum juga hilang. Bibirnya masih sangat merah. Lo bahkan masih memegangi handuk berisi es batu di bibirnya. Dan tentu saja hal itu membuat jantung lo berdetak lebih kencang dari biasanya. Kalo Chanyeol nya mah biasa aja. Toh sekarang dia juga udah tidur. Dan Chanyeol itu ketiduran, bukan sengaja tidur.
Lo tersenyum miris natap bibir Chanyeol yang merah. Lo pengen ketawa karna menyadari segitu begonya dia sampe ngolesin minyak angin ke bibirnya. Tapi lo juga nyesel karna lo pingsan. Coba kalo lo gak pingsan. Pasti bibir Chanyeol gak akan semerah sekarang.
Lo melepaskan handuknya setelah kemerahan di bibir Chanyeol mulai hilang. Kalo kelamaan di kompres juga bibirnya bakalan berubah menjadi biru.
Lo pun bangkit untuk menyimpan bekas kompresan dan juga piring somay yang masih ada somaynya. Lagi lo tersenyum miris natap somay yang udah dingin itu. Pasti sekarang rasanya udah gak enak lagi.
Dan lo kembali dengan sepiring nasi dengan porsi untuk dua orang. Lo berniat makan sepiring berdua bareng Chanyeol. Karna gak mungkin juga kalo lo bawa dua piring nasi ke kamar. Yang ada pembantu lo curiga dan mencari tau apa yang terjadi.
Chanyeol terbangun saat hp lo bunyi. Lo sibuk nyari kebawan kolong tempat tidur. Karna suara hp nya berasal dari sana. Tapi Chanyeol tiba-tiba nyodorin hp nya ke lo.
"makasih oppa" ucap lo sebelum ninggalin dia ke balkon untuk ngangkat telpon.
Dari nomor tak dikenal.
"yeobusseo?" lo kaget mendengar suara pria mengucapkan salam dari seberang sana. Dengan bahasa yang selama ini lo pake untuk berkomunikasi dengan Chanyeol.
"nae.." balas lo canggung. Lo lagi mikir, pasti ini salah satu dari temen lo yang sedang ngerjain lo.
"chogiyeo, kurasa itu panggilan untukku." ucap Chanyeol yang tiba-tiba dibelakang lo.
Lo langsung menyerahkan hp lo ke Chanyeol.
"bisakah kau meninggalkanku sendiri?" ucap Chanyeol ragu. Lo langsung ngangguk dan masuk ke dalam kamar.
Sedikit terdengar suara Chanyeol yang sedang menjawab telpon yang entah dari siapa. Namun suaranya hilang saat lo sudah menutup pintu balkon.
Lo masih berdiri menatap Chanyeol dari balik pintu kaca yang memisahkan kamar lo dengan balkon.
Sebenernya lo pengen banget nguping Chanyeol lagi ngomong sama siapa. Cuma lo masih waras dan memilih untuk tidak mencampuri urusannya.
Apakah masih bisa disebut waras kalo lo menyianyiakan kesempatan yang gak bakalan ada lagi? Bukankah ini pantas disebut kesempatan emas untuk seorang fangirl seperti lo?
Lo menarik napas untuk membuang semua niat buruk lo. Lo gak pengen jadi sasaeng fan. Karna selama ini lo paling benci dengar kata sasaeng. Menurut lo menjadi seorang sasaeng fan adalah hal yang sangat menjijikkan. Sehingga membuat lo Benci banget sampe lo niat ngebunuh cewek yang disebut sasaeng. Riyon salah satunya. Nama itu sendiri sudah sangat familiar di telinga exo L. Apalagi di telinga lo.
Lo bergidik menyadari pikiran lo tentang sasaeng. Bahkan memikirkan nya saja buat lo geli dan jijik.
Sebegitu bencinya lo sama sasaeng.
Lo beralih ke meja belajar lo yang terdapat nasi yang lo bawa tadi. Tiba-tiba aja selera makan lo hilang.
Suara pintu yang terbuka membuat lo langsung mengangkat kepala dan menatap sosok yang dari tadi lo tunggu. Sosok yang membuat senyum lo merekah lebih lebar dari biasanya.
Tapi senyuman lo langsung pudar saat menyadari raut wajah Chanyeol saat ini.
There's a probelm honey?
Batin lo, mata lo langsung berkaca-kaca. Tapi melihat Chanyeol yang menatap lo dengan senyum manisnya, tidak memberikan pengaruh besar buat lo. Hati lo terlanjur luka ngeliat Chanyeol sedih, menurut lo."oppa wae geure??" tanya lo yang dengan susah payah nahan supaya lo gak nangis.
"opsoyeo, nan gwenchana!" jawab Chanyeol riang.
Lalu ia nyusul duduk di sebelah lo.
"waahh apa kau menyiapkannya untukku?"
Lo ngangguk tanpa sepatah katapun.
"yaa! Apa kau fikir aku makan sebanyak ini? Aku tidak mau tau, kau harus ikut makan denganku!" kata Chanyeol yang membuat lo mengulum senyum.
"apa oppa yakin ingin makan bersamaku?" tanya lo canggung. Perlahan, perih di mata lo mulai hilang.
Chanyeol menarik napas sambil natap lo.
"kau tidak percaya padaku ya?" tanya Chanyeol sambil mengangkat dagunya. Sedang kedua tangannya di kedua sisi pinggangnya.
"oh, tentu saja aku mempercayaimu! Ayo makan!" jawab lo kicep.
Chanyeol terkekeh melihat expresi panik lo. Dan kalian pun memulai acara makan bersama. Ya, sepiring berdua.
"hei, tidak kah kau mencium bau aneh?" bisik Chanyeol mendekatkan wajahnya ke lo.
Lo menggeleng, lo bahkan gak mencium bau apapun.
"kau yakin?" pekik Chanyeol melebarkan matanya.
"wa, wae, wae geure oppa?" tanya lo tergagap karena udah ketakutan di pelototi Chanyeol.
"aku belum mandi dari kemarin! Masa kau tidak mencium bau badanku?" kata Chanyeol sambil menautkan alisnya.
Lo natap Chanyeol, bahkan bau badannya bukan masalah buat lo. Karna bau badan nya beda.
"aaaku, aah apa oppa ingin mandi?"
"tentu saja!"
"baiklah. chamkan oppa. Aku akan menyiapkan baju untukmu." ucap lo sembari betanjak bangkit. Tapi Chanyeol nahan tangan lo.
Jantung lo denyut lagi. Sampe sakit sangking cepatnya detak jantung lo.
"apa kau yakin masih menyimpan baju untukku? Bagaimana kalau kita membelinya saja?" kata Chanyeol.
Beli?
Everything i do oppa!
Batin lo.Lo ngangguk setuju. Chanyeol senyum lebar banget.
...
>coba deh lo tes sentuh gambar bintang di bawah.
Masih berfungsi??
KAMU SEDANG MEMBACA
NYASAR ✖ PARK CHANYEOL
Fanfiction[ON GOING] "hah? Pokemon? Nyari pokemon sampe segitunya?!" "Chanyeol? Gausah mimpi!" "jangan bilang Chanyeol tiba-tiba keluar dari poster" -May 31, 2017-