46.Senyum

3.9K 498 65
                                    

"Oppa, kenapa cepat sekali tidur!!!!" ucap lo frustrasi.

Melihat Chanyeol yang tiba-tiba sudah tertidur saat lo keluar dari kamar mandi. Padahal ia masih tertawa-tawa saat lo tinggal ke kamar mandi tadi. Dan sekarang, ia sudah terbaring diatas sofa, yang ia sebut miliknya itu.

Lo langsung mengambil selimut dan menyelimuti Chanyeol. Biasanya kalo di film atau drama kan begitu.

Karna besok juga lo harus kuliah, lo juga naik ketempat tidur dan tidur. Ya tapi apa bisa tidur kalo orang yang lo cintai sedunia ini ada didepan lo?? Malah mukanya unyu banget gitu kalo lagi merem.

Lama lo ngeliatin Chanyeol. Tiba-tiba Chanyeol buka mata.

Ya allah, ke geb lagi mandangin doi :(
Batin lo sambil nelen ludah.

Chanyeol mengedip-ngedipkan matanya mandangin lo tanpa ekspresi.

Chanyeol mengedip-ngedipkan matanya mandangin lo tanpa ekspresi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama ia bangkit dan berjalan kearah lo.

"Kenapa kau tidak memindahkanku ke tempat tidur." ucap Chanyeol sambil mengambil tempat kosong disamping lo.

Setelahnya ia langsung memejamkan lagi matanya.

Lo menghela napas lega. Dan kembali memandangi Chanyeol dengan jarak yang lebih dekat.

"Jangan memandangiku terus." ucap Chanyeol tanpa membuka matanya.

Lo terbelak dan langsung mengalihkan pandangan lo dari Chanyeol.

Tau aja ya lagi diliatin.

"Rinrinnie," panggil Chanyeol yang membuat lo menoleh kearahnya.

"Jangan liat aku, liat saja langit-langit kamar ini." ucap Chanyeol lagi sambil mengedikkan dagunya ke atas.

Lo langsung menuruti ucapan Chanyeol dan mengikutinya melihat ke langit-langit.

"Jika kau dihadapkan dengan dua pilihan, kau ingin aku menjadi ayahmu, atau anakmu?" tanya Chanyeol.

Lo mengerutkan dahi dan berfikir. Kenapa Chanyeol mengeluarkan pertanyaan seperti itu.

Jika harus memilih antara dua pilihan itu, tentu saja itu sangat sulit. Kenapa Chanyeol tidak bertanya jadi musuhnya atau jadi istrinya saja? Yang sudah pasti jawabannya adalah menjadi istrinya.

"Kenapa kau tidak menjawab?" tanya Chanyeol lagi.

"Pertanyaanmu sangat sulit. Aku tidak bisa memilih antara keduanya oppa." jawab lo terus terang.

Chanyeol mendengus geli. Ia memejamkan matanya sambil tersenyum.

"Sudah jawab saja."

"Menjadi ibumu itu sulit. Aku tidak sanggup melihatmu menikahi gadis lain. Menjadi anakmu... Kurasa aku memilih itu. Melihatmu bahagia bersama seorang wanita yang sudah pasti adalah ibuku, sudah cukup membuatku senang." jawab lo panjang lebar.

Chanyeol terkekeh lagi.

"Lalu bagaimana jika menjadi ibu dari anak-anakku?" tanya Chanyeol lagi.

Boooofffff

Wajah lo langsung panas dan merah. Kuping lo juga ikutan panas. Jantung lo, gausah ditanya gimana kabarnya. Udah pengen terbang aja rasanya.

Chanyeol terkekeh pelan sambil ngeliatin lo yang udah malu sendiri.

Bhuk!

Lo melempar bantal disamping lo ke wajah Chanyeol. Chanyeol makin terkekeh geli. Lo udah sebel aja rasanya sama Chanyeol. Pengen lo unyel-unyel aja tuh mukanya.

Melihat Chanyeol yang sibuk nahan ketawa membuat lo semakin geram dan melemparnya lagi dengan bantal.

"Ya ya ya! Kenapa kau melempariku ha? Apa kau gila!?" seru Chanyeol sambil menangkis setiap lemparan lo.

"Ya, kau membuatku marah oppa!"

"Waeeeeee. Sudah hentikan!!" teriak Chanyeol. Lo langsung berhenti dan melipat kedua tangan lo mandangin Chanyeol.

"Rinrinnie, kau takkan berhenti mencintaiku kan?" tanya Chanyeol yang sudah berhenti tertawa.

Lo mengangguk dan menatap Chanyeol dalam.

"Baikalah, aku bisa melihatnya." balas Chanyeol tersenyum lebar.

Chanyeol lalu berbaring dan langsung memejamkan matanya.
"Ayo tidur, kau harus kuliah besok." ucapnya.
.
.
.

Chanyeol terbangun dan tidak mendapati siapapun di sampingnya. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan. Dengan berat ia mencoba bangkit dan berjalan ke kamar mandi.

Sebelumnya, lo udah buat sarapan untuk Chanyeol. Ya walaupun cuma nasi goreng, telur mata sapi, dan sosis, setidaknya ada. Lo juga sudah membuatkan segelas susu untuk Chanyeol.

Chanyeol tersenyum dan langsung menyantap makanannya. Bahkan ia tak berniat memanaskan susunya yang tentu saja sudah dingin. Chanyeol menghabiskan semuanya dengan sepenuh hatinya.

Sesekali ia tersenyum mengingat ekspresi wajah lo semalam.

Setelah selesai sarapan, Chanyeol mencuci piringnya dan kembali ke kamar. Ia membereskan tempat tidur yang berserakan. Setelahnya, ia menelpon seseorang untuk memesan bunga.

Ia duduk untuk menunggu kiriman bunganya datang. Chanyeol tidak bisa berhenti tersenyum rasanya. Hatinya seakan berbunga-bunga.

Pantas saja ia memesan bunga.

Setelah meninggalkan bunga di nakas, Chanyeol segera meninggalkan apartemen dan menuju ke dorm.
.
.
.

Saat baru saja akan melangkahkan kali keluar kelas, ponsel lo berdering dan membuat lo melangkah cepat untuk menjauh dari banyak orang.

Segera lo mengangkat telpon dari mama.

"Halo sayang?"

"Iya ma ini aku. Kenapa ma? Mendadak banget nelponnya?"

"Pulang sayang,"

Lo mengerutkan dahi. Dada lo sesak. Tangan lo gemetar.

"Kenapa ma?"

"Pulang ya sayang?"

"Maaaa.."

Lo takut. Takut terjadi sesuatu yang aneh. Dada lo semakin sesak. Fikiran lo juga udah gak fokus lagi.

"Mama udah minta tolong sama temen papa. Kamu pulang sama beliau ya?"

Lo diem tanpa ngejawab pertanyaan mama lo. Lo ngangguk, percuma mama lo juga gak liat.

"Papa kenapa ma?" tanya lo yang dari tadi udah curiga kalo papa lo kenapa-kenapa.

"Papa gapapa sayang, tapi kamu pulang ya?"

"Iya ma aku pulang."

Lo segera memutuskan sambungannya dan berlari meninggalkan kampus untuk mencari taksi. Air mata lo juga udah gak bisa ditahan lagi. Lo nangis. Lo takut terjadi sesuatu yang aneh.

Setelah menyiapkan koper secara sembarang, lo langsung keluar dan menuju ke bandara. Sialnya, pesawat akan terbang sekitar satu jam lagi. Dan saat lo bertanya, tiket express nya juga baru saja terjual satu menit yang lalu.

Lo berjalan lunglai menuju tempat duduk. Perasaan lo juga sudah tak karuan. Bahkan lo udah gak fokus lagi sekarang. Lo benar-benar seperti orang stres.

Lo memegangi kepala lo yang mulai terasa sakit. Air mata lo juga terus mengalir.

Dari pintu masuk, seseorang tengah berlari sekencang mungkin. Matanya tak lepas dari seorang gadis dengan mantel maroon yang tengah terduduk lemas dengan kepala tertunduk. Ia sudah tidak sabar ingin menarik gadis itu kepelukannya. Ia tau betul bagaimana perasaan gadis itu sekarang.
.
.
.

Keep Vomment yeoreobun 💕💕

NYASAR ✖ PARK CHANYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang