69.Him

1.8K 295 22
                                    

Hehe iya gue bohong, yakali ceritanya final dalam ke adaan gantung begitu :(
Tenang, yang penting kalian sayang aku 💙
Jan lupa vomment 💚

Two years latter...

Lo merapikan rambut lo sambil melihat ke kaca jendela kafe yang lo duduki. Sesekali lo celingukan menunggu sosok yang sedari tadi  membuat jantung lo tidak bisa berdetak dengan normal. Padahal baru beberapa hari yang lalu lo bertemu dengannya.

"Hai, Arin?"
Suara itu mengintrupsi lo untuk mendongak. Pria berpakaian rapi itu tersenyum manis kepada lo. Lesung pipinya mengingatkan lo pada seseorang.

"Kak Bona?"

Pria bernama Bona itu langsung mengambil tempat  di depan lo.

"Makin cantik aja kamu." pujinya.

Lo tersenyum malu dan menunduk.

"Oh iya, maaf ya jadi lama nunggu. Tadi macet di jalan." jelas Kak Bona tanpa lo tanya.

"Eh iya gapapa kok kak, aku juga belum lama."

Kak Bona adalah orang yang selama ini membantu lo dan nyokap lo saat perusahaan lo di ambang kebangkrutan. Kak Bona sendiri mengaku bahwa ia ingin balas budi akan kebaikan ayah lo yang dulu sempat menolongnya saat ayahnya meninggal. Berkat ayah lo juga Bona bisa menjadi CEO di perusahaannya sekarang.

"Mama gimana? Udah baikan?" tanya kak Bona.

"Udah kak, cuma belum ke kantor." jawab lo.

Mama lo sempat drop beberapa hari karna terlalu lelah. Kak Bona juga sempat menjenguknya di rumah.

"Oh iya, kita kenapa ketemu di sini ya kak?" tanya lo langsung to the point.

Selama ini lo dan kak Bona hanya bertemu di kantor atau kafetaria kantor karna terlibat makan siang bersama. Tapi hari ini, kak Bona meminta lo untuk menunggunya di sebuah kafe.

Kak Bona tersenyum alih-alih menjawab.

"Gapapa, aku kangen. Kemarin waktu jengukin mama malah gak ketemu kamu." jawab kak Bona. Pipi lo langsung memanas mendengar jawaban kak Bona.

Untuk beberapa alasan, lo tidak bisa menolak sosok kak Bona yang selama ini banyak terlibat kehidupan lo. Wajahnya yang tampan, dengan tubuh bagai model membuat itu bisa membuat siapa saja akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Kebaikan dan keramahannya juga membuatnya disukai banyak orang. Termasuk lo.

"Hehe iya aku belakangan sibuk banget kak. Apalagi mama sakit, semua urusan kantor jadi aku yang handle." jelas lo mencoba untuk tidak tersipu.

"Hebat dong, dengan umur kamu yang terbilang cukup muda ini kamu sudah cakap mengolah kantor." tambah kak Bona.

"Hehe itu juga berkat kak Bona yang mau bagi-bagi ilmu dan pengalamannya sama aku." sergah lo.

Kak Bona terkekeh pelan.
"Astagfirullah aku lupa," ucap kak Bona tiba-tiba.

"Kenapa kak?"

"Aku ninggalin sesuatu di mobil. Bentar ya aku ambil dulu."
Kak Bona langsung bangkit dan keluar dari kafe.

Sambil menunggu kak Bona balik, lo bangkit untuk memesan kopi untuk kak Bona.

Saat lo balik, kak Bona sudah duduk di tempatnya.

"Nih kak, minum dulu."
Lo menyodorkan americano dingin ke depan kak Bona.

"Terimakasih." ucapnya sebelum menyeruput minumnya.

Lo duduk dan kembali memerhatikan kak Bona. Melihat bouqet bunga yang ada di meja membuat lo tau kalau benda itu yang ia tinggal tadi.

"Buat kamu. Kata mama kamu suka bunga Lily." ucap kak Bona sambil mendorong bouquet bunganya ke depan lo.

"Ih mama nyuru kakak ngasih aku bunga?" tanya lo panik karna masih heran kenapa kak Bona tiba-tiba ngasih bunga.

"Eh engga, aku sendiri yang nanya sama mama. Kata mama kamu suka bunga Lily." jelas kak Bona. Lo menghela nafas sambil tersenyum malu kepada kak Bona.

"Thank you so much ka Bona!" seru lo senang sambil mengangkat bouquet bunganya.
Mata lo hampir keluar saat menyadari jenis Lily yang ada di tangan lo. Lo langsung melihat kak Bona yang sekarang sedang tersenyum manis memerhatikan lo.

"Kakak tau ini jenis Lily apa?" tanya lo penasaran. Karna yang lo tau ini jenis Lily termahal yang dijual di Indonesia.

Kak Bona mengangguk dan tersenyum lagi.
"Calla Lily. Bunga yang melambangkan sosok wanita yang ada di depan aku." jawab kak Bona mantap.

Lo masih menatap kak Bona dengan tatapan tidak percaya.
"Arin?" tegur kak Bona.

"Ah iya. Maaf kak." lo langsung menunduk untuk menghindari kontak mata dengan kak Bona.

Pulangnya, kak Bona mengantar lo sampai ke dalam rumah. Di jalan pulang tadi ia sempat berhenti untuk membelikan mama lo martabak. Setelah ngobrol sebentar dengan mama, lo mengantar kak Bona sampai ke depan.

"Besok aku mampir ke kantor ya.  Mau bantu kamu ngurus berkas yang mau di kirim ke Makassar." ucap kak Bona sebelum masuk ke mobilnya.

"Eh gapapa kak, aku bisa urus sendiri kok."

"Jangan nolak Arin, mama masih belum sehat gitu. Lagian pasti pusing kalo milih berkas sendiri." sambung kak Bona.

"Yaudah deh, besok aku tunggu. Hehe."

Kak Bona tersenyum lebar dan mengacak pelan rambut lo.

"Yaudah aku pulang dulu ya," kak Bona langsung masuk ke dalam mobilnya.

"Hati-hati kak!"

"Iya, kamu jangan lupa makan tuh. Daaahh." setelah melambaikan tangannya, kak Bona langsung melajukan mobilnya meninggalkan komplek rumah lo.

Lo masuk dengan perasaan yang campur aduk. Terlebih melihat bunga Calla Lily yang tadi di berikan kak Bona, membuat lo membenamkan wajah lo di bantal sekarang.

"Non?"

"Masuk mbak,"

Mbak Yuna langsung masuk dan meletakkan vas bunga bening yang lo minta tadi.

"Non, bunganya dari mas Bona ya?" tanya mbak Yuna.

"Iya," jawab lo sambil mengangguk sedih.

"Loh di kasih bunga kesukaan kok malah sedih sih non. Mbak isi air ya non vas nya?" tawar mbak Yuna yang langsung lo angguki.

Lo masih terdiam sambil menatap kosong bunga yang ada di meja belajar lo.

"Mau mindahin sendiri atau mbak yang pindahin non?" tanya mbak Yuna lagi.

"Biar aku aja mbak." jawab lo langsung bangkit dan mendekati meja belajar lo.

"Yaudah mbak tinggal ya non." pamit mbak Yuna yang hanya lo angguki.

Lo masih menatap bunga Calla Lily yang ada di depan lo itu. Lalu sekali lo menatap poster besar yang ada di dinding kamar lo. Sosok yang sedang tersenyum itu membuat lo semakin ingin menangis. Tidak bisa dipungkiri tentang seberapa rindunya lo kepadanya.
.
.
.

Jadi, sosok Bona di sini emang aslian ganteng. Senior sejurusan gue, yang hanya bisa kukagumi dari jauh.

Jangan berharap gue bakal ngasi visualisasinya. Karna... You know lah itu privasi bang Bona :(

Tapi kalo penasaran.......

Gue berani sumpah bang Bona mirip banget sama varrel Bramasta.

NYASAR ✖ PARK CHANYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang