"Berikan ponselmu!" Tae Yeon menampung tangannya menunggu aku meletakkan ponselku di atasnya. "Biar aku yang menanyakannya pada istrimu itu."
"Tae Yeon-ah!" Aku harus segera meluruskan kesalah pahaman yang disebabkan oleh Tae Young. Itu tidak semudah yang ia pikirkan. Bagaimana aku menanyakannya jika orang itu sama sekali tidak ada? "Aku tidak punya istri. Juga suami. Aku belum menikah."
Tae Yeon menatapku bingung. Tangannya masih terulur ke arahku.
"It's just a joke." Tae Young tertawa sekaligus membantuku mengklarifikasinya. "You can't call my dad while it just a joke."
"Joke?" Tae Yeon kini menatap aku dan Tae Young bergantian. Masih dengan wajah bingungnya. "Apa maksudnya?"
"Dad, it's a pet name for Hwang's wallet." Lanjut Tae Young. "All of my friends have mom and dad. But I only have mom. One of my friend told me that his mom give him love while dad give money. So, I called my mom's wallet as dad because it give money for us."
Sebenarnya Tae Young tidak perlu menjelaskan hingga sejauh itu. Dia hanya membuat kami terlihat lebih menyedihkan lagi dimata Tae Yeon.
"Asking dad mean that mom need to check her money in wallet before buy something." Tae Young meneruskan penjelasannya.
"Ah.. Begitu." Tae Yeon mengangguk. Kemudian matanya tertuju pada cincin di jari manisku. "Kalau begitu kau sudah bertunangan?"
Aku meletakkan telapak tanganku untuk menutup cincin itu. Bagiku memalukan tertangkap basah dua kali olehnya memakai benda ini. Dan mentang-mentang ia sudah bertunangan, jadi ia melupakannya?
"Ah.. Cincin itu!" Ia akhirnya ingat. Dasar Tae Yeon bodoh!
Tae Yeon mengambil sesuatu dari dalam kerah bajunya. Sebuah kalung dengan liontin cincin yang sama dengan yang aku kenakan saat ini. Karena itu memang pasangannya. Ia masih menyimpannya. Apa itu artinya...
"Aku masih menyimpannya." Tae Yeon bicara lagi. "Berharap suatu hari kau akan kembali."
"Why are you have my mom's ring? Are you my dad?" Tae Young bertanya terus terang.
"Ish! Anak ini!" Aku mendorong kepala Tae Young. Setelah itu aku kembali bicara pada Tae Yeon. "Aku dengar kau yang bertunangan."
"Itu bukan masalah besar." Ia menyimpan kembali kalung itu di dalam bajunya. "Aku akan membatalkannya jika kau dan Tae Young mau tinggal bersamaku."
Begitu saja? Apa ia anggap ini hanya permainan? Ck, dia tidak bertambah dewasa sama sekali. Dia bertunangan, lalu membatalkannya seolah itu adalah hal yang mudah.
"Selama sepuluh tahun ini aku tidak pernah dekat dengan seseorang apalagi menjalin hubungan yang serius. Appa merasa khawatir dan menjodohkanku dengan salah satu anak kenalannya." Jelasnya. "Berhubung kau sudah kembali sekarang, belum menikah, ataupun bertunangan, aku merasa tidak perlu lagi melanjutkan pertunangan itu."
Yeah, perkataannya barusan membuatku sedikit besar kepala. "Tapi aku tidak pernah bilang aku akan kembali padamu."
"Aku juga tidak memaksamu untuk kembali padaku." Ia menatapku penuh harap. "Setidaknya.. Untuk kali ini.. Izinkan aku untuk bertanggung jawab atasmu dan Tae Young."
"So, are you my dad?" Tae Young bertanya lagi. Kini dengan menatap Tae Yeon tajam. "Mengapa kau harus bertanggung jawab atas kami?"
"Tae Young-ah!" Untuk yang kesekian kalinya, aku memperingatkan anak itu. "Can you keep silent for a moment? We are talking here."
"Tinggallah di rumahku. Biarkan aku menebus kesalahanku pada kalian. Aku mohon padamu." Tae Yeon semakin memohon. "Demi Tae Young."
Demi Tae Young. Jika aku memikirkan Tae Young, mungkin ini lebih baik baginya. Selama ini Tae Young hanya memilikiku. Ia tidak mengenal keluarganya yang lain. Dan yang lebih penting lagi. Tae Young memiliki hak untuk mengenal Tae Yeon sebagaimana sebaliknya.