(Replay 2004) Special Tae Yeon POV Part 1

252 49 1
                                    

Seoul, musim semi 2007.

"Sial!" Aku memukul tiang lampu di pinggir trotoar. Tiang itu tidak bergeming setelah menerima kekesalanku. Aku tidak merasakan sakit di tanganku. Atau kakiku. Tapi aku merasakan sakit itu. Hatiku. Ada lebam di hatiku.

Aku baru saja dari toko pakaian tempat Mi Young bekerja. Ia terlalu lugu dan bodoh sehingga mungkin saja ada seseorang di tempat kerjanya yang memanfaatkannya. Dan ia tidak tahu apa-apa. Ia juga begitu dulu terhadapku. Ia tidak mengerti apa yang aku inginkan jika aku menyentuh area-area tertentu di tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang ada dalam pikiranku setiap aku menelusupkan tanganku di balik pakaiannya. Dia memang sebodoh itu. Begitu bodohnya hingga ia mungkin tidak tahu apa-apa saat seseorang melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya. Orang itu mungkin memberinya sesuatu untuk membuatnya tidak sadar lalu.. Lalu..

Sekali lagi aku memukul tiang tak berdosa itu. Memikirkan apa yang orang itu lakukan pada Mi Young-ku membuatku sangat marah. Jika aku menemukannya, jika aku tahu siapa dia, aku akan mencabik-cabik kemaluannya sebelum aku membunuhnya.

Sialnya lagi, setelah aku pergi sejauh ini pun aku tidak menemukan petunjuk siapa orang brengsek itu. Hanya ada karyawan wanita di toko itu, dan menurut keterangan atasannya, ia tidak pernah melihat Mi Young bersama seorang laki-laki. Ia juga selalu kuantar dan kujemput saat bekerja. Tidak mungkin ia mengalami kekerasan di jalan. Lalu siapa yang melakukannya? Aku merasa sangat frustasi. Aku sudah siap untuk membunuh orang itu, namun aku malah tidak tahu siapa dia.

Jangankan aku. Mi Young saja tidak tahu. Dan ia dengan bodohnya berpikir bahwa itu adalah anakku. Sekali lagi, Mi Young memang sebodoh itu. Ia seperti bocah kecil yang tidak mengerti apapun tentang dunia ini. Karena ia berpacaran denganku, maka baginya akulah yang menghamilinya. Ia melupakan suatu hal penting. Aku adalah yeoja. Aku hanya yeoja biasa. Aku tidak memiliki benda-benda keramat yang bisa membuatnya hamil. Aku hanya punya sebuah dildo. Ia tidak berpikir dengan logis. Kami menggunakan dildo yang sama, lalu bagaimana bisa ia hamil dan aku tidak?

Yang pasti, aku akan menemukan si brengsek itu. Aku akan memenggal kedua kepalanya sekaligus. Siapapun dia, aku akan membunuhnya.

Kemudian ponselku berdering. Itu adalah Ji Woong.

"Ada apa?" Aku menjawab kasar.

"Apa yang kau lakukan pada Fany?" Nadanya terdengar tak kalah kasar dariku. "Dia pergi dari rumah."

"Apa urusanmu?" Suasana hatiku begitu buruk. Mi young memilih untuk memepertahankan anak dari penjahat itu. Artinya aku akan melihat wajahnya yang seolah mengolok-olokku bahwa ia bisa menghamili gadisku sementara aku tidak.

Bahkan demi mempertahankan anak yang tidak ia ketahui asal usulnya, ia mau meninggalkan rumah. Ia lebih memilih anak itu dibandingkan aku.

Tunggu! "Oppa barusan bilang apa? Mi Young pergi dari rumah?"

"Eoh, ia membawa semua barang-barangnya. Aku mencoba menghentikannya tapi ia tidak mau mendengarkan."

Tidak.. Tidak.. Ini tidak benar. Mi Young tidak boleh meninggalkanku. Aku tidak boleh kehilangannya. Aku berlari ke pinggir jalan, lalu menghentikan taksi terdekat. Aku harus segera kembali ke rumah.

Di perjalanan, aku mencoba menghubungi Mi Young. Berkali-kali, dan ponselnya selalu tidak aktif. Ia pasti sengaja mematikannya karea tidak ingin dihubungi olehku. Kemana ia pergi? Rumahnya? Ah.. Ada yang tinggal disana. Tempat itu sudah disewakan.

Sesampainya di rumah, aku langsung berlari ke kamarnya. Tidak mengindahkan oppa yang bicara padaku. Aku memeriksa kamarnya. Ia sudah membawa sebagian besar barangnya. Ia bahkan mengosongkan lemari pakaiannya. Jelas sudah. Ia tidak ingin kembali kemari lagi. Ia tidak akan pernah kembali padaku.

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang