(Replay 2004) Epilog

400 53 7
                                    

Ji Woong POV


Seoul, musim gugur 2006.

Sebuah pesan masuk dari eomma. Aku mengeceknya dan membacanya dalam hati. Hal itu mengundang rasa penasaran Hae Won noona yang sedang bersamaku.

"Ada apa?" Tanyanya.

Sebenarnya hari itu aku berbohong pada keluargaku bahwa aku ada kuliah penting. Aku tidak pergi kuliah melainkan pergi berkencan dengan Hae Won noona. Aku berencana menghabiskan waktu seharian ini dengannya karena besok Hae Won noona akan pergi ke luar kota untuk masalah pekerjaan selama dua minggu. Aku tidak bisa bertemu dengannya selama waktu itu.

"Tiffany sakit. Dia tidak bisa ikut mendaki gunung." Jawabku, menjelaskan pesan yang dikirim eomma barusan. "Eomma mengatakan jika aku memiliki waktu senggang di antara kuliah, ia minta tolong agar aku mengecek keadaannya di rumah."

Aku sering menceritakan tentang keluargaku pada Hae Won noona. Aku memang mengatakan segala hal tentang diriku padanya. Aku tidak ingin menyembunyikan apapun darinya. Termasuk Tiffany, pacar adik kecilku. Aku sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri. Mungkin berawal dari rasa kasihan padanya. Di usia semuda itu ia sudah menjadi korban eksploitasi bejat dari adikku. Kim Tae Yeon. Aku tidak bisa berpihak pada siapapun. Keduanya adalah adikku.

"Sepertinya serius." Hae Won noona merapikan barang-barangnya dari atas meja. "Lalu mengapa mereka meninggalkannya?"

Aku mengangkat bahuku. Aku tidak tahu detail kejadiannya karena sejak tadi berada disini bersamanya.

"Ayo! Kita lihat dia sebentar. Mungkin dia membutuhkan sesuatu." Ia yang lebih dulu mengajakku.

Aku dan Hae Won noona memang terpaut umur cukup jauh. Itu yang dibenci oleh orangtuaku. Selain ia juga pernah menikah sebelumnya. Aku tidak melihat ada masalah dengan keduanya. Justru ia lebih dewasa dan pengertian dibandingkan gadis-gadis seumuranku. Mereka kekanakan dan manja. Contohnya seperti saat ini. Ia yang lebih dulu berinisiatif untuk melihat Tiffany di rumah padahal ia tidak mengenalnya secaea langsung.

"Kau tahu, anak-anak tidak boleh ditinggal sendirian di rumah. Terlebih jika mereka sedang sakit." Jelasnya saat ia sedang mengemudikan mobilnya menuju rumahku.

Aku mengerti darimana kekhawatiran itu berasal. Dulu Hae Won noona pernah memiliki seorang anak. Seorang anak laki-laki. Saat itu usianya lima tahun. Anak itu tidak bisa pergi ke sekolah karena demam. Ia dan mantan suaminya tidak bisa menjaga anak itu di rumah karena harus bekerja. Lagi pula mereka berpikir anak mereka hanya demam ringan. Tidak masalah meninggalkannya. Jadi, mereka meninggalkannya. Lalu, saat mereka tidak ada di rumah, anak itu bangun dan pergi keluar untuk bermain. Anak itu pergi ke jalan raya lalu tertabrak kendaraan yang melaju kencang. Sejak saat itu keluarganya hancur. Anaknya meninggal, dan ia bercerai dari suaminya.

Mungkin karena alasan yang sama ia mengkhawatirkan Tiffany. Padahal Tiffany bukanlah anak kecil. Ia bisa menjaga dirinya sendiri. Ia juga tidak akan pergi bermain ke luar lalu menyeberang jalan raya dengan ceroboh.

Kami tiba di rumahku beberapa saat kemudian. Aku menunjukkan kamar Tiffany padanya. Itu ada di lantai dua. Lucu sekali rasanya. Aku belum mengenalkannya pada siapapun di keluargaku. Tidak orangtuaku, bahkan Tae Yeon juga tidak tahu. Tapi aku mengajaknya bertemu Tiffany lebih dulu. Yah.. Sudahlah. Toh ini keadaan darurat.

Tiffany tidak ada di dalam kamarnya. Tepatnya ia tidak sedang berada di ranjangnya. Belakangan aku menyadari pintu kamar mandi terbuka dan ada sepasang kaki menyembul dari sana. Aku berlari menghampirinya. Itu adalah Tiffany yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamar mandi. Pakaiannya basah kuyup karena air dan ia menggigil.

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang