Pagi itu aku sedang mengajar di lapangan ketika ponselku berbunyi. Siapa lagi jika bukan Kris. Pria itu gencar sekali menghubungiku. Apa ia begitu banyaknya memiliki waktu luang sehingga tak tahu harus melakukan apa selain menghubungiku?
Jadi aku hanya mengacuhkannya saja.
Kemudian aku mulai jengah saat ia tak juga menyerah dan terus meneleponku. Ini sudah yang ... Baiklah, ini baru dua kali. Aku akan menjawabnya saja. Siapa tahu ini tentang Jessica.
"Ya?" Aku yakin bahwa aku terdengar dingin saat menjawab telepon itu.
"Kau sibuk?" tanyanya langsung. Tentu saja aku sibuk di pagi hari seperti ini.
"Aku sedang mengajar," Aku sengaja memberikan tekanan agar ia sadar bahwa aku sangatlah sibuk. Ia harusnya tidak mengangguku kecuali itu tentang Jessica. Maksudku, kecuali itu tentang sesuatu yang sangat penting.
"Ah! Begini," Awalnya ia terdengar ragu, namun kemudian ia tetap melanjutkan. "Aku sedang di Jepang dan baru saja aku mendapat kabar dari rumah bahwa Jessica demam lagi. Ia merajuk dan melarang siapapun masuk ke kamarnya sementara aku terjebak badai salju disini. Tak akan ada penerbangan sampai besok. Jadi, jika kau memiliki waktu luang, bisakah kau melihatnya sebentar? Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi."
Ck! Apa dia anak kecil? Mengapa ia sering sekali jatuh sakit padahal ia tak ada kerjaan? Aku yakin ia sudah cukup dewasa untuk mengurus dirinya sendiri bahkan saat sedang sakit sekalipun. Memangnya kenapa kalau dia sakit? Memangnya kenapa kalau Kris tidak tahu harus menghubungi siapa? Dia bahkan cukup kuat untuk merajuk dan melarang siapapun mendekati kamarnya. Aku bisa membayangkan bagaimana ia marah-marah hingga membuat para pelayannya ketakutan.
Padahal aku tidak perlu mencemaskannya tapi aku malah berakhir dengan berpura-pura sakit agar bisa membolos pelajaran dan berakhir di rumahnya. Ya, itu benar. Si bodoh Kwon Yu Ri mengabaikan logika yang ada hanya untuk memastikan bahwa Jessica Jung yang bisa merawat dirinya sendiri baik-baik saja.
Pelayannya langsung mempersilahkanku masuk. Sepertinya Kris sudah memberitahukan tentang kedatanganku padahal aku tidak pernah menjanjikannya. Aku dibawa ke lantai dua dimana kamar Jessica berada. Pelayan itu tidak ikut masuk ke dalam kamar dan pergi setelah memintaku untuk melihat Jessica sendiri. Jika dia benar-benar sakit, bukankah lebih baik memanggil dokter?
Jessica sedang tidur saat aku masuk. Ia meringkuk menyelimuti tubuhnya seperti orang yang kedinginan. Padahal ruangan ini cukup hangat. Wajahnya memerah dan dipenuhi peluh. Aku mendekat dan mendengar ia menggumamkan sesuatu yang tidak jelas di dalam tidurnya.
"Yu Ri-ah!" Aku tidak tahu ia memang mengigaukan namaku atau telingaku yang salah. Sebenarnya itu terlalu samar untuk jelas terdengar. Ku anggap ia sedang bermimpi buruk.
Aku duduk di sampingnya lalu menyentuh dahinya yang basah karena keringat. Panas sekali. Dia demam tinggi begini, tapi dibiarkan sendiri. Memangnya kenapa jika ia melarang orang lain masuk? Ia bahkan tidak sadar aku sudah berada disini dan duduk disampingnya. Apa gunanya menikah dengan seorang pria kaya jika tak ada yang memperhatikannya saat ia sakit. Meski pria itu mengatakan bahwa ia terjebak badai salju, tapi apa mereka tidak memiliki dokter pribadi? Lebih baik ia bersamaku saja. Aku bisa meninggalkan pekerjaanku untuk merawatnya. Aku bahkan memiliki dokter pribadi.
"Halo, Tae Yeon-ah?" Aku langsung menghubungi dokter pribadiku itu. "Kau dimana?"
"Aku di rumah. Baru saja kembali dari mengantar Tae Young sekolah. Kenapa?" tanyanya.
"Bisa kau datang ke rumah Jessica sebentar? Dia sedang demam tinggi dan juga mengigau," kataku.
"Tunggu! Tunggu! Aku ke balkon sebentar. Sinyal disini kurang bagus," Terdengar langkah kakinya yang santai saat menaiki tangga. Kemudian aku juga mendengar suara pintu geser dibuka. "Kau bilang apa tadi?"