(Replay 2004) Can You Hear Me?

305 46 5
                                    

Seoul, musim gugur 2005.

Awal musim gugur. Waktu berjalan begitu lambat dan monoton. Tae Yeon masih enggan membuka matanya. Ia sudah dipindahkan ke ruang rawat, tapi aku tidak melihat perkembangan darinya. Ia koma hingga saat ini. Selama libur musim panas, aku selalu menemaninya di rumah sakit. Sekedar mengajaknya ngobrol meski ia tidak pernah menanggapi, atau hanya duduk diam menunggunya terjaga.

Tiap kali aku datang ke rumah sakit Tae Yeon selalu dijaga oleh eomma-nya. Awalnya ia merasa curiga mengapa aku datang setiap hari dan menghabiskan waktu disana. Ia menanyakan mengapa aku begitu peduli terhadap putrinya. Untuk menyembunyikan kenyataan, aku mengatakan pada nyonya Kim bahwa aku adalah teman sebangku putrinya dan Tae Yeon terluka karena menyelamatkanku. Itu tidak sepenuhnya salah. Tidak. Itu adalah kebenaran. Tae Yeon memang terluka karena menyelamatkanku. Namun ada kebenaran lain yang aku sembunyikan.

Tadinya aku pikir nyonya Kim akan marah padaku karena aku orang yang membuat putrinya harus terbaring seperti ini. Tapi tidak. Dia adalah wanita yang baik dan bijaksana. Dia mengerti. Dia mengatakan bahwa ia tidak marah atau membenciku. Tae Yeon memang terluka karena menyelamatkanku, namun ia tahu aku tidak bermaksud membuat Tae Yeon terluka. Ia tidak menyalahkanku. Ia juga mengatakan bahwa putrinya terluka bukan karenaku melainkan karena pilihan yang dibuat oleh Tae Yeon untuk menyelamatkanku. Menurutku, dia seorang ibu yang keren.

Yah, dan libur musim panasku berakhir seperti itu. Satu-satunya hal baik yang terjadi hanyalah aku menjadi dekat dengan ibu Tae Yeon. Selama di rumah sakit, ibunya yang selalu menjaga sementara ayahnya hanya datang sesekali. Pria itu adalah salah satu anggota dewan kota. Ia tidak bisa setiap hari mondar-mandir ke Seoul karena pekerjaannya. Sedangkan Ji Woong kadang datang sebentar untuk mengantarkan makanan atau pakaian untuk ibunya.

Teman-teman sekolah beberapa kali datang untuk menjenguk Tae Yeon. Dad juga datang saat beliau tidak sedang bekerja. Aku menceritakannya pada dad dan pria itu begitu berterima kasih pada Tae Yeon. Dia memang hanya datang satu kali namun ia selalu mengingatkanku untuk mengunjungi Tae Yeon. Ia sering memberiku uang untuk membeli buah atau bunga untuk diberikan pada Tae Yeon. Walaupun pada akhirnya buah-buahan itu aku makan sendiri dan bunga-bunga itu menjadi layu sebelum Tae Yeon sempat melihatnya. Sebenarnya sampai kapan ia akan bertahan seperti itu?

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur musim panas. Rasanya berat sekali untuk pergi ke sekolah. Rasanya aku ingin membolos dan pergi ke tempat Tae Yeon. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Bagi Tae Yeon membolos adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Meski ia tidak tahu, aku tidak ingin mengecewakannya. Toh aku masih bisa mengunjunginya sepulang sekolah.

Aku baru saja turun dari bis saat aku melihat mobil Yu Ri di kejauhan. Sepertinya dia baru datang. Aku akan menghampiri mereka saat sebuah mobil lain datang dengan kecepatan tinggi dan berhenti tepat di dekatku. Beruntung aku berjalan di trotoar. Jika tidak mungkin aku sudah terserempet.

Jendela bagian belakang mobil itu terbuka dan aku bisa melihat Lim Qin Shan menatapku dengan senyum mengejek. Saat aku sedang berpikir apa yang ia lakukan disini sementara ia sudah dikeluarkan dari sekolah, anak laki-laki itu melemparkan sesuatu padaku dengan sangat keras hingga aku terduduk di trotoar. Setelah melakukan itu, mobil tersebut pergi dengan kecepatan yang tak kalah dari sebelumnya.

Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Seo Hyun dan Yu Ri melihat apa yang baru saja terjadi. Seo Hyun bergegas menghampiriku sementara Yu Ri berlari mengejar mobil itu. Sayangnya Yu Ri kalah cepat dan hanya berakhir dengan melempar sepatunya.

"Eonni, gwaenchana?" Seo Hyun membantuku berdiri.

Aku mengangguk ketika Seo Hyun membantuku. Setelah berdiri, aku melihat apa yang baru saja dilemparkan padaku. Itu sebuah boneka beruang. Namun bukan boneka biasa. Benda yang harusnya lucu itu telah dirusak. Bagian matanya dicongkel dengan kasar dan lehernya di sobek hingga nyaris putus dan kapas-kapas menyeruak dari sela-sela sobekannya. Sebuah catatan tertempel dengan paku yang menancap di perutnya. Disana terlulis, "Aku tidak akan berhenti hingga membuatmu seperti ini!"

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang