Seoul, musim semi 2006.
Aku melukai kakiku. Aku harus memakai gips untuk beberapa minggu ke depan. Bukan hanya itu. Aku juga harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Aku tidak menyukai rumah sakit. Terlebih harus tinggal disini.
Soo Young dan YoonA sedang menjengukku. Mereka baru saja pulang dari sekolah dan datang kemari. Setidaknya berkat mereka, aku tidak kesepian berada disini. Teman-teman yang lain harus mengikuti pelajaran tambahan sementara dad tidak bisa terus menemaniku. Sebenarnya ia berat hari meninggalkanku sendirian di rumah sakit, namun ia juga memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Aku memaksanya untuk pergi dengan mengatakan bahwa aku ingin tidur dan beristirahat, jadi aku lebih suka sendiri. Belum lama ia menghubungiku. Dad bilang pekerjaannya akan selesai sebentar lagi. Ia akan datang untuk menemaniku.
"Eonni, appo?" Tanya YoonA. Ia menyandarkan dagunya di tempat tidur di bawah kakiku. Menatap kakiku yang dua kali lebih besar karena gips.
"Tentu saja! Bodoh!" Soo Young memukul kepalanya. Ia lalu duduk di sisi ranjangku. "Kau ingin makan sesuatu, Fany-ah? Aku akan membelikannya untukmu."
"Ku rasa kau yang ingin makan sesuatu." Celetuk YoonA.
Aku terkekeh mendengar lelucon mereka yang tidak pernah jauh dari makanan. "Kalian bisa pesan apapun yang kalian inginkan. Aku yang traktir."
Soo Young menjadi bersemangat mendengarnya. "Apa yang ada?"
"Segala jenis obat-obatan ada disini." Jawabku meladeni mereka. "Apa yang kau harapkan? Ini rumah sakit."
"Khaah.." Soo Young menyandarkan tubuhnya hingga menghimpit sebelah bahuku. Beruntung kakiku yang terluka, bukan tanganku. "Ngomong-ngomong, apa yang dia lakukan disini?"
"Eh?" YoonA mengikuti arah pandangan Soo Young lalu mengernyit. Ia baru menyadarinya. "Eonni? Apa yang kau lakukan disana?"
Disana, hanya berjarak beberapa kaki dari tempat tidurku, Tae Yeon duduk di tempat tidur lain yang seharusnya diperuntukkan untuk pasien lain, namun masih kosong. Ia sudah berada disana sejak tadi pagi. Membolos sekolah, datang mengunjungiku, dan aku mengacuhkannya
Tentu saja aku marah padanya. Jika aku tidak mematahkan kakiku, maka ia tidak akan mau melihatku. Jika aku tidak terluka, ia akan meninggalkanku. Apa aku harus terluka dulu agar mendapat perhatiannya. Sayangnya aku tidak membutuhkan itu lagi. Ia bisa pergi seperti yang ia inginkan. Ia bisa meninggalkanku. Ia bebas melakukan apapun sesuai kehendaknya.
"Jangan katakan..." YoonA menghampiri Tae Yeon sambil menutup mulutnya. "Eonni.. kau membolos?"
"Jangan pedulikan dia." Ujarku pada YoonA. Memintanya melakukan apa yang aku lakukan sejak tadi. Aku mengacuhkannya. Aku bersikap seolah ia tidak ada.
Sebenarnya ia datang karena merasa bersalah. Ia juga yang membawaku ke rumah sakit kemarin. Mendengar keributan akibat tabrakan itu, ia berlari kencang kembali menghampiriku. Ia terus menemaniku sejak saat itu. Ia hanya pergi saat dad datang dan kena marah oleh pria itu. Tapi, pagi-pagi sekali setelah dad pergi bekerja, ia kembali.
"Jika aku tidak mempedulikannya..." Soo Young menyandarkan kepalanya di bahuku, lalu memeluk pinggangku. "Artinya, tidak masalah jika aku melakukan ini."
"Aish! Lepaskan!" Aku menyingkirkannya karena merasa terganggu. Aku sempat mendapat masalah lain karena sandiwara yang aku lakukan bersama dengan Jessica. Dan kali ini Soo Young, di hadapan Tae Yeon, oh no!
"Aku bisa menebak apa yang kalian lakukan sebelum kami datang." Soo Young melompat turun dari ranjangku. Ia menyeringai jahat menatap Tae Yeon.