(Replay 2004) I'm Not Let Anyone Hurting You

247 46 2
                                    

Tae Yeon tidak bisa dihubungi.  Ponselnya mendadak tidak aktif. Aku menggigiti kuku sambil mondar-mandir di kamarku. Aku terus mencoba menghubungi Tae Yeon. Berusaha menepis pikiran-pikiran buruk tentang Tae Yeon. Orang itu tidak akan menyakiti Tae Yeon kan? Tae Yeon pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Lagipula ada Tae Young bersamanya.. Tae Young pasti akan...

Astaga! Tae Young bersamanya! Jika orang gila itu berhasil mendapatkan keduanya, aku akan membunuh diriku sendiri. Harusnya aku mendengarkannya sejak awal. Harusnya aku takut pada ancamannya. Harusnya aku langsung melarikan diri bersama Tae Young kembali ke Amerika. Jadi dia tidak akan bisa menyakiti orang-orang yang ku sayangi.

Tidak! Tidak! Ini bukan saatnya berpikir seperti itu. Tae Yeon baik-baik saja. Begitu juga dengan anakku. Tae Yeon mungkin hanya lupa mengisi ulang batre ponselnya. Ia kan bekerja lembur semalaman.

Tapi... bagaimana jika...

Ah, sebaiknya aku menyusul mereka ke sekolah Tae Young. Aku tidak bisa mengira-ngira lalu menjadi gila sendiri.

Aku mengambil kunci mobil Seok Jin yang sengaja ditinggalkannya karena ia belum menyediakan mobil untukku. Dengan kecepatan tinggi, aku berusaha mengejar mobil Tae Yeon yang sudah sangat jauh. Aku tidak bisa melihatnya lagi karena jarak waktunya sudah sangat lama. Tae Yeon mungkin sudah tiba di sekolah Tae Young. Atau.. Jika ia bertemu dengan orang itu sebelumnya...

Apa yang harus aku lakukan?

Apa yang harus aku lakukan?

Apa yang harus aku lakukan?

Aku menggigit kukuku gusar sambil terus memacu mobilku kesetanan. Tae Yeon tidak bisa dihubungi, aku terlalu terlambat untuk menyusulnya, dan kepala ini juga terlalu bodoh untuk dibawa berpikir. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Beberapa menit kemudian aku tiba di sekolah Tae Young. Aku meninggalkan mobilku begitu saja di pinggir jalan lalu berlari masuk kedalam. Sepertinya kelas pertama telah dimulai karena semua anak-anak berada di dalam kelasnya. Aku langsung masuk ke kelas Tae Young. Anak itu mungkin memiliki petunjuk kemana Tae Yeon pergi setelah mengantarnya.

Tapi.. Bahkan Tae Young juga tidak ada. Ia tidak berada di kelasnya padahal beberapa saat yang lalu Tae Yeon membawanya dari hadapanku. Tae Yeon akan mengantarkannya ke sekolah tapi ia tidak ada. Tae Yeon juga tidak bisa dihubungi. Setelah mendapatkan pesan mengerikan tadi, aku tidak bisa lebih panik daripada ini.

Sial! Aku memegangi kepalaku yang masih tidak bisa berpikir. Aku memukulinya beberapa kali tapi tetap tidak ada perubahan. Aku tidak tahu. Apa yang harus aku lakukan? Orang itu tidak hanya menculik Tae Yeon. Ia juga membawa Tae Young bersamanya.

"Nyonya?" Guru wali kelas Tae Young datang menghampiriku. Melihatku yang frustasi sendirian di depan pintu kelasnya dan menarik perhatian seisi kelas, ia tidak bisa untuk tidak bertanya. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Anakku.. Uri Tae Youngie.. Eotokkaji?" Jangankan berpikir. Untuk bernafas saja aku merasa sangat kesulitan. Jika saja.. Jika saja aku menanggapi ancaman itu lebih cepat..

"Aah.. Anda ibunya Hwang Tae Young?" Ujarnya. "Apa Tae Young sakit? Mengapa dia tidak datang hari ini?"

Aku menggeleng. Aku melihat sekali lagi kelas itu, berharap Tae Young sedang duduk manis di bangkunya. Tapi kenyataan bahwa tempat itu kosong sangat menggangguku. "Seseorang.. Seseorang membawanya!"

"Seseorang?" Wali kelas Tae Young yang tidak mengerti situasinya hanya bisa memasang wajah heran.

Aku tidak tahan lagi dan roboh ke lantai. Aku terduduk di lorong itu setelah menghempaskan tubuhku. Tanganku yang masih memegang ponsel bergetar hebat. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sementara orang gila itu membawa anakku dan Tae Yeon. Ia mendapatkan dua orang yang paling berharga bagiku. Ia akan menyakiti mereka dan itu semua adalah salahku. Karena keegoisanku yang lebih memilih bertahan daripada takut pada ancamannya. Kini apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu apa-apa lagi.

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang