Jessica kembali larut malam. Aku menunggunya di bawah ketika ia kembali bersama Seo Hyun. Anak itu cukup tahu diri untuk membawa gadisku kembali dengan selamat setelah membuatnya bekerja lembur atau aku akan pastikan akan menghajarnya.
Akibat kejadian tadi siang, motorku rusak parah dan harus dirawat di bengkel. Tentu saja itu tidak bisa lagi dijual hingga diperbaiki. Dan sialnya, karena itu motor mahal yang limited edition, butuh waktu lama serta biaya yang tak sedikit untuk memperbaikinya. Setidaknya masih ada hal yang patut disyukuri. Hanya motor itu yang rusak parah. Bukan aku.
Bukan berarti aku tidak terluka. Ada lecet dan memar di beberapa bagian. Aku sudah pergi pada Tae Yeon dan gadis itu telah mengobatiku dengan omelannya. Maksudku, mengomel sambil membersihkan lukaku. Bisa dikatakan itu adalah hal lain untuk disyukuri. Omelan Tae Yeon adalah sesuatu yang sangat berharga untuk didengar. Aku harus membuat kesalahan fatal untuk membuatnya mengomel. Dan saking berharganya, aku tidak mau mendengarkannya lagi. Lebih baik aku datang kerumah sakit lain daripada mendapat omelan padahal sedang terluka.
Aku sedang bersiap-siap mendapat omelan lainnya dari dua gadis yang sedang turun dari mobil. Yang paling mengerikan tentu saja ibu hamil satu itu. Haruskah tidak usah kuberi tahu pada mereka agar aku tidak kena marah? Tapi bagaimana jika ia melihat lukaku? Aish!
"Yu Ri-ah!" Jessica berlari kecil menghampiriku dengan senyuman lebarnya. "Kau menungguku?"
Aku mengangguk dengan ekspresi canggung karena apa yang coba kusembunyikan. Aku masih terjebak dalam dilema apakah akan memberitahukannya atau tidak. Lebih mudah untuk tidak mengatakannya, namun jika aku ketahuan, konsekuensinya lebih mengerikan.
Itu benar, aku takut padanya.
"Mengapa kau berlari seperti itu?" Aku berjongkok untuk menghindari pelukannya kemudian mengelus perutnya. "Kau bisa membuatnya terguncang."
Bukannya aku tidak suka ia memelukku. Aku bahkan sangat merindukannya setelah tidak bertemu seharian. Tapi, jika ia memelukku sekarang, ia akan meremukkan tubuhku yang sudah sakit ini. Yap, aku akhirnya memilih untuk tidak memberitahunya. Untuk saat ini.
"Ck, kau lebih mengkhawatirkannya daripada aku." Jessica mencebik karena tidak mendapat pelukannya.
Sementara itu, Seo Hyun yang katanya perhatian dan tidak ingin mengganggu kami, tapi masih saja tinggal dan merusak beberapa momen yang kunantikan, berlalu menaiki tangga seolah ia tidak ada disana.
"Khah, aku mau mandi dulu," gumamnya pelan hanya untuk berjaga-jaga siapa tahu ada salah satu dari aku atau Jessica yang penasaran kemana ia akan pergi.
Tentu saja aku mengacuhkannya. Aku berada di udara dingin ini untuk menunggu Jessica, bukan Seo Hyun.
Hei! Aku tidak sedang bersikap kejam pada adikku. Dia yang mulai mencari gara-gara.
"Kemarikan!" Aku berdiri kemudian mengambil tas yang ia sandang agar aku bisa membawakannya. "Siapa bilang aku tidak mengkhawatirkanmu?"
Aku bahkan jadi babak belur begini karena terlalu mengkhawatirkannya.
"Kalau begitu bantu aku naik, ini terasa semakin berat saja," Ia menggandeng tanganku sementara tangannya yang lain ia letakkan di belakang pinggang. Terlihat jelas bahwa ia kelelahan.
"Kau ingin ku gendong?" Tawarku untuk basa-basi saja. Aku tidak serius. Aku hanya bercanda.
Tapi ia malah mengangguk. "Eoh! Gendong aku ke atas."
Mendadak tubuhku terasa lunglai. Aku merutuki mulutku yang suka sembarang bicara. Dengan kondisi tubuh seperti ini, aku tidak hanya akan melukai diriku, tapi juga Jessica dan bayinya.
