A Big Lie

683 92 36
                                    

Ku pikir Kris membutuhkan nomor ponselku untuk menjodohkanku dengan temannya yang bernama Tao itu. Tapi sepertinya aku salah. Kris memang sering menghubungiku, namun sedikitpun pria itu tidak pernah mengungkit-ungkit tentang Tao atau mengatur pertemuan dengannya. Ia justru lebih banyak menanyakan tentang Jessica. Hanya hal-hal sepele seperti apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya, kebiasaan yang biasa Jessica lakukan, yah ... Hal-hal semacam itu.

Terkadang aku merasa ia sedang mengolok-olokku. Bukankah ia adalah suami Jessica? Bagaimana mungkin ia tidak mengetahui hal sepele tentang istrinya padahal mereka telah menikah selama bertahun-tahun. Walaupun itu karena perjodohan. Dan mereka bahkan akan memiliki bayi tak lama lagi.

Tentang bayi itu ... Aku selalu merasa sesak tiap kali mengingatnya. Aku berharap itu tidak benar. Meski Jessica telah mengakuinya langsung, aku terus saja berharap bahwa itu adalah kebohongan. Atau itu hanya mimpi buruk. Aku hanya perlu bangun dan semuanya kembali seperti semula dimana aku masih memiliki jalan untuk merebut Jessica dari Kris.

Silahkan menyebutku picik karena menginginkan istri orang lain. Dan itu memang benar. Jika aku menanyakan pada hati kecilku, aku masih berharap Jessica akan meninggalkan Kris dan memilihku. Meski mereka akan punya bayi. Meski kenyataannya tidak seperti itu.

Padahal Kris adalah seorang pria yang baik. Aku mengakuinya sejak lebih sering berhubungan dengannya melalui telepon. Ia banyak memikirkan Jessica tidak seperti yang kuduga selama ini. Mungkin ia memang terlalu banyak bekerja, tapi sejauh ini ia adalah pria yang perhatian dan sangat baik.

Saking baiknya aku tidak kuasa menolak saat ia memintaku menemaninya untuk membelikan hadiah untuk istrinya. Katanya itu adalah hadiah atas kehamilan Jessica. Ia ingin pendapat seorang yeoja agar tidak salah pilih sementara ia ingin itu menjadi kejutan untuk Jessica. Ia bahkan repot-repot menjemputku di sekolah setelah jam pelajaranku usai siang itu.

Padahal aku tidak membantu banyak. Aku hanya mengikutinya dengan canggung dan tidak memberikan pendapat yang berguna untuknya. Aku hanya mengatakan bahwa Jessica mungkin menyukai sesuatu yang mahal. Itu adalah sudut pandangku atas penilaian bahwa Jessica adalah seorang penggali emas. Aku tidak salah kan? Gadis itu memang lebih peduli pada materi. Dulu ia mengejarku karena aku adalah seorang Chaebol. Dan kini ia menyerah atasku karena aku hanyalah seorang guru SMA.

Pada akhirnya Kris membelikan sebuah kalung untuk Jessica. Bentuknya sederhana dan tidak terlalu mencolok, tapi harganya sangat mahal. Walau sebenarnya aku yang memilihkannya karena aku membayangkan Jessica akan cocok sekali memakai kalung itu. Andai aku memiliki uang, aku akan membelikan Jessica barang-barang seperti ini dan tentu saja gadis itu akan memilihku dibanding Kris. Aku cukup percaya diri.

Tidak! Tidak! Aku tidak berencana untuk kembali ke rumah. Aku sudah bertekad tidak akan terlibat dalam dunia semacam itu lagi. Aku tidak akan menjilat ludahku sendiri. Bukannya aku membenci keluargaku. Aku hanya tidak setuju dengan cara hidup mereka.

Kris bahkan memberikanku gelang yang merupakan pasangan dari kalung itu. Ia mengatakan untuk Jessica cukup kalungnya saja sementara gelang itu sebagai ungkapan terima kasih karena aku sudah mau meluangkan waktu untuk mencarikan Jessica hadiah. Tentu saja aku menolak, namun Kris juga sangat keras kepala dan bersikeras memberikan gelang itu padaku. Ia terus memaksa hingga tiba di titik dimana aku tidak bisa menolaknya.

"Masih banyak waktu menjelang makan malam," kata Kris dari bangku penumpang di sebelah supir. Sementara aku duduk sendirian di bagian belakang. "Bagaimana jika kita menjemput Jessica dulu lalu kau ikut ke rumah sakit? Kau tidak memiliki kesibukan lain setelah ini kan, Yu Ri-ssi?"

Itu benar-benar ide yang buruk. Aku belum siap bertemu dengan Jessica untuk saat ini. Makan malam bersama akan jauh lebih buruk lagi. Berada satu meja dengan pasangan itu, melihat kedekatan mereka, lalu mereka akan bermesraan di depanku ... Lebih baik aku mati saja.

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang