Entah bagaimana permulaannya, setelah percakapan penuh emosi itu, aku malah datang ke studionya untuk membantu beberapa hal kecil. Maksudku bukan bagaimana aku kesana, tapi jika dipikirkan lagi cukup aneh aku datang untuk membantunya sementara kami baru saja berbicara dalam hubungan yang bisa dikatakan tidak baik.
Aku tidak pernah mengatakan padanya bahwa aku percaya pada apa yang ia katakan, lalu Ye Seul eonni –ini juga berakhir dengan aku yang kembali memanggilnya eonni dengan cara yang terasa konyol- mendapatkan sebuah telepon tentang masalah yang terjadi di kantornya. Seorang model yang harusnya dijadwalkan pemotretan hari itu terjebak gelombang laut tinggi dan tidak bisa datang tepat waktu sementara jadwalnya tidak bisa diundur. Karena menurutnya tubuhku bagus dan aku memiliki potongan model, ia meminta bantuanku untuk menggantikan gadis model itu. Tentu saja ia meminta bukan dengan cara menyedihkan melainkan tetap dengan cara angkuh seolah ia tidak pernah melakukan kesalahan dan aku hanya anak kecil.
Berhubung aku adalah orang yang baik hati dan toh aku tidak ada kerjaan, aku membantunya saja tanpa pikir panjang. Lagipula itu bukanlah pekerjaan sulit dan aku tidak diminta berpose telanjang. Aku hanya datang, dipotret, lalu selesai.
Dan ... Aku masih memiliki banyak waktu. Jadi, aku pergi ke kantor Jessica untuk melihatnya bekerja. Aku belum pernah melihatnya langsung. Aku perlu memastikan bahwa Seo Hyun memang tidak memberikan pekerjaan berat padanya. Bukannya aku tidak mempercayainya, tapi Jessica selalu tampak kelelahan tiap kali pulang ke rumah. Itu tidak hanya mempengaruhi kesehatannya, tapi juga suasana hatinya. Aku lebih sering kena marah saat ia dalam mood yang buruk.
Ternyata, aku tidak tahu apa itu pekerjaan berat atau tidak meski telah melihatnya. Jessica hanya duduk disana sambil membaca tumpukan dokumen dan kelihatan sangat pusing. Sesekali ia menelepon, dan sesekali ia akan keluar lalu kembali dengan dokumen lainnya. Secara fisik itu seperti tidak melelahkan, tapi secara emosi, ia tampak cukup kerepotan.
Ku rasa itu karena ia masih belum terbiasa. Ini juga bukan bidang yang pernah ia tekuni sebelumnya. Untungnya ia hanya memeriksa berkas. Bukan menangani sebuah kasus.
Seperti yang sudah kuduga, ia marah-marah padaku karena hanya melihatnya saja. Bukannya aku tidak mau membantu, aku sudah mencobanya, namun aku tidak mengerti sama sekali dengan apa yang ia kerjakan. Ia justru lebih marah lagi ketika aku mencoba membantu, tapi katanya malah merusak pekerjaannya. Apa boleh buat. Aku menunggunya di luar saja. Lagipula ia mengatakan tidak akan lama lagi selesai bekerja.
"Sem!" Seorang anak perempuan memanggilku. Ketika aku menoleh, aku melihat beberapa orang anak berjalan mendekat menghampiriku. Aku tidak begitu mengingat nama mereka karena mereka berada di kelas satu dan aku cuma menghafal nama murid dari kelasku. Selebihnya, aku hanya mengingat beberapa nama murid lain. Mereka yang berprestasi, atau mereka yang terlalu nakal.
"Hei," Aku tersenyum menyambut mereka. Semuanya membungkuk memberi salam padaku saat aku menyapa mereka. Aku memang ramah terhadap anak-anak. Aku adalah jenis guru favorit, bukan guru killer. "Sepertinya kalian baru pulang bermain."
"Apa terlihat jelas?" Kata salah satu dari mereka. "Kami baru kembali dari pemandian air panas. Setelah ini akan ke rumah Seul Yeon untuk ronde kedua. Sem sendiri sedang apa? Bagaimana jika bergabung bersama kami?"
"Ah, aku ...," Aku menunjuk gedung di belakangku dimana kantor Jessica berada. "Aku sedang menunggu pacarku pulang kerja. Maaf, tidak bisa bergabung dengan kalian."
"Sem punya pacar!" Mereka heboh sendiri sambil saling berbisik.
Ups, harusnya aku tidak mengatakan ini. Mereka mungkin akan mulai menyebarkan gosip di sekolah. Tapi, ku rasa ada baiknya mereka menyebarkan gosip. Agar mereka tahu aku punya pacar dan berhenti menggangguku dengan hadiah dan surat cinta. Juga lamaran.