(Replay 2004) Hoobae

347 45 1
                                    

Seoul, musim semi 2005.

"Hati-hati!" Aku membimbing Tae Yeon menuju tempat duduknya. Kakinya masih sakit karena insiden ski beberapa hari yang lalu. Sudah dibawa ke rumah sakit. Dokter mengatakan beruntung tidak ada tulang yang patah. Hanya terkilir. Hanya. Sekalian saja dokter itu mengatakan bahwa beruntung hanya Tae Yeon yang terluka bukan dirinya. Tae Yeon yang malang. Dia bahkan tidak bisa memakai sepatunya karena kakinya benar-benar bengkak.

Ini adalah hari pertama tahun ajaran baru. Kami berada di kelas dua sekarang. Seperti yang Tae Yeon harapkan, aku dan dia berada di kelas yang sama. Bukan hanya kami, melainkan juga Seo Hyun dan Yu Ri. Ah! Dan tentu saja Jessica. Gadis itu begitu senang mengetahui bisa berada di kelas yang sama dengan Yu Ri. Saat membaca pengumuman pembagian kelas dan menemukan namanya dan Yu Ri berada di kelas yang sama, ia langsung bersorak dan berlari mencari Yu Ri. Seorang Jessica berlari adalah sesuatu yang patut diapresiasi.

"Aku tidak suka duduk paling belakang." Tae Yeon terlihat tidak suka dengan tempatnya. Ia terus berpegangan padaku. "Aku kecil! Aku tidak bisa melihat papan tulis."

Aku melihat sekeliling. Seo Hyun berada di deretan paling depan tepat di depan meja guru bersama dengan Kim Hyo Yeon dari kelas I-C. Yu Ri mendapatkan tempat duduk paling belakang meski ia datang lebih cepat dan di sebelahnya tentu saja Jessica. Tidak heran. Dia tidak memiliki niat untuk belajar. Aku mendapatkan tempat di belakang Seo Hyun. Aku duduk bersama Lee Sunny dari kelas yang sama dengan Hyo Yeon. Tidak ada tempat lain. Hanya ini yang tersisa akibat Tae Yeon tidak bisa berjalan cepat. Bahkan ia tidak bisa mencapai lantai tiga jika aku tidak menjemputnya ke bawah lalu membantunya naik.

"Kau mau bertukar tempat duduk denganku?" Tawarku. Aku tidak masalah memberikannya karena Tae Yeon lebih membutuhkan dibandingkan aku.

"Gwenchanha." Tae Yeon meletakkan tongkatnya di sisi meja kemudian duduk. Ia melihat sisi di sebelahnya yang kosong. "Ngomong-ngomong apa aku duduk sendiri?"

"Sepertinya begitu. Anak-anak yang lain sudah datang. Kau yang terakhir."

"Duduk sendirian di belakang.. Betapa menyedihkan.." Keluhnya. Ia menghela nafas menatap nanar keluar jendela. Beberapa detik kemudian wajahnya tiba-tiba menjadi cerah saat terpikirkan sebuah ide. Ia menatapku dengan matanya yang berkelap-kelip. "Bagaimana jika kau pindah ke sebelahku saja?"

Benar juga! Mengapa itu tidak terpikirkan olehku sebelumnya?

"Wae? Mengapa kau diam? Kau tidak mau? Pantas saja kau tidak mengambilkan tempat duduk untukku. Ternyata kau tidak mau duduk di sebelahku." Tae Yeon menggerutu.

"Bukan begitu." Aku juga tidak terpikirkan dengan yang terakhir itu. Mengapa aku tidak mengambilkan tempat untuk Tae Yeon di depan bersamaku? Jadi dia tidak perlu duduk di belakang seperti ini. "Aku hanya tidak menyadari aku bisa melakukan itu."

"Jadi?"

"Tentu saja aku sangat senang bisa duduk di sebelahmu."

"Gomawo!" Tae Yeon tersenyum dan wajahnya kembali berubah cerah.

"Tunggu sebentar! Aku akan mengambil barang-barangku dulu."

Tae Yeon mengangguk.

Aku pergi ke tempat dudukku dibagian depan untuk membereskan buku-buku yang tadinya sudah aku siapkan untuk pelajaran pertama.

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang