Seoul, musim semi 2007.
Sore itu, adalah waktu yang terasa sangat panjang. Aku menunggu Tae Yeon di ruang makan. Cemas dengan reaksi yang akan diberikannya nanti. Aku tahu ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima, aku juga begitu. Tapi, apa ada pilihan lainnya? Aku harus menerima ini. Tae Yeon harus mengetahuinya. Aku tidak mungkin hamil sendirian. Harus ada seseorang yang membuatku hamil. Dan satu-satunya orang yang pernah melakukannya denganku hanya Tae Yeon.
Menunggu seperti ini bahkan membuatku lebih frustasi lagi. Aku sudah mengirimkan pesan pada Tae Yeon untuk segera pulang setelah ia selesai bekerja. Entah mengapa terasa lama sekali hingga ia pulang.
Akhirnya pintu depan terbuka dan Tae Yeon muncul. Ia datang dengan senyum lebar di wajahnya dan juga sebuah bungkusan di tangannya. Melihatku yang sedang duduk menunggu, ia datang menghampiriku.
"Kau bilang akan shift malam lagi hari ini. Mengapa pulang cepat?" Tanyanya.
"Tadi aku merasa tidak enak badan, lalu pingsan saat bekerja."
"Kau sakit?" Tae Yeon meletakkan bungkusan yang ia bawa ke atas meja lalu memeriksa keadaanku. Ia meraba dahiku untuk memeriksa suhu tubuhku lalu mengecek apakah aku terluka di suatu tempat. "Itu karena kau terlalu keras bekerja. Cari pekerjaan di tempat lain saja yang lebih ringan." Setelah memastikan tubuhku tidak panas juga tidak terluka, Tae Yeon duduk di salah satu kursi yang paling dekat denganku. Ia masih terlihat khawatir. "Apa sebaiknya kita ke rumah sakit?"
"Sebenarnya.. Nyonya Lee sudah membawaku ke rumah sakit tadi. Aku juga sudah melakukan pemeriksaan di laboratorium." Perutku mendadak mulas memikirkan bagaimana reaksi Tae Yeon nanti. Aku sangat takut. Bagaimana jika ia tidak bisa menerimanya? Bagaimana jika ia berpikir aku mengkhianatinya dengan namja lain? Akan sangat sulit baginya menerima bahwa bayi dalam rahimku adalah anaknya. Anak kami.
"Laboratorium? Apa kau menderita suatu penyakit serius?" Ia menggenggam tanganku. Wajahnya mulai menunjukkan bahwa ia merasa tidak nyaman. "Kau tidak sakit kan?"
Tenggorokanku terasa tercekat. Ternyata lebih sulit mencoba mengatakannya pada Tae Yeon.
"Wae?" Tae Yeon menggenggam tanganku lebih erat karena aku tidak kunjung menjawab pertanyaannya. "Kau membuatku takut. Bukan penyakit serius kan?"
Aku menggeleng. Aku menghirup nafas dalam, mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya pada Tae Yeon. "Aku tidak sakit Tae. Tapi aku hamil."
"Mwo?"
"Tae Yeon-ah! Aku hamil." Ulangku.
Tae Yeon terdiam. Wajahnya menunjukkan kebingunan yang luar biasa. Ia melepaskan tanganku kemudian menyandarkan punggungnya di kursi. Ia membuka mulutnya sedikit seperti akan mengatakan sesuatu, lalu ia mengurungkan niatnya. Dan kemudian, ia tertawa.
"Hei, mengapa kau memberitahuku hal semacam itu?" Ia mengamati wajahku, mencoba mencari sesuatu namun tidak menemukannya. "Ulang tahunku sudah lewat. Dan ini juga bukan april mop. Apa.. Ini adalah kejutan untuk sesuatu yang lain?"
"Aku sedang tidak bercanda." Memang, ini lebih terdengar seperti sebuah candaan. Tapi sayangnya aku benar-benar serius. Aku mengeluarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah ku masukkan kembali ke dalam amplop. Aku meletakkannya di atas meja. Tepat di depannya. "Itu yang tertulis pada hasil pemeriksaan."
Tae Yeon memandangi laporan pemeriksaan di depannya dengan tatapan ngeri. Ia tidak ingin menyentuhnya. "Kau.. Serius?"
Aku mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/145127658-288-k668708.jpg)