(Replay 2004) Special Tae Yeon POV Part 2

247 42 3
                                    

Seoul, musim semi 2017.

"Eonni, kau tidak mandi lagi?" Seon Mi selalu memprotes hal yang sama setiap kali aku mengunjunginya. "Aish.. Kau bau sekali?"

"Benarkah?" Tanyaku sambil memeriksa catatan kesehatannya. Ia benar. Aku memang belum mandi. Tapi aku tidak merasa bau. Ku rasa bau yang ia maksud adalah bau mulutnya sendiri. Ia adalah penderita gagal ginjal dan mengalami masalah dengan bau mulut. "Bukankah mandi sedikit merepotkan?"

Dia adalah gadis berusia sebelas tahun dan ia harus menghadapi penyakit yang begitu berat di usia semuda ini. Aku sering menemaninya bermain di rumah sakit karena ia mengingatkanku pada anakku dan Mi Young. Jika ia lahir dengan selamat, ia pasti seumuran dengan Seon Mi.

Itu adalah sesuatu yang sangat kusesali. Aku tidak tahu apakah ia laki-laki atau perempuan. Aku tidak tahu kapan dia lahir. Aku tidak tahu apa ia terlahir sehat. Aku tidak tahu apa ia baik-baik saja. Aku tidak tahu apa Mi Young baik-baik saja. Sepuluh tahun berlalu, namun tak sekalipun aku mendengar kabar mereka. Mi Young mungkin telah melupakanku. Tapi aku tidak pernah mampu untuk melupakannya. Aku tidak ingin melupakannya.

Sepuluh tahun..

Itu adalah masa-masa yang terasa sangat panjang dan menyiksa. Semakin hari, aku semakin merindukannya. Semakin aku mengingatnya, semakin aku merasa bersalah. Terkadang, aku sengaja bekerja di luar batas kemampuanku agar aku kelelahan dan tidur dengan nyenyak. Untuk sejenak, aku ingin melupakan rasa bersalahku. Tapi itu tidak berjalan sesuai rencana. Setiap kali aku memejamkan mataku, aku hanya melihat wajah Mi Young yang kecewa padaku. Aku selalu dihantui mimpi buruk. Mimpi dimana Mi Young sangat membenciku.

Tentu saja ia sangat membenciku. Aku memintanya menggugurkan kandungannya padahal ia sedang mengandung anak kami. Sesuatu yang terlambat aku percayai. Aku terlambat percaya padanya. Aku terlambat menyadari Mi Young tidak mungkin meninggalkanku jika bukan karena aku yang membuatnya kecewa.

Karena itu aku meninggalkan kuliah hukumku, lalu mengikuti ujian ulang untuk belajar kedokteran. Aku berpikir mungkin saja aku melewatkan sesuatu. Aku merasa aku kurang pengetahuan sehingga mungkin tidak mengetahui ada kasus dimana terjadi kehamilan saat sesama yeoja melakukan hubungan intim. Aku ingin percaya bahwa keajaiban itu mungkin saja memang ada.

Namun semakin aku mencari tahu, semakin aku menemukan ketidakmungkinan. Aku juga semakin keras kepala. Saat kenyataan terpampang jelas di hadapan wajahku, aku semakin percaya bahwa Mi Young mengandung anakku. Ada kalanya aku tidak ingin memikirkan bagaimana bisa hal tidak mungkin seperti itu terjadi. Aku hanya ingin mempercayainya.

"Eonni adalah dokter, tapi jorok sekali." Seon Mi masih saja protes.

"Mianhe.." Aku tersenyum padanya. "Pasien eonni banyak sekali. Eonni tidak sempat mandi."

Setelah selesai memeriksa Seon Mi, aku berkeliling di bangsal itu untuk memeriksa pasien lainnya. Itu adalah kegiatan yang rutin aku lakukan setiap pagi dan sore hari. Hanya tinggal pasien terakhir saat ponselku bergetar di dalam saku jasku. Aku membiarkannya dan segera menyelesaikan pemeriksaan pasien terakhir.

Keluar dari ruang rawat, aku menyerahkan catatan para pasien pada perawat yang sejak tadi mengikutiku. Kemudian aku baru mengecek ponselku untuk melihat siapa yang menghubungiku tadi. Itu eomma. Aku bisa menebak apa yang ingin ia katakan. Ia akan memintaku untuk menghadiri kencan buta. Eomma belum menyerah meski bertahun-tahun lamanya aku menolak kencan buta yang ia atur itu. Aku tidak pernah datang.

"Eoh, eomma?" Aku tetap meneleponnya kembali meski tahu apa tujuannya menghubungiku. "Ada apa?"

"Jam berapa kau selesai bekerja?" Tanyanya di seberang telepon.

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang