(Replay 2004) Still, Byuntae

367 44 7
                                    

Seoul, musim dingin 2005

Sejak ketahuan oleh sem di toilet tempo hari, aku kembali duduk di sebelah Sunny. Aku menyerah untuk menghentikan Tae Yeon dan aku tidak ingin dikeluarkan dari sekolah. Akibatnya, Tae Yeon melakukan aksi mogok makan untuk memprotes kepindahanku. Ia memang tidak makan apapun saat istirahat makan siang dan makan malam, tapi aku tahu ia diam-diam makan saat jam pelajaran. Terlihat sangat jelas karena sejak ia melakukan mogok makan, berat badannya justru bertambah. Ia tidak gemuk. Hanya tidak sekurus sebelumnya.

Berita bagusnya, ia bertambah sehat. Namun juga ada berita buruk. Tae Yeon menjadi semakin mesum. Aku tidak berada di dekatnya dan ia mulai melirik siswi lain. Kepalanya bisa berputar seratus delapan puluh derajat saat memperhatikan bokong seseorang. Ia juga ikut menyoraki siswi berdada besar yang lewat bersama para murid laki-laki di kelas.

"Apa yang harus aku lakukan?" Aku sedang menumpahkan kegelisahanku pada Seo Hyun yang duduk di bagian depan. Ini adalah jam istirahat. Beberapa anak keluar termasuk Sunny dan Hyo Yeon.

Aku merasa serba salah. Jika aku menghindari Tae Yeon, aku akan merasa cemburu tiap ia melirik gadis lain. Sementara jika aku menurutinya, resiko ketahuan sangat besar. Aku tidak siap dikeluarkan dari sekolah.

"Yah.. Tae Yeon Eonni banyak berubah akhir-akhir ini." Seo Hyun menghela nafas. Ia menatap nanar ke arah Tae Yeon yang sedang menempel di jendela kaca yang berhadapan langsung dengan koridor bagian dalam. Bersama beberapa anak laki-laki, Tae Yeon sibuk memperhatikan murid-murid perempuan yang berseliweran di koridor sambil sesekali mengomentari mereka. "Dulu, jangankan bergaul sedekat itu dengan anak laki-laki. Membuatnya bicara saja sangat sulit."

Tae Yeon memang berubah. Tapi aku tidak tahu bahwa ia dulu sejenis gadis introvert. Apa itu artinya.. Aku yang merubahnya? Itu tidak benar kan?

"Ku rasa Eonni harus lebih bersabar menghadapinya." Lanjut Seo Hyun. "Atau Eonni bisa bicara serius dengannya untuk menyelesaikan masalah ini."

"Bicara serius?" Aku tidak yakin itu akan berhasil.

"Ne.. Ajak ia bicara empat mata dan katakan apa yang mengganggumu." Saran Seo Hyun.

"Jika begini terus, kalian akan putus dalam satu minggu." Jessica tiba-tiba sudah berbicara di belakang telingaku. Aku berbalik karena kaget dan gadis itu tertawa melihat ekspresi terkejutku. Kemudian ia berjalan memutar untuk duduk di sampingku. Ia menunjuk ke arah ujung lorong di dekat pintu kelas dimana beberapa anak perempuan bergerombol sambil melihat ke dalam. "Lihat! Menurutmu apa yang mereka lakukan?"

Aku baru menyadarinya saat Jessica menunjuk mereka. Aku hanya fokus melihat Tae Yeon sejak tadi hingga tidak memperhatikan hal lainnya. Anak-anak perempuan itu terlihat saling berbisik sambil menunjuk-nunjuk ke arah kelompok Tae Yeon, kemudian mereka terkikik bersama. Jika Jessica menanyakan padaku apa yang mereka lakukan, aku tidak memiliki ide apapun tentang itu.

"Pastinya, mereka tidak datang untuk melihat anak laki-laki yang berada di sekitar Tae Yeon. Kau bisa lihat sendiri mereka payah." Ujar Jessica menjelaskan. "Mereka datang untuk melihat Tae Yeon. Bahkan gadis-gadis straight di luar sana akan menyimpang jika ada Tae Yeon di depan mereka. Mungkin kau tidak menyadarinya, tapi saat kalian baik-baik saja, gadis-gadis itu sudah mencuri pandang terhadap Tae Yeon-mu. Melihat kalian sedikit merenggang, mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil Tae Yeon darimu."

"Kami tidak merenggang." Aku tidak suka Jessica bicara seperti itu tentang hubungan aku dan Tae Yeon. Ia menakutiku. "Kami baik-baik saja. Aku hanya sedikit menjaga jarak darinya karena Tae Yeon benar-benar mesum."

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang