Seoul, musim dingin 2005.
Natal tahun ini aku menghabiskannya berdua dengan Dad. Sama seperti natal-natal sebelumnya saat kami masih berada di Los Angeles. Tidak ada kerabat yang datang pada perayaan natal karena aku tidak memiliki keluarga lain di Seoul. Memang ada Halmeoni, dari pihak Mom yang tinggal di luar kota. Tapi mereka tidak merayakannya.
Kami mengadakan pesta barbeku kecil di halaman belakang. Dad membeli beberapa daging sapi Korea. Tadinya ia memintaku mengajak Tae Yeon dan teman-teman yang lain agar lebih ramai. Tapi mereka sudah memiliki acara sendiri-sendiri. Termasuk Tae Yeon. Ia menghabiskan libur musim dinginnya di Jeonju.
"Dad?" Aku memanggil dad yang sedang memanggang daging tak jauh dari tempatku berada. Dad tidak pandai dalam hal memasak. Itu hanyalah daging panggang, tapi ia menghanguskan sebagian sisi sementara sisi lainnya masih mentah. Beruntung kami tidak memiliki tamu sehingga tidak perlu merasa malu. Masalahnya adalah, siapa yang akan menghabiskan ini semua. Kami hanya berdua. Maksudku bertiga karena Harry juga ada disini. "Don't you think it's too much?"
"I almost got the right texture and it will be perfect." Ia tidak peduli dan terus memanggang daging-daging itu.
Aku melangkah mendekatinya. Disini asapnya lebih banyak dan pekat. Aku rasa ada yang salah dengan alat pemanggangnya. Atau justru masalah sebenarnya datang dari Dad. "Don't you learn how to grill in Navy?"
Pria itu tertawa. "No, dear. We learn how to fight."
"Okay.." Aku memengangi piring kosong tempat dad akan meletakkan daging yang baru dipanggangnya. Aku melihat potongan-potongan daging yang mulai menghitam itu dengan mengernyit. Dad benar. Ia sudah mendapatkan tekstur yang sempurna. Kini kedua sisinya memiliki warna yang seragam. Warna gosong.
Dad meletakkan daging yang menurutnya telah selesai dipanggang ke atas piring yang ku bawa. Jangan salah paham. Ini adalah piring ketiga, sementara dua lainnya sudah terisi penuh dan tertata rapi di atas meja. Tak tersentuh.
" Dad, by the way ... Can't you take more vacations after the new year?" Tanyaku pada Dad sembari pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya. Merayakan natal bersama memang menyenangkan, namun aku cukup serakah dengan berharap akan menghabiskan libur musim dingin ini dengannya. "I want to go to Jeju. I want to see the beach."
"Beach?" Dad terkekeh dengan suara beratnya yang maskulin. "In winter?"
"Apa salahnya?" Apakah itu musim dingin atau musim panas, pantai tetap saja pantai. Sudah lama kami tidak berlibur bersama. Akan sangat menyenangkan jika kami bisa liburan bersama tahun ini. "I want to see beach, badly. Saat di LA dulu, aku bahkan pergi ke pantai lebih sering dibandingkan ke Gereja."
"I'm sorry." Kedua bahu dad keduanya telah turun karena merasa bersalah padaku. "Bahkan sangat sulit untuk mendapatkan libur natal. Kau tahu, banyak masalah terjadi akhir-akhir ini. Setiap hari, selalu saja ada ancaman yang masuk. Terlebih lagi, Duta besar tidak begitu percaya pada pengamanan lokal."
Ya, aku juga melihatnya di berita tentang banyaknya protes yang terjadi terhadap kedutaan. Aku tidak terlalu mengerti masalahnya dan aku tidak begitu tertarik dengan masalah politik.
Setidaknya dad menjadi orang kepercayaan duta besar. Itu adalah hal yang patut untuk disyukuri. Kami bisa memiliki rumah di pusat kota, dan aku bisa bersekolah di tempat yang bergengsi. Dan yang paling penting adalah, walaupun hanya sebentar, aku bisa melihat dad setiap hari.
"How about going vacation with your friends? You can go anywhere you want." Usul dad.
"Err.. Aku tidak yakin." Sama seperti Tae Yeon, teman-teman yang lain telah pergi berlibur sebelum natal.