(Replay 2004) Waifeu

302 51 3
                                    

Seoul, musim panas 2006.

"Dimana istrimu?" Jessica datang dan langsung duduk di tempat Tae Yeon. Ia membawa sebuah kipas tangan yang tidak berhenti bekerja sejak tadi. Udara hari ini benar-benar panas.

Harusnya ini adalah waktunya liburan musim panas. Tapi murid-murid kelas tiga tetap harus datang ke sekolah untuk pelajaran tambahan. Tidak banyak waktu yang tersisa menjelang ujian. Jadi tidak ada waktu lagi bagi kami untuk bersantai.

Dan hari ini, sepertinya adalah puncak musim panas. Akan sangat baik jika turun hujan. Tapi kami hanya terpanggang bersama-sama di dalam ruang kelas yang terasa seperti oven. Di luar tidak lebih baik. Matahari bersinar sangat terik. Seperti ada kobaran api di luar sana. Untung saja olahraga tidak masuk dalam pelajaran tambahan. Kami mungkin akan mati jika berada di luar sana.

"Istriku?" Aku mengangkat kepalaku dari buku yang kupelajari. Karena ini adalah pelajaran tambahan, sekolah tidak seketat seperti saat jadwal reguler. Sama dengan jam belajar mandiri. Murid-murid yang ingin belajar bisa mempelajari yang mereka inginkan, sementara murid yang tidak ingin belajar bisa tidur saja dan tidak mengganggu murid lainnya. Meskipun cara ini tidak begitu efektif, setidaknya lebih baik daripada membiarkan murid-murid tertekan karena belajar sendirian di kamarnya.

"Eoh, sepertinya istrimu membawa Yu Ri-ku pergi." Jessica mengipasi dirinya lebih keras.

Istriku. Begitulah murid-murid lain menyebut Tae Yeon. Kabar begitu cepat menyebar. Tentu saja. Tae Yeon pelakunya. Dengan bangganya ia menyiarkan pada orang-orang bahwa aku menerima lamarannya. Bahwa kami akan menikah. Berkatnya, teman-teman lain meledekku karena menjadi yang pertama kali menikah di angkatan kami. Mereka menyoraki kami saat kami berjalan bergandengan tangan. Mereka menggoda kami saat aku dan Tae Yeon duduk berdampingan. Padahal sejak awal kami adalah teman sebangku. Anehnya aku tidak merasa terganggu dengan ledekan mereka. Aku tidak merasa marah sedikitpun. Karena mereka benar. Kami adalah pasangan pertama yang akan menikah.

"Lagi?" Aku menghela nafas. Ini sudah yang kesekian kalinya. Apa dia masih akan melakukannya?

"Tapi, apa yang sebenarnya mereka lakukan? Kemana sebenarnya mereka pergi di saat yang lain belajar?" Tanyanya.

"Andai saja aku tahu." Aku menatap keluar jendela. Sepertinya dua orang itu keluar sekolah lagi. "Aku hanya tahu mereka merencanakan sesuatu."

Ya, mereka merencanakan sesuatu. Lebih tepatnya Tae Yeon yang merencanakannya sementara Yu Ri, aku tidak tahu apakah gadis itu terlibat atau ia hanya menemani Tae Yeon saja. Yang jelas, Tae Yeon berusaha menyiksaku.

Aku tidak tahu apa yang salah dengannya. Sejak ia melamarku tempo hari, ia mulai berulah. Ia melakukan berbagai macam hal untuk menggangguku. Mulai dari meletakkan benda-benda menjijikkan, seperti cicak mati, tikus mainan, dan kecoa di atas tempat tidurku. Kemudian ia mengikat ranting kering pada seutas tali dan menggantungnya di dekat jendela kamarku sehingga jika ada angin, akan muncul suara cakaran. Aku ketakutan semalaman karena berpikir itu adalah hantu. Ia juga diam-diam menyalakan penghangat di kamarku sehingga aku kepanasan.

Entah apa tujuannya melakukan semua itu. Apa ia merasa melakukan kesalahan karena telah melamarku? Jadi ia berusaha membuatku muak dengannya.

Jessica merebahkan tubuhnya di atas meja. "Aigoo.. Rasanya ingin mati saja."

Aku mengikutinya sehingga wajah kami berhadapan. "Menurutmu, apa Tae Yeon mulai muak padaku?"

"Eh?" Jessica mengerutkan dahinya. "Bukankah kalian akan menikah?"

"Entahlah Jess." Aku membenamkan wajahku di atas buku. Membuat suaraku sedikit teredam. "Aku merasa ia mulai muak padaku."

"Ia justru terlihat tergila-gila padamu."

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang