Seoul, musim semi 2005.
Aku tidak habis pikir apa yang ada di dalam pikiran Tae Yeon. Ia mencemaskanku? Baiklah, aku bisa mengerti itu. Tapi menugaskan dua orang pengawal untuk menjagaku selama di sekolah bagiku terlalu berlebihan. Memang mereka bukan pengawal sungguhan melainkan dua orang hoobae yang belakangan bersekongkol dengannya. Mereka adalah Soo Young dan YoonA. Ya, mereka adalah murid kelas satu, bukan sunbae seperti yang kami kira sebelumnya. Dan aku merasa sangat bodoh karena itu.
Entah apa yang mereka sepakati bersama Tae Yeon di toilet tadi hingga menyetujui hal konyol ini. Mulai hari ini kedua gadis itu mulai bertugas untuk menjagaku. Seolah aku tidak bisa menjaga diriku sendiri. Ayolah! Siapa yang akan menyakitiku saat di sekolah begitu banyak orang? Lagipula mereka berada di kelas satu. Bagaimana caranya mereka menjagaku saat kelasku berada sangat jauh dari kelas mereka?
"Apa tidak ada yang bisa kami lakukan?" Soo Young mengeluh sambil mengelus perutnya.
Kami bersembilan berada di ruang tamu Tae Yeon. Para siswa kelas dua sibuk mengerjakan tugas kelompok sementara Soo Young dan YoonA melakukan hal-hal tidak berguna. Mereka hanya bermain-main sejak tadi dan mereka juga mudah bosan. Itu membuat Tae Yeon sebagai tuan rumah sekaligus orang yang mengundang mereka merasa tidak enak. Ia sudah berusaha keras agar keduanya merasa nyaman. Ia bahkan memesan jjamppong untuk camilan malam. Siapa sangka usahanya itu sia-sia. Soo Young dan YoonA tidak mudah untuk dipuaskan.
"Kau bisa membantu kami membuat tugas." Celetuk Hyo Yeon. Tadinya ia sedang membantu Seo Hyun mengumpulkan literatur dari internet. "Atau kalian bisa memijatku karena bahuku rasanya pegal karena terlalu banyak belajar."
"Ne!" YoonA datang tanpa banyak membantah lalu memijat Hyo Yeon. Dia sebenarnya anak yang manis, aku sempat salah paham padanya.
"Anak pintar!" Hyo Yeon mengangguk-angguk keenakan. "Pulang nanti, aku akan membelikanmu es krim."
"Gomawoyeo, Eonni!" YoonA semakin bersemangat.
"Aku tidak akan melakukan pekerjaan rendah seperti itu hanya demi es krim." Sindir Soo Yong.
"Soo Young-ah! Pensilku patah. Rautkan!" Jessica menyerahkan pensilnya pada Soo Young secara semena-mena.
"Ne!" Soo Young menerimanya lalu bergegas entah kemana.
"Kau tidak seharusnya membawa mereka jika kita akan membuat tugas. Bukankah tidak sopan mengundang orang lalu mengacuhkan mereka?" Aku masih gencar menyuarakan ketidak setujuanku. Yang menjadi masalah bukannya Tae Yeon mengajak Soo Young dan YoonA ke rumahnya melainkan menjadikan mereka pengawalku. Aku masih tidak habis pikir dengannya. Terlebih pada orang yang menyutujui rencana konyolnya itu.
Tae Yeon menunduk dengan wajah cemberut. "Aku hanya mencemaskanmu."
"Aku tidak bosan kok!" YoonA bicara untuk membelanya. Mendengar itu Tae Yeon kembali bersemangat. Ia melompat dari tempat duduknya untuk melakukan highfive dengan YoonA.
"Sudahlah Fany-ah! Jangan marah-marah terus padanya. Wajarkan jika dia mengkhawatirkanmu." Sunny ikut-ikutan membelanya. Memang benar aku sejak tadi mengomeli Tae Yeon. Tapi mengomel tidak berarti marah kan?
"Yang tidak wajar adalah sikapnya yang over protektif." Sahut Yu Ri. Aku senang saat ada yang berdiri di pihakku. Ia masih fokus pada tugasnya. Meski mulutnya bicara, matanya tidak berpaling dari pekerjaannya.
"Aku tidak menemukan rautannya." Soo Young kembali dengan pensil yang belum diraut dan sebuah apel yang sudah digigit. "Tae Yeon-ah! Kau punya rautan?"