Tae Young berlari keluar setelah tanpa sengaja mendengar pembicaraanku dan Tae Yeon. Aku butuh beberapa detik sebelum menyadarinya lalu memberitahu Tae Yeon yang saat itu tidak melihatnya.
Kami mencarinya nyaris semalaman. Anak itu berlari cepat sekali sehingga kami kesulitan mencarinya. Aku, Tae Yeon, dan juga Ji Woong sudah berkeliling di jalanan sekitar rumah namun tidak kunjung menemukannya. Aku merasa sangat khawatir. Sangat dingin di luar sini. Ia sendirian, dan ia hanyalah anak-anak. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk. Ia mungkin bertemu orang jahat atau tidak bisa menemukan jalan pulang.
Aku sedang mencari Tae Young di dekat halte bis yang berada agak jauh dari rumah saat aku menerima sebuah telepon. Itu adalah Seok Jin. Aku menjawabnya dengan sedikit terburu-buru. Aku ingin memberitahukan padanya bahwa Tae Young lari dari rumah dan agar ia membantu mencari. Namun hal pertama yang ia katakan justru membuatku sedikit lega.
"Noona, kau mencari Tae Young? Dia disini." Kata Seok Jin melalui telepon. "Tadinya aku melupakan sesuatu dan kembali untuk mengambilnya. Lalu aku menemukan Tae Young duduk sambil menangis di depan tangga. Apa yang terjadi? Dia tidak mau cerita padaku."
"Kau di butik?" Tanyaku untuk memastikan.
"Eoh.."
Saat itu, Tae Yeon yang sedang bersamaku mendekat karena penasaran. "Tae Young?"
Aku mengangguk.
"Aku akan kesana sekarang. Kau temani dia, eoh?" Ujarku pada Seok Jin.
Aku tidak menjelaskan banyak pada Tae Yeon. Ia juga tidak bertanya-tanya dan hanya membawaku untuk mendapati Tae Young. Kami memberi kabar pada Ji Woong bahwa kami sudah menemukan dimana Tae Young berada.
Anak itu pasti sangat terpukul. Seberapa banyak yang ia dengar?
Kami tiba di butikku tiga puluh menit kemudian. Tae Yeon berlari lebih dulu menaiki tangga ke lantai tiga, dan aku menyusulnya di belakang. Begitu melihat Tae Young sedang duduk di sofa sambil memeluk bantal, Tae Yeon mempercepat langkahnya mendekati anak itu.
"Hei.. Kau baik-baik saja?" Tae Yeon berjongkok di dekat kakinya. Ia mengusap kepala Tae Young yang menangis sesegukan dan menyembunyikan wajahnya dalam bantal. Ia tidak menjawab dan terus saja menangis.
"Ia sudah begitu sejak aku menemukannya tadi." Ujar Seok Jin. "Ia tidak mau mengatakan apapun padaku."
Ia mendengar semuanya. Aku tahu dari bagaimana ia menangis. Ia pasti merasa sangat terpukul karena mengetahui kenyataan menyakitkan ini. Bahwa ia bukanlah anak Tae Yeon. Juga bukan anakku. Ia pasti membenciku karena menyembunyikan kenyataan ini darinya.
"Kau bisa pulang, Seok Jin-ah!" Aku menepuk bahu Seok Jin. "Terima kasih sudah menjaganya."
Seok Jin mengangguk. Ia mengambil tasnya yang berada di atas meja lalu pamit pada kami sebelum pergi.
"Tae Young-ah!" Aku duduk di sebelah anak itu lalu memeluk bahunya. Tubuhnya begetar karena menangis. Hatiku sakit melihatnya seperti ini. Ia terlalu kecil untuk mengalami hal seperti ini. "Mengapa kau lari seperti tadi? Kau membuat semua orang cemas."
Aku bertanya bukan karena aku tidak tahu. Sudah jelas sekali mengapa Tae Young bereaksi seperti ini. Ia mendengar percakapanku dan Tae Yeon tadi. Aku hanya ingin memastikan. Seberapa banyak yang ia dengar.
Tae Young mengangkat kepalanya dengan perlahan. Matanya bengkak dan wajahnya basah karena air mata. Tangannya gemetar saat ia mengeluarkan sesuatu dari saku mantel dinginnya. Sebuah keran.
"Noona.. Mianheyo.." Ia bicara pada Tae Yeon dan menjadi semakin sesegukan. "Aku merusak keranmu."
Eh?