Seoul, musim gugur 2005.
Bahuku tidak terluka parah akibat pukulan Qin Shan tempo hari. Hanya terasa sakit ketika aku mencoba mengangkatnya. Anak itu juga sudah menerima ganjaran yang setimpal. Dia memang berhasil kabur dari rumah sakit hari itu, namun ia tidak bisa kabur dari polisi. Tak lama setelah kejadian itu, aku mendapat kabar polisi berhasil menangkapnya di rumah. Aku bisa merasa lega, karena sekarang dia tidak akan menggangguku dan Tae Yeon lagi.
Kabar baik lainnya, Tae Yeon sudah sadar. Ajaib memang mengingat Tae Yeon tidak sadarkan diri setelah menolongku, kemudian setelah sempat beberapa minggu koma, ia kembali sadar saat menyelamatkanku untuk yang kedua kalinya. Ia memang belum bisa masuk sekolah seperti biasa, namun sejauh ini ia terlihat baik-baik saja. Bahkan cukup baik untuk menggangguku belajar dengan pesan-pesan yang ia kirimkan sejak tadi.
Jadi apa yang aku lakukan saat aku koma dihari ke-sembilan?
Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ponselku saat benda itu bergetar di bawah meja. Aku tahu itu dari Tae Yeon. Ia sudah melakukannya seharian penuh.
Aku : Sama seperti hari ke-satu hingga delapan. Kau hanya berbaring di ranjang, bodoh!
Tae Yeon : Lalu apa yang kau lakukan saat aku koma dihari ke-sembilan?
Aku : Ayolah! Tidak bisakah kau menanyakan pertanyaan lain? Aku sudah menjawab pertanyaan yang sama sebanyak delapan kali.
Tae Yeon : Ayolah! Tidak bisakah kau menjawab dengan jawaban lain? Aku sudah membaca hal yang sama sebanyak delapan kali.
Aku menahan tawaku. Dia tidak mengirimiku pesan karena ada hal penting yang ingin ia tanyakan. Ia hanya ingin mengirimiku pesan karena tidak ada hal penting yang ingin ia tanyakan.
Aku : Salahmu karena menanyakan hal yang jawabannya sama.
Tae Yeon : Aku menunggu jawaban yang berbeda darimu.
Aku : Baiklah...
Tae Yeon : Jadi, apa yang aku lakukan saat aku koma dihari ke-sepuluh?
Aku : Merindukanku?
Tae Yeon : Nah, kau mulai menjawab dengan kreatif. Lalu, apa yang kau lakukan saat aku koma dihari ke-sepuluh?
Aku : Tentu saja merindukanmu.
Tae Yeon : Kau tinggal berlari ke pelukanku. Kau tahu aku berada dimana kan?
Aku : Jelas sekali. Kau menunggu aku menjawab seperti itu.
Tae Yeon : Tapi itu benar. Aku memang merindukanmu di hari ke-sepuluh. Bahkan hingga sekarang. Jika kau juga merindukanku, kau tinggal menemuiku sekarang.
Aku : Kau tahu aku sedang disekolah. Setelah pulang nanti, aku akan kesana.
Tae Yeon : Itu masih sangat lama. Aku baru saja sadar dan aku membutuhkanmu di sisiku agar aku bisa pulih dengan cepat.
Jessica : Hagsaeng! Aku tahu apa yang kau lakukan di bawah sana.
Aku melirik ke kanan dimana Jessica duduk. Ia melotot padaku lalu memberi isyarat agar melihat kedepan. Aku hanya menanggapinya dengan cengiran.
Tae Yeon : Waegurae? Kau bahkan tidak membalas pesanku lagi.
Aku : Aku sedang dikelas, Tae! Mengertilah!